Family of Mohammad Hoesni Thamrin, an Indonesian politician. No. 1 : Djaksa Thabri, "grandfather" (raised M. Thabri Thamrin as his father, but was actually M. Thabri Thamrin's uncle); No. 2 . Moehammad Thabri Thamrin, father. No. 3 : mother. No. 4 : Ma'moen Thamrin, brother; No. 5: Mohammad Hoesni Thamrin. No. 6 : sister. No. 7 : in-law. No. 8 : Hadji Abdillah, brother, No. 9 : Abdulfatah Thamrin, brother. No. 10: Mansjoer Thamrin. No. 11 : R. Ismail; No. 12: Abdoelazis Martam, nephew.
abad.id-Sejak 8 Desember 1941 situasi politik di wilayah Asia Pasifik sulit ditebak. Sebab pada tanggal itu kekuatan Jepang menyerang Pearl Harbour di Hawai dan menandai keterlibatan Amerika Serikat dalam perang dunia ke II. Kekuatan Jepang akan melakukan ekpansi ke wilayah Asia Pasifik sudah diramalkan kelompok nasionalis sejak tahun 1927. Diam-diam beberapa aktifis mulai melakukan gerakan kerjasama dengan Jepang jauh sebelum peristiwa tersebut.
Dampak serangan Jepang ke Amerika Serikat sangat cepat pengaruhnya ke tanah Hindia Belanda. Pemerintah kolonial Belanda sudah mengantisipasi ancaman aksi ekspansi Jepang ini, namun dianggap terlambat. Permintaaan Van Mook bantuan perlengkapan tempur dan kekuatan militer ke sekutu Amerika Serikat dan Australia, datangnya sangat terlambat. Sebab pada tanggal 11 Januari 1942 sudah ada pendaratan pertama Jepang di Kalimantan.
Bendera Merah Putih menutupi jasad MH Thamrin. Foto dok net
Ada yang beranggapan begitu mudahnya Jepang masuk dan mengambil alih pemerintahan Hindia Belanda karena pengaruh sikap kelompok nasionalis terhadap fasisme Eropa. Sejak tahun 1940 dalam rapat Volksraad, tokoh nasionalis yang menjadi wakil ketua MH Tamrin sudah berpendapat, bahwa “Secara de facto Indonesia sekarang sebenarnya sudah mandiri karena tidak ada negara induknya lagi”. Pendapat MH Tamrin ini bukan karena tanpa alasan. Hindia Belanda dinyatakan pulih dari krisis ekonomi eropa tanpa dibantu pemerintah induk Kerajaan Belanda. Bahkan pemerintah Hindia Belanda memperoleh keuntungan dari krisis ekonomi eropa tahun 1930, dan berhasil menyumbang keuntungan anggarannya untuk pemerintah Kerajaan Belanda.
Puncaknya HM Thamrin tidak mengibarkan bendera Merah Putih Biru saat ulang tahun Ratu Wilhelmina pada 31 Agustus 1940. Sikap ini menunjukan sudah tidak loyal lagi sebagai wakil ketua Volksraad. Sikap HM Thamrin ini sudah tercium PID (agen khusus intel pemerintah Hindia Belanda). Dalam kesimpulannya, HM Thamrin sejak awal sudah bersekongkol dengan Jepang yang hendak melakukan ekspansi ke asia.
Buktinya HM Thamrin sering berkorespondensi dengan Douwes Dekker. Tokoh legendaris Indo keturunan ini setelah tidak lagi aktif di Budi Utomo, memilih bekerja sebagai penasehat ekonomi Tuan Sato, seorang pengusaha asal Jepang yang punya hubungan kontrak dagang dengan Hindia Belanda. Douwes Dekker sedang menganggur ini mendapat bayaran 700 gulden per bulan dari Konsulat Jendral Jepang. Maka PID membuat kesimpulan bahwa HM Thamrin ini berbahaya dan sudah menjadi kelompok pro Jepang.
Puncak kemarahan pemerintah Hindia Belanda kepada HM Thamrin dilakukan tanggal 6 Januari 1941 pagi. PID dan beberapa polisi melakukan penggeledahan dan penangkapan terhadap HM Thamrin di rumahnya. Saat itu HM Thamrin sedang sakit keras. Ginjalnya sudah tidak berfungsi dan hanya bisa tidur di kasur. Dari penggeledahan itu, PID menemukan fakta yang mencenangkan. Bahwa terdapat banyak arsip-arsip rahasia di rumah HM Thamrin yang berisi kerjasama politik dengan Jepang. Salah satu laporan yang dibuat Douwes Dekker kepada Tuan Sato, berisikan rekomendasi kebijakan ekonomi di Hindia Belanda jika kekuasaan Belanda sudah berakhir. Saat itu juga Douwes Dekker ditahan, dan HM Thamrin mendapat ditahan rumah karena sakit.
Mendengar koleganya HM Thamrin ditahan oleh PID dan polisi, Jonkman Ketua Volksraad langsung bertindak. Secara kemanusiaan Jonkman ingin segera mengunjungi HM Thamrin yang sakit di rumahnya dalama kondisi tahanan rumah. Jonkman berusaha menjadi penengah atas dugaan dugaan pelanggaran hukum yang dilakukan kepada pengurus Volksraad. Jonkman mendatangi Jaksa penuntut umum untuk berkonsultasi terkait kasus HM Thamrin ini. “ Apakah saya dapat berkunjung ke Tuan Thamrin, lalu jaksa penuntut umum menjawab tidak boleh,” tulis Jonkman dalam sebuah surat kabar. Saat itu juga Jonkman membatalkan niatnya sambil menunggu perkembangan lebih lanjut.
Sakit HM Thamrin rupanya kian parah, sebab gagal ginjal yang dideritanya sebenarnya perlu penanganan khusus dan cuci darah. Baru 4 hari kemudian tanggal 10 Januari, tim dokter memperbolehkan keluarga HM Thammrin melakukan kunjungan. Keluarga menemukan kondisi tokoh nasionalis ini sangat menderita. Tubuhnya sudah menghitam dan sulit diajak kumunikasi. Tepat hari Sabtu 11 Januari 1941 siang hari, HM Thamrin meninggal dunia di usia 47 tahun.
Banyak tokoh terkejut mendengar kabar kematian MH Thamrin. Foto dok net
Masyarakat pribumi dan warga Indo keturunan sangat terpukul mendengar berita kematian HM Thamrin. Warga Indo keturunan mengganggap HM Thamrin bagian dari keluarganya, sebab kakeknya seorang pria warga negara Inggris. Sehingga mereka sangat berharap ada perubahan kebijakaan tentang rasis kepada kelompok minoritas. Sementara bagi kaum pribumi, HM Thamrin seperti saudara kandung yang selalu membela kepentingan hajat hidup banyak orang. Berpuluh ribu warga Batavia mengikuti iring-iringan pemakaman sang pahlawan di TPU Karet.
Kawan dan Lawan Politik Sangat Segan
Mohammad Husni Thamrin dilahirkan pada tanggal 16 Februari 1894 di Sawah Besar, Pinggiran kota Batavia. HM Thamrin tokoh Betawi memiliki darah Inggris dari kakeknya seorang pengusaha yang memiliki hotel di kawasan Petojo. Sedangkan ayahnya seorang Wedana tahun 1908. Setelah menyelesaikan pendidikannya di sebuah sekolah Belanda Koning Willem II, HM Thamrin bekerja di kepemerintahan sebelum akhirnya bekerja di perusahaan perkapalan Koniklijke Paketvaart-Maatschappij tahun 1927.
Pada tahun 1916, MH Thamrin bersama ayahnya ikut bergabung dengan perkumpulan pemilih melayu (Kies Vereeniging Melajoe) yang didirikan oleh Hinloopen Labberton. Pada masa ini pula organisasi Kaoem Betawi yang didirikan oleh Thamrin dan Masserie untuk menghimpun pribumi Betawi elite mulai aktif.
Thamrin terpilih menjadi Dewan Kota Jakarta di tahun 1919 kemudian tahun 1935 dipercaya menjadi anggota Volksraad dewan rakyat mewakili kelompok Probumi/Inlander, tahun 1939 melalui mosinya meminta Indonesia, Indonesisch, dan Indonesier (Indonesia, Bahasa Indonesia, dan Rakyat Indonesia) digunakan sebagai pengganti Nederlands Indie, Nederlands Indische dan Inlander.
Selama di Volksraad, HM Thamrin sering menunjukkan sikap perlawanan atas kebijakan-kebijakan yang tidak berpihak rakyat dan hanya menguntungkan Belanda. Seperti pembangunan perumahan elit Menteng dengan anggaran prioritas daripada perbaikan perkampungan kumuh, juga penetapan harga beli komoditas hasil rakyat yang lebih rendah daripada hasil perkebunan swasta Belanda. Juga terkait pajak serta anggaran untuk angkatan perang yang jauh lebih tinggi daripada anggaran untuk pertanian.
Thamrin juga aktif menyampaikan pembelaan dan empatinya terhadap wong cilik, terutama masalah perbaikan kondisi sosial dan sanitasi. MH. Thamrin juga memperjuangkan dibentuk Dewan Volksraad, kemudian memprakarsai berdirinya Fraksi Nasional, serta turut membentuk PPKI menjelang kemerdekaan Indonesia.
Sebenarnya diangkatnya HM Thamrin menjadi anggota volksraad dengan maksud mengimbangi kelompok nasionalis yang beraliran keras yang dipelopori Ir. Soekarno Hatta. Namun maksud tersebut gagal total, sebab selama menjadi anggota volksraad bukannya bersifat lunak, justru sifat yang keras menentang penjajahan yang diperlihatkan. Bahkan HM Thammrin sering mengadakan pertemuan - pertemuan (rahasia) dengan Sukarno.
HM Thamrin salah satu orang yang sangat memikirkan nasib Sukarno di pengasingan pulau Ende Flores tahun 1933. Sebagai wakil rakyat, beberapa kali HM Thamrin melakukan korespondensi dengan kelompok nasionalis muda ini dari pengasingan. Salah satu hal yang menyentuh hati MH Thamrin, saat Sukarno mengeluh kesepian tidak ada teman diskusi selama di Ende. MH Thamrin segera melakukan kekuatan politiknya untuk membantu meringankan hukuman para aktifis tersebut.
Opsi pertama MH Thamrin yaitu memberi hukuman Sukarno di kirim ke Belanda dengan alasan studi. Opsi kedua dengan memperkerjakan Sukarnosebagai asisten MH Thamrin, dengan jaminan tidak melakukan kegiatan politik. serta opsi ketiga memindahSukarno ke pulau Sumatra yang dianggap lebih manusiawi.
Atas inisiasi MH Thamrin, akhirnya nasib kelompok nasionalis ini ditentukan melalui rapat Volksraad pada tahun 1938. Dari perdebatan yang sengit, akhirnya Sukarno dipindah ke Bengkulu dengan pengawasan ketat Pegawai negeri Hindia Belanda LCM Jaquet.
Selama menjadi anggota parlemen, MH Thamrin benar-benar melaksanakan fungsinya dengan melakukan kunjungan kerja dan menampung aspirasi masyarakat. Kepindahan Sukarno di Bengkulu ini disambut positif MH Thamrin dan melakukan kunjungan. Bersama Mr. Kusumo Utojo saat melakukan kunjungan di Sumatera mengecek bagaimana asisten - asisten perkebunan milik pemerintah kolonial Hindia Belanda memperlakukan buruh pribumi (yang terkenal dengan istilah kuli - kuli). Momen kunjungan itu dimanfaatkan untuk singgah bertemu Sukarno di Bengkulu.
Berpuluh ribu warga Batavia mengikuti iring-iringan pemakaman sang pahlawan di TPU Karet. Foto dok net
Hasil kunjungan kerja tersebut sebenarnya akan disampaikan dalam sidang Volksraad pada tanggal 27 Januari 1930. Namun apa yang terjadi, MH Thamrin lebih dulu meninggal dunia pada 11 Januari 1941. Ada dugaan ada kelompok yang sengaja menggagalkan niat MH Thamrin membeberkan praktek perbudakan di Pulau Sumatra itu, dengan cara membunuhnya. (pul)
Penulis : Pulung Ciptoaji