Sosok Kendedes dan Arca Prajnaparamita
Abad.id - Penggambaran wajah dari Ratu Singhasari yang paling umum dan dipercaya adalah penggambaran dalam Arca Prajnaparamita yang ditemukan pada tahun 1818 di sekitar Candi Singosari, Malang oleh D. Monnereau, Asisten Residen yang menjabat di Malang. Sekalipun ada juga yang menyebutnya bahwa Arca Prajnaparamita ini ditemukan di Candi Wayang yang sekarang sudah menjadi salah satu pemukiman penduduk.
Prajnaparamita berarti : “Kesempurnaan dalam Kebijaksanaan". Hal yang sangat pas untuk menggambarkan kecantikan dan keagungan permaisuri dari Ken Arok atau Raja Rengah Rajasa Sang Amurwabhumi. Kecantikan dari Kendedes membuat Ken Arok merencanakan niat jahat membunuh Akuwu Tumapel, suami dari Ken Dedes. Merebut kekuasaannya dan sekaligus merebut istrinya. Sesuatu hal yang sangat mungkin terjadi, dijaman kini hal seperti Ken Arok ini disebut pebinor (perebut istri orang).
Berbeda pendapat dengan beberapa peneliti sejarah lainnya, Earl Drake, sang penulis buku "Gayatri Rajapatni, Perempuan Di Balik Kejayaan Majapahit," yang juga ikut terpesona dengan keindahan Arca Prajnaparamita ini menyatakan bahwa Arca Prajnaparamita bukan patung Kendedes melainkan putri keempat dari Raja Kertanegara yang bernama Dyah Gayatri.
Dyah Gayatri merupakan istri dari Raja pertama dari Kerajaan Majapahit, Dyah Wijaya yang bergelar Sri Kertarajasa Jayawardhana. Dyah Gayatri adalah ibu dari Sri Ratu Majapahit, Tribhuwana Tunggawijayadewi yang menjadi ibunda dari Raja Hayam Wuruk dan berarti : Dyah Gayatri tidak lain adalah nenek dari Raja Hayam Wuruk. Walaupun pendapat dari Earl Drake tidak didukung oleh sejarawan yang lain.
Banyak peneliti sejarah yang berketetapan bahwa Arca Prajnaparamita adalah perwujudan dari Ratu Kendedes. Prajna Paramitha adalah gelar atau sebutan seorang dewi dengan kedudukan tinggi dalam Buddhisme Tantra Mahayana; dia dianggap sebagai yang sakti, atau pendamping, dari Buddha tertinggi dalam panteon Buddhis yang dikenal sebagai Vajradhara; dia melambangkan pengetahuan yang sempurna. Arca Prajnaparamita merupakan citra sang dewi kebijaksanaan transendental yang paling terkenal. Ekspresi raut wajah yang tenang dengan pose dan gestur meditatif menunjukkan kedamaian dan kebijaksanaan, kontras dengan perhiasan dan dekorasi yang beraneka ragam dan rumit. Sang dewi sedang dalam posisi meditasi lotus sempurna yang disebut postur vajrasana, duduk di atas sebuah bantalan lotus ganda yang disebut padmasana, di atas sebuah fondasi persegi. Arca ini bersandar pada stela (sandaran arca) berukir dipresepsi sebagai Ken Dedes istri Kerta Negara, atau Gayatri istri Kertajasa (R.Wijaya) Majapahit, dalam posisi teratai sempurna duduk bersila di atas padmasana (tempat duduk teratai), dengan tangan melakukan dharmachakra-mudra (mudra pemutaran roda dharma). Lengan kirinya mengempit sebatang utpala (bunga teratai biru) yang diatasnya terdapat keropak naskah Prajnaparamita-sutra dari daun lontar. Arca ini bersandar pada stella (sandaran arca) berukir, dan di belakang kepalanya terdapat halo atau aura lingkar cahaya (bergaya helenik). Kepala dan wajah dipahat sempurna, dengan mata sayu dan dahi urna. Sang dewi menggelung rambutnya tinggi ke atas dalam mahkota Jatamakuta, dan di belakang kepalanya memancarkan prabhamandala, sebuah halo atau aura lingkaran cahaya yang melambangkan makhluk suci yang telah mencapai kebijaksanaan tertinggi. (Wikipedia)
Arca Prajnaparamita menjadi Arca terbaik dan tercantik hasil karya pematung Jawa Timur. Patung yang ditemukan oleh D. Monnerau ini pada tahun 1822 dibawa ke Belanda oleh Prof. CGC Reinward dan tahun 1841 diserahkan kepada Museum van Oudheden yang sekarang menjadi Museum of Antiquities di Leiden, dan diberikan nomor inventaris : 1403-1587. Akhirnya Arca Prajnaparamita yang berasal dari Singosari berkelana ke Benua Eropa dan sejak tahun 1841 menetap di kota Leiden.
Pada tahun 1903 Arca Prajnaparamita ini kemudian dipindahkan ke Rijksmuseum voor Volkenkunde dan menjadi salah satu koleksi yang dimiliki Rijksmuseum voor Volkenkunde di kota Leiden, Belanda. Arca Prajnaparamita ini dapat kembali pulang ke Indonesia pada bulan Januari 1978 dan kini berada di Museum Nasional Republik Indonesia, Jakarta. Arca Prajnaparamita akhirnya menjadi koleksi dari Museum Nasional Republik Indonesia dengan nomor inventaris 17774 dan termasuk dalam Benda Cagar Budaya untuk Peringkat Nasional berdasarkan Surat Keputusan Kememdikbud Republik Indonesia.
Disebutkan dalam naskah Pararaton, bahwa kecantikan Ken Dedes itu termasyur dari Kawi (kaki Gunung Kawi, wilayah Kerajaan Kadiri) sampai Tumapel, Singosari. Dedes memiliki Pamor Nareswari, pamor yang terpancar dari kewanitaannya. Biasanya diperhalus dengan sinar yang terpancar di betisnya.
Dedes juga dibekali dengan ajaran kebaikan dari ayahnya. Ajaran itu disebut Karma Amamadangi yang berarti perbuatan yang menerangi dunia. Alhasil, kelak Ken Dedes disebut pula sebagai Pradjnaparamita, wanita berpengetahuan tinggi. Dalam perjalanannya, kemasyhuran Dedes pun makin tinggi. Tak hanya cantik mempesona, budi pekerti dan ilmu pengetahuannya juga indah nan mempesona.
Karma yang diajarkan oleh mpu Purwa kepadanya Pararaton memberikan keterangan bahwa Ken Dedes oleh Ayahnya diberi bekal ajaran karma amamadangi (marajakenkarmaamamadangi).
Marajaken berasal dari akar kata ‘Raja’ yang berarti menyala atau bersinar sedangkan ‘Karma’ berarti tindakan, pekerjaan. Segala perbuatan baik atau buruk yang mengakibatkan hasil yang tak dapat dielakkan pada masa yang akan datang. Marajaken karma amamadangi dapat diartikan sebagai ‘ yang memiliki cahaya (ilmu) tentang perbuatan baik yang dapat menerangi hidup’ yang akan datang. Cahaya ilmu tentang karma yang dapat menerangi hidup yang diajarkan Mpu Purwa kepada Ken Dedes tentulah sebuah ajaran karma yang dalam agama Budha Mahayana dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
1). Mano karma perbuatan yang dilakukan oleh pikiran
2). Vacci karma, perbuatan yang dilakukan oleh kata-kata
3). Kaya karma, perbuatan yang dilakukan oleh badan jasmani
Dari ketiga karma tersebut, pengertian karma secara luas adalah “Semua perbuatan, baik yang dilakukan oleh pikiran, perkataan, maupun jasmani yang terjadi karena kehendak (cetana)” Bagaimana cara untuk dapat melakukan karma yang baik (kusala karma) sehingga jalan hidup dapat terterangi?
Menurut ajaran Bodhisatwa, terdapat sepuluh macam jalan untuk melaksanakan perbuatan baik yang disebut Dasa.
Purnnakirya/Dasa Paramita atau Sepuluh jalan dari perbuatan baik , yaitu:
1). Dana : gemar menolong orang dan murah hati
2). Sila : melakukan perbuatan, ucapan, dan matapencaharian yang benar
3). Bhavana : mengheningkan cipta untuk membersihkan kekotoran pikiran yang baik
4). Apacayana : rendah hati dan menghormati orang yang patut dihormati, tidak sombong
5). Beyyavacca : memberikan jasa-jasa baik kepada orang lain untuk dapat melakukan perbuatan-perbuatan yang baik
6). Prattidana : suka membagi kebahagiaan, kegembiraan kepada orang lain, tidak kikir, dan tidak mementingkan diri sendiri
7). Prattanumodana : merasa turut bahagia dan gembira melihat orang lain bahagia, dan tidak ada sama sekali perasaan iri hati
8). Dharmasavana : mempelajari dharma dan sering mendengarkan khotbah, ceramah dharma
9). Dharmadesana : menyebarkan dharma dan memberikan pelajaran tentang dharma
10). Dirtihiyukarma : pandangan hidup yang benar.
Jadi penggambaran arca Bodhisatwa atau Pradnyaparamita untuk menggambarkan baik Gayatri maupun Ken Dedes. Amurwabumi Bodhisatva, Mahluk-makhluk bumi yang terberkati, Roh-roh baik, Enerji kehidupan yang lestari.(mda)