images/images-1671518272.png
Riset
Dunia

Allen Pope, Kemenangan Diplomasi Indonesia Atas Amerika

Author Abad

Dec 20, 2022

595 views

24 Comments

Save

Penulis : Pulung Ciptoaji

 

Allen Pope, seorang penerbang berkebangsaan Amerika Serikat yang disewa untuk membantu pemberontakan PRRI/Permesta, mulai 1 Januari 1960 diadili oleh Makamah Angkatan Udara dalam Keadaan Perang di Jakarta. Sidang yang berakhir tanggal 29 April 1960 ini, Pope dijatuhi hukuman mati oleh Makamah Udara dalam Keadaan Perang.

 

Sebelumnya putusan Pope ini, pada akhir 1959, Sukarno sudah bernegosiasi dengan Presiden Amerika John F Kennedy soal pembebasan Pope. Kennedy menawarkan imbalan sebagai pengganti. Tawaran presiden Amerika langsung disambut positif Sukarno yang memang sedang membangun kekuatan AURI untuk Operasi Trikora dan pembebasan Irian Barat. Maka  Indonesia diizinkan membeli 10 unit pesawat C-130 Hercules, dan menjadi negara pertama yang mengoperasikan pesawat tangguh segala medan itu di luar Amerika Serikat. 

 

Transaksi ini sama halnya Amerika Serikat harus membayar mahal demi pembebasan Pope. Bahkan Amerika Serikat juga "terpaksa" membiarkan Indonesia untuk merebut Irian Barat dari Belanda, yang tak lain merupakan sekutunya sendiri. Tidak lama kemudian tanggal 18 Maret 1960, Hercules 8 unit C 130B dan 2 unit KC 130 B tanker langsung dikirim. AURI baru menggunakan dua unit Hercules untuk Operasi Trikora pada Mei 1962.

 

Dua tahun setelah Vonis hukuman mati, bulan Februari 1962, Robert F. Kennedy adik kandung John F Kennedy Presiden Amerika menagih janji Sukarno yang akan pembebasan Pope. Kedatangan  Robert F Kennedy disambut Sukarno sekaligus memperbaiki hubungan diplomasi yang sempat hangat atas tragedi Pesawat B26 yang menyerang Ambon dan ikut membantu pemberontakan PRRI/Permesta. Ikut dalam rombongan Robert F Kennedy ini istri, ibu, dan saudara perempuan Pope. Mereka meminta pengampunan Pope.

 

Diplomasi urusan Pope diselesaikan pada 2 Juli 1962. Sukarno menepati janjinya memberikan pengampunan dengan diam-diam Pope dibebaskan dari penjara. Pope diantar menuju pesawat menuju Amerika Serikat dengan sangat rahasia.  "Saya tidak ingin ada propaganda soal penangkapanmu. Pergi sekarang. Menghilanglah diam-diam. Jangan perlihatkan diri di depan umum. Jangan membagikan berita dan mengeluarkan pernyataan untuk surat kabar. Pulang saja, sembunyikan dirimu, dan kita akan melupakan semuanya," kata Sukarno yang selalu diingat Pope.

 

 

CIA Terlibat Mendalangi Pemberontakan di Indonesia

 

Lalu, siapakah Allan Lawrence Pope yang begitu penting bagi Amerika Serikat, bahkan pilot tersebut menjadi jaminan hubungan diplomatik dengan Indonesia. Gara-gara penangkapan Pope ini, Amerika Serikat yang sebelumnya punya kepentingan di Irian Barat, menjadi diam dan mendukung wilayah tersebut dilepas Belanda.

 

Pope seorang penerbang Angkatan Udara Amerika Serikat dan bertugas selama Perang Korea. Ia mulai dilibatkan dalam misi penerbangan rahasia CIA pada Maret 1954 saat bergabung dengan Civil Air Transport (CAT); salah satu organisasi binaan CIA.

 

Pada April 1958, CIA  mengirim Pope dari Saigon, Vietnam ke Pangkalan Udara Clark di Filipina. Ia bertugas menerbangkan B-26 Invader yang dicat hitam ke Indonesia dan mendarat di Pangkalan Udara Mapanget, Sulawesi Utara, yang dikuasai pemberontak PRRI/Permesta.

 

Mulai dari situ, Pope membantu misi pengeboman Angkatan Udara Revolusioner (AUREV)--AU Permesta-- terhadap kapal laut dan aset-aset militer Indonesia di Sulawesi dan Maluku. Ini dilakukan untuk memutus jalur logistik dan melemahkan kekuatan militer Indonesia di Indonesia Timur.

Saat itu, Indonesia memang sedang gencar membangun kekuatan militernya di Indonesia Timur untuk merebut Irian Barat dari Belanda. 

 

Pagi itu, pukul 06.00 WIT, 18 Mei 1958, sebuah pesawat pembom B-26 Invader lansiran Amerika Serikat bercat hitam tiba-tiba membombardir Pangkalan Udara Pattimura, Ambon. Di balik kokpit, Lawrence Allen Pope cekatan menjatuhkan bom ke arah pesawat-pesawat yang terparkir di landasan.

 

Sesekali rentetan peluru 12,7 mm juga terdengar diselingi ledakan pesawat C-47 Dakota dan P-51 Mustang yang terkena tembakan. Asap pekat dari avtur yang terbakar lantas memenuhi salah satu markas Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) itu.

 

Di Pangkalan Udara Liang, seorang pilot AURI, Komodor Udara Ignatius Dewanto, menerima kabar tersebut dan segera terbang dengan P-51 Mustang. Dengan senjata lengkap, pesawat tempur bermesin piston itu mengejar B-26 Invader yang mengincar kapal dagang Sawega yang mengangkut 1 batalion pasukan sekitar 1.000 orang.

 

 

Ignatius Dewanto berhasil mengikuti pesawat Allen Pope yang baru saja menjatuhkan bom seberat 230 kilogram ke kapal Sawega, namun meleset. Saat jarak tembak sudah sangat dekat, Dewanto segera menembakkan roket ke arah pesawat pembom itu.

 

Tembakan roket meleset, lalu disusul rentetan peluru 12,7 mm dan berhasil merusak sayap kanan B-26 Invader. Pembom itu terbakar dan menukir ke lautan, Allen Pope dan seorang desersi AURI, Jan Harry Rantung, yang menjadi operator radio Permesta bergegas melompat dengan parasut.

 

Allen Pope terdampar di Pulau Hatala di barat Ambon dengan kaki patah karena terhantam karang. Sementara Harry terjatuh di laut. Mereka ditangkap Angkatan Laut Indonesia yang sedang berpatroli.

 

Penangkapan Allen Pope mengungkap keterlibatan dinas inteligen Amerika Serikat atau CIA (Central Intelligence Agency) dalam pemberontakan Permesta di Makassar. Gerakan separatis ini beranggotakan perwira militer setempat dan hendak menggulingkan pemerintahan Sukarno yang dianggap dekat dengan komunisme.

 

Saat ditangkap, Pope membawa dokumen-dokumen catatan misi terbang dan identitasnya sebagai pilot yang diperintah negaranya untuk membantu pemberontakan di Indonesia. Dokumen ini secara substansial bisa mempermalukan pemerintahan Amerika Serikat.

 

Dalam buku Membongkar Kegagalan CIA disebutkan, berita penangkapan Allan Pope sampai ke Markas CIA di Amerika pada 18 Mei 1958. Allen Dulles, Direktur CIA saat itu, langsung memerintahkan agen-agennya yang masih berada di Fipilina, Taiwan, dan Singapura untuk menghentikan seluruh aktivitas rahasia dan mundur teratur. (pul)


 


Artikel lainnya

Pelestraian Cagar Budaya Tematik di Surabaya

Author Abad

Oct 19, 2022

Subtrack, Belajar Sejarah Dengan Mudah

Pulung Ciptoaji

Jan 23, 2023

H. P. Berlage dan Von Hemert. Siapa Von Hemert?

Author Abad

Dec 20, 2022

Pembangunan Balai Kota Surabaya Penuh Liku

Pulung Ciptoaji

Dec 18, 2022

Menjaga Warisan Kemaharajaan Majapahit

Malika D. Ana

Nov 15, 2022

Peringatan Hari Pahlawan Tonggak Inspirasi Pembangunan Masa Depan

Malika D. Ana

Nov 12, 2022