Epilog Budaya
Kata jancuk sering disebut orang Jawa Timur sebenarnya adalah nama tank berukuran kecil milik Belanda yang bisa keluar masuk jalan kecil di kota Surabaya bertulisan JAN COk. Nah, para pejuang mengintat dan memberitahukan kepada pasukan lain jika bertemu tank tersebut hendak lewat. “ eh..jancuk lewat, jancuk lewat”. Lalu jika sudah lewat para pejuang yang bersembunyi mengumpat, “Dasar jancuk”
Kata jancok ternyata memiliki sejarah panjang dan penting dalam kosakata bahasa jawa bagian timur. Kata jancuk menjadi ungkapan sakral yang disampaikan seseorang dengan seribu magna di dalamnya.
Mendengar kata ini suatu hal yang tidak perlu dihindari dan jangan diambil hati. Jancuk memiliki sejarah dan banyak versi. Dalam bahasa Jawa kromo inggil dan ngoko, tidak ada kata ungkapan jancuk. Sebagai ungkapan kekesalan orang jawa biasanya menggunakan kosa kata yang dianggap menjijikan. Seperti asu, taik dan babi. Kadang ungakapan berwujud bentuk bahasa tubuh, seperti endas, moto, dengkul. Di daerah tertentu titik klimak ungkapan yang dianggap kasar dengan menyebut sosok leluhur di atasnya. Seperti bapakmu, mbahmu, kakekmu. Sunggu bahasa Jawa sangat halus dalam mengungkapkan kekesalan sekalipun tanpa tujuan menyinggung.
Namun tiba-tiba di jawa bagian timur tiba-tiba muncul ungkaan kosa kata jancok. Dari beberapa versi yang berbeda, sejarah jancok sebenarnya sama-sama berasal dari kata yang terdengar mirip seperti kata jancok. Sehingga asal mula kata jancok bisa disebut berasal dari kata plesetan yang memiliki pengucapan hampir serupa.
Menurut RN Bayu Aji sejarawan Universitas Ciputra, banak versi yang beredar di masyarakat tentang asal-usul kata jancuk ini. Misalnya ada versi jancuk dari kata diencuk yang artinya bersenggama. Ada sejarah lain yang mengatakan kata jancok berasal dari kata Yantye-ook artinya Kamu Juga. Kata ini digunakan oleh orang Indo keturunan Belanda dan Indonesia dalam bahasa percakapan mereka. Namun kata tersebut terdengar mirip seperti Yancook ditelinga orang pribumi. Di mana kata ini digunakan sebagai ejekan antara orang Indo dan pribumi.
Versi sejarah lain menyebutkan bahwa asal mula kata jancok berasal dari Tank Belanda yang memiliki tulisan kata Jan-Cox. Tank Belanda ini diduga juga terdapat dalam pertempuran Surabaya pada 10 November 1945. Meski begitu sebenarnya jenis tank ini memiliki tugas di wilayah Jakarta serta Jawa Barat. Dari nama yang terdapat pada tank inilah kemudian muncul kata jancok yang juga populer di wilayah Jawa Timur seperti Surabaya dan Malang. Bagi RN Bayu Aji, tidak lagi penting siapa yang memulai dan apa pentingnya untuk diketahui pencetusnya. Sebab ungkapan ini sudah menjadi kultur dan digunakan secara bersama. “contoh lain coba lihat adu doro, siapa yang memulai dan siapa pencetusnya tidak penting, sebab sekarang sudah menjadi budaya bersama warga Surabaya,” kata RN Bayu Aji.
Arti jancok bisa memiliki konotasi negatif, ekspresi, ataupun kata sapaan. Kata ini seringkali memiliki konotasi mewakili rasa jengkel, amarah, kebencian ataupun untuk mengejek orang lain. Meski cukup akrab terdengar mungkin saja ada sejumlah orang belum tahu arti jancok sebenarnya. Pasalnya arti jancok bisa memiliki dua makna berbeda. Di antaranya makna yang menunjukkan konotasi buruk ataupun sebagai kata sapaan.
Karena itulah perlu tahu arti jancok sebenernya. Arti jancok merupakan kata umpatan yang populer di masyarakat daerah Jawa Timur. Di antaranya meliputi masyarakat Surabaya, Malang, ataupun Lamongan. Meski begitu kini kata jancok juga akrab disebut tak hanya wilayah Jawa Timur semata, melainkan hampir seluruh Indonesia.
Nah, arti jancok sebenarnya adalah serupa dengan kata umpatan sialan, keparat, ataupun brengsek. Sedangkan ada juga yang menyebutkan bahwa kata jancok berasal dari kata Encuk. Arti Jancok dari kata Encuk tersebut bermakna seperti melakukan hubungan suami istri (bersetubuh atau bersenggama).
Sebenatnya ada beberapa jenis kata umpatan yang memiliki makna serupa dengan arti jancok. Di antaranya seperti setan, jangkrik, diampot, bajigur, keparat dan seterusnya. Nah, arti jancok dan maknanya sebenarnya memiliki beberapa versi berbeda.
Kata jancok juga diberi arti untuk mengekspresikan perasaan seseorang ketika melihat sesuatu yang mengagetkan, mengejutkan, ataupun luar biasa. Sedangkan untuk makna jancok yang fungsinya mengakrabkan kerap digunakan dalam percakapan kelompok tertentu sebagai kata ganti panggilan serupa seperti panggilan brother atau bro.
Maka ada beberapa sinonim kata jancuk yang memiliki makna serupa. Sinonim kata jancuk ini juga cukup populer. Sinonim kata jancok dan kata umpatan populer lainnya ini memiliki arti yang sama, hanya digunakan dalam kondisi perasaan yang berbeda. Misalnya, Dancuk, Djancuk, Diancuk diungkapkan saat kondisi perasaaan paling klimak baik sedang senang atau amarah sekalipun. Ada pula kata Ancok, Juancok, biasanya diungkapkan saat kondisi perasaan sedang gelisah dan kata Jancik, Hancik, Cuk diungkapkan dalam kondisi perasaan sedang tidak stabildan ragu-ragu. Serta ada sinonim lain yang Mbokne Ancok, Cok, Coeg, Ancuk, Nggateli, Hamput, Dampot, serta Diampot.
Sementara itu menurut pengajar Bahasa Indonesia Unesa, Andik, mengenal jancuk jangan hanya melhat Etimologi arti asal usul kata kata saja. Namun juga sisi pragmatik penggunaan dalam konteks sosial. Sebab jancuk ini dalam konteks penggunaanya bisa diartikan banyak sikap. Bahkan kata jancuk telah menjadi bahasa gaya hidup dari sekelompok orang dengan beberapa fungsi. “Dalam etimologinya sudah jelas artinya, bisa jadi menjadi arti yang berbeda bagi pendengar. Siapapun pendengar ungkapan bisa merasakan lucu, semakin akrab atau dianggap amarah,” jelas Andik
Dalam sisi forensik, kata jancuk bisa menjadi delik aduan jika diterima dengan tidak baik bagi pendengarnya. "Meskipun akrab dan sangat kenal dengan calon pendengar, jangan terlalu mudah menyampaikan ungkapan jancuk, sebab kata ini masuk kejahatan verbal atau buliying," kata Andik. (pul)
Pulung Ciptoaji
30.05.23
Tersanjung dalam Tunjung (Legenda Bunga Tunjung Biru)
Abad.id - Tumbuh di lumpur dengan batang dan daun terendam air, tumbuhan ini memekarkan bunganya di udara. Itulah teratai atau tunjung yang dianggap mewakili gambaran entitas yang bersemi di bhur loka (alam bawah), tumbuh di bwah loka (alam tengah) dan menghasilkan bungan nan indah di swah loka (alam atas). Bagi beberapa kalangan, tumbuhan ini dipandang mengoneksikan tri loka sebagai satu kesatuan tempat hidup yang memberikan pesan, bahwasanya kemuliaan dalam bentuk bunga mekar melar nan cantik yang mencuat ke udara hanyalah bentuk ejawantah sebuah pertumbuhan yang berproses di lumpur yang kotor dan batangnya yang dari waktu ke waktu selalu terendam dalam dinginnya air. Apa yang dipertontonkan sebagai keindahan dalam bentuk bunga yang dapat dikagumi, dipuja-puji dan dinikmati banyak makhluk, hanyalah sari-sari lumpur kotor yang berproses bersama air dan sinar matahari selama bermasa-masa.
Tumbuhan unik ini juga memberi manusia sebuah pelajaran, bahwa secara umum orang-orang biasa meletakkan perhatiannya pada hasil akhir. Orang-orang bisa dengan mudah dan cepat mengagumi keindahan bunga tunjung yang demikian indahnya menyembul diari perairan. Dengan pesona warna-warni ia segera menyihir hati manusia dari jaman ke jaman. Banyak orang mengagumi bunga out, tetapi hanya sedikit yang mau mengerti, bahwa untuk menghasilkan bunga secantik itu dibutuhkan proses panjang dan terutama ia yang cantik itu (bunga tunjung) tidaklah diturunkan dari sorga, melainkan kecantikan itu asal mulanya dari lumpuran becek, jauh dari dasar air telaga.
Lantas bunga tunjung banyak dijadikan sebagai persembahan kepada dewa-dewa, ia digunakan sebagai sarana di dalam upacara pemurnian diri. Barangkali upacara bicara tentang symbol yang sarat makna, tetapi lebih sederhana dari itu kita bisa membaca sebuah upacara persembahan sebagai bentuk teater tentang dunia pengharapan. Melalui persembahan bunga tunjung, para penyembah meletakkan harapannya untuk mampu memiliki kemahiran mengelolah diri dalam hidup ini sehingga kelak dapat berbuah atau berbunga seperti tunjung itu. Boleh saja kehidupan ini susah dan “becek? terkesan kotor menjijikkan, namun semua itu bukanlah manusia, sebab manusia hanyalah sebiji “benih? yang bersemi di lumpur kehidupan yang nampak keras, jorok, kotor dan dingin. karena itu, bagi manusia bijak ia tidak mengidentikkan diri dengan kekacauan hidup itu sendiri, tetapi ia memandang kekacauan, dingin dan kotor itu sebagai media yang mengolah dirinya untuk tumbuh menjadi pribadi mulia.
Para pemuja kesempurnaan, para pengabdi pendamba kemuliaan memotivasi dirinya untuk mampu memiliki kapasitas seperti bungan tumbuhan teratai, bahwa proses kehidupan akan mendewasakan dan mematangkan dirinya, hingga kelak berhasil mewujudkan dirinya sebagai pribadi mulia, insan yang memiliki kekaryaan yang dibutuhkan dunia, bahkan keharuman kemulyaannya tersebar hingga memenuhi ruang sorgawi. Itulah bunga indah mewangi yang dihasilkan oleh pejuang-pejuang kehidupan yang dengan sadar dan penuh semangat mau berproses, karena mereka tahu, benih yang ada pada dirinya adalah benih unggul, benih itu berasal dari Tuhan itu sendiri.
Pemuliaan bunga tunjung, bukanlah semata-semata suatu semarak aktifitas mental yang diperuntukkan menjangkau alam esoteric yang gaib, karena sesungguhnya gaib itu adalah kenyataan itu sendiri dan kenyataan ini sebenarnya hanya suatu yang gaib (maya). Di atas semua itu, bunga tunjung berbicara tentang kasih itu sendiri, di mana usaha-usaha keras penuh penderitaan (dalam lumpur dan air) tidak perlu dipamer-pamerkan pada khalayak umum, pengalaman getir seperti itu tidaklah perlu dibagi bersama, tetapi manakala sesuatu kemuliaan, keharuman mulai bersemi dan terus berbiak mekar, itulah saatnya dibagikan kepada berbagai pihak. Berbagai keindahan, kebahagiaan dan pertunjukkan kemuliaan, adalah makanan mental yang vital. Demikianlah, tunjung menyembunyikan akarnya di dalam lumpur hitam, supaya orang tidak jijik dan sakit hati melihatnya, tetapi ia mempertontonkan bunga keindahannya, karena dengan itu orang-orang yang memandangnya merasa gembira dan semangat. Jadi, persembahkanlah bunga tunjung kepada kehidupan, persembahkan keindahan, keharuman dan kemuliaan kepada sesame makhluk dan dunia.
Mitologi Bunga Tunjung Biru
Sebenarnya teratai telah lama dianggap suci oleh banyak agama di dunia, seperti di India dan Mesir, dalam sebuah monumen di lembah Nil, juga pada gulungan papirus tunggal terdapat lukisan bunga lotus ini terdapat ditempat yang terhormat. Demikian pula ditemukan pada pilar bangunan ibukota Mesir, pada takhta dan bahkan pada hiasan kepala Raja, sehingga teratai muncul dimana-mana.
Tuhan dalam aspek Ibu ilahi sering digambarkan sebagai yang duduk atau berdiri diatas teratai besar, symbol kemurnian dan kebijaksanaan. Tanaman ini misterius dan sakral telah dimuliakan selama berabad-abad sebagai symbol alam semesta. Hiranya Garbha, “telur? (atau rahim) emas yang muncul sering disebut Lotus Surgawi. Dewa juga digambarkan mengapung tertidur di perairan primordial, membentang di bunga teratai yang mekar.
Arca Prajna Paramita
Kelopak bunga teratai menunjukkan perluasan jiwa. Sedangkan kemampuan tumbuhan ini tumbuh dari lumpur dan menghasilkan keindahan melambangkan tekad janji spiritual. dalam ikonografi Hindu, Dewa sering digambarkan dengan bunga lotus sebagai tenpat duduk mereka. Juga perlu dicatat, bahwa sebagian besar Budha, Cina, Hindu, Jepang dan dalam sistem religi Asia lainnya sering digambarkan sebagai duduk diatas bunga lotus. Menurut legenda, Budha Gautama lahir dengan kemampuan untuk berjalan dan di mana-mana ia melangkah, bunga teratai mekar.
Warna bunga tunjung atau teratai atau lotus atau ratna seringkali ditemukan dalam enam warna yang berbeda: putih, kuning, merah, biru, ungu, dan merah muda.
Tunjung Putih
Diartikan kemurnian pikiran dan ketenangan dari sifat manusia, serta kesempurnaan spiritual.
Tunjung Kuning
Di ibaratkan seperti Dewa Mahadewa, wataknya jujur, bersemangat, perasaannya tajam, bijaksana, taat, patuh, bening dan teliti. Konon tunjung kuning ini di anugerahkan kepada para pertapa serta sangat istimewah untuk tanda kebesaran kerajaan apabila ada penobatan raja, seperti penyerahan mahkota yang terbuat dari emas kepada para prabu. ia juga dipercaya sebagai bunga penjaga istana kahyangan.
Tunjung Merah
Melambangkan kasih tanpa pamrih, gairah, kasih sayang, dan kebaikan. Bunga lotus yang sepenuhnya mekar melambangkan kebesaran dan kemurahan hati. Hal ini juga terkait dengan Avalokitesvara, yang merupakan Bodhisattva dalam ajaran Buddha, sedangkan dalam ajaran Hindu kuno di India disebut dengan Avatara Kalki. Dalam cerita Sun Go Kong kita juga pernah mengenalnya, Dewi Kwan Im Po Sat.
Tunjung Merah Muda
Dipercaya sebagai tempat tertinggi dan suci, dan sangat dihormati. Ini juga merupakan alasan, bahwa semua dewa menurut kepercayaan Hindu dan juga Buddha sendiri duduk di atas lotus merah muda. Lotus merah muda melambangkan keadaan pikiran seseorang, yang merupakan tahap di mana ia telah pencerahan tertinggi.
Tunjung Biru
Diartikan pengetahuan. melambangkan kendali seseorang atas pikiran dan semangat dan melepaskan aspirasi materialistis dalam hidup serta mencapai kesempurnaan jiwa. Bunga lotus biru tidak sepenuhnya benar? benar terbuka. Keadaan ini diartikan bahwa seseorang tidak boleh berhenti untuk belajar dalam mencapai kebijaksanaan dalam hidup.
Tunjung Ungu
Menandakan mistis dan merupakan bagian esoterik ajaran Buddha terkait 8 jalan dalam Buddhis. Bunga lotus juga melahirkan simbolisme dalam berbagai budaya. Keindahan bunga lotus menginspirasi pada karya seni, puisi, arsitektur, dan desain. Lotus tumbuh keluar dari air berlumpur, tidak terpengaruh dan tak tersentuh oleh kotoran, sehingga dianggap yang tertinggi di antara semua bunga.
Wayang Tunjung Biru
Dalam cerita pewayangan, DEWI TUNJUNGBIRU adalah salah seorang dari tujuh Bidadari upacara Suralaya yang terdiri dari : Dewi Supraba, Dewi Lenglengdanu, Dewi Irimirin, Dewi Gagarmayang, Dewi Wilutama, Dewi Warsiki dan Dewi Tunjungbiru sendiri.
Karena kecerdasannya dan sifatnya yang murah hati, setia dan penyabar, Dewi Tunjungbiru pernah diperintahkan oleh Sanghyang Manikmaya/Batara Guru untuk turun ke marcapada, menjelma/menitis sebagai putri Bathara Kandikota (turun ke-empat dari Sanghyang Darmajaka). Dalam penitisannya itu ia menikah dengan Prabu Arya/Aya, raja negara Duryapura. Dari perkawinan tersebut, Dewi Tunjungbiru mempunyai seorang putra yang diberi nama, Dasarata. Putranya ini kelak menikah dengan Dewi Kusalya, pewaris tahta negara Ayodya, dan menurunkan Ramawijaya Bersama keenam bidadari upacara Suralaya lainnya.
Bersama keenam bidadari upacara Suralaya lainnya, Dewi Tunjungbiru pernah ditugaskan Bathara Indra turun ke marapada, untuk membangunkan tapa Arjuna di Goa Mintaraga, di lereng Gunung Indrakila bergelar Bagawan Ciptaning. Namun tidak berhasil membangunkan kekhusukan tapa Begawan Ciptaning.
Putri Tunjung Biru
Di tanah air ada berbagai versi baik cerita, legenda dan sejarah yang mengisahkan putri tunjung biru, antara lain sosok yang dihubungkan dengan “Putri Blambangan yang hilang? dan “Nyi Roro Kidul?, termasuk juga sosok putri tunjung biru yang berikut ini :
Adalah kerajaan Wengker yang merupakan kerajaan tertua di Jawa Timur, Wengker berasal dari akronim ‘Wewengkon Angker? atau tempat yang angker? daerah cikal bakal para punggawa ‘Warok? yang sekarang lebih dikenal sebagai kota Ponorogo.
Konon Raja Wengker memiliki seorang putri, putri itu tidak hanya cantik namun juga memiliki ilmu dan spiritual yang tinggi, maka sang putripun disebut sebagai penjelmaan ‘Putri Tunjung Biru? dan ketika menikah bunga tunjung birulah yang digunakan sebagai ritual untuk meminangnya sebagai mas kawin.
Kerajaan Wengker yang semakin jaya/ lama umurnya juga bersahabat dengan kerajaan Majapahit yang masih muda/ baru, karena kedekatan kedua kerajaan yang seperti sahabat ini, Majapahitpun mewarisi budaya Wengker, dimana dalam prosesi pernikahan ala Jawa kuno yang sakral dan suci adalah dengan memakai bunga tunjung biru sebagai seremonial dalam pernikahan ala putra-putri kerajaan.
Ketika kerajaan Majapahit Hindu runtuh dan digantikan oleh kerajaan Mataram Islam, pun Mataram mewarisi budaya dan spiritual filosofi tunjung biru, para putra-putri keraton selalu menggunakan bunga tunjung biru sebagai bunga persembahan untuk meminang mempelai perempuan (?)
Malika D. Ana
05.08.23
Kisah Pateh Arya Gajah Mada Dalam Relasi Champa – Kelantan - Majapahit
Abad.id - Saat Medang mengadakan invansi ke Annam pada tahun 767 M dengan mengirim 5.577 kapal perang yang dipimpin Putra Sanjaya, Suwira Gading dan Sang Satiaki Satirta pengaruh medang telah meluas sampai Asia Tenggara. Hal ini terbukti dengan ditemukannya sebuah prasasti keping tembaga Laguna di Filipina pada tahun 823 Saka atau 900 M.
Menurut sumber sejarah dari Carita De Parahyangan, sejak saat itu kerajaan Medang tercatat mengelola 5 zona perdagangan komersial di Asia Tenggara, yaitu:
Pertama: Zona Teluk Benggala, yang mencakup India Selatan, Sri Lanka, Birma, dan pantai utara Sumatera.
Kedua: Zona Selat Malaka.
Ketiga: Zona Laut Cina Selatan, yang mencakup pantai timur Semenanjung Malaysia, Thailand, dan Vietnam Selatan. Keempat: Zona Sulu, yang mencakup daerah Pantai Barat Luzon, Mindoro, Cebu, Mindanau, dan pantai utara Kalimantan.
Terakhir: Zona Laut Jawa, yang melibatkan kawasan Kalimantan Selatan, Jawa, Sulawesi, Sumatera dan Nusa Tenggara.
Kelak sewaktu Majapahit diperintah oleh KÅ—tarajasa Jayawardana, Majapahit meneruskan jejak Medang mengelola 5 zona perdagangan komersial Asia Tenggara tersebut.
Untuk mengamankan misi perdagangan tersebut serta mengantisipasi kemungkinan invansi dinasti Yuan dari Cina dan dinasti Thai Ayutthaya di utara, Majapahit bersekutu dengan membuat aliansi militer bersama kerajaan Champa dan Chermin-Kelantan.
Setelah kejatuhan kerajaan Chermin (Langkasuka) di utara dan pantai timur semenanjung, kerajaan Thai Ayutthaya berusaha menaklukkan wilayah di kepulauan Nusantara (Alam Melayu) termasuk pulau Jawa.
Tetapi invansi Ayutthaya ke wilayah Nusantara menghadapi perlawanan dari Majapahit yang berhasil mematahkan serangan Ayutthaya. Tentera Thai Ayutthaya tersebut dikejar oleh perajurit-perajurit Majapahit yang sehingga kembali ke utara semenanjung.
Setelah berhasil mengalahkan kerajaan Thai Ayutthaya, Mahapatih Gadjah Mada membebaskan Kelantan sebagai kerajaan merdeka dan menyebutnya sebagai kerajaan Majapahit Barat.
Kerajaan Kelantan Majapahit Barat tersebut menguasai kembali wilayah-wilayah bekas Empayar Langkasuka-Chermin dahulu dan menjadi bagian dari kekuasaan Majapahit yang berpusat di Jawa. Kelak kerajaan Kelantan- Majapahit Barat berganti nama menjadi kerajaan Chermin-Jiddah kerana kedudukan pusat kerajaan ini bernama Jiddah di Kelantan.
Pada tahun 1357, Raja Bharubhasa sebagai pemerintah Chermin-Jiddah (Kelantan) bergabung kekuatan militer Majapahit dibawah pimpinan Mahapatih Gadjah Mada bergerak Segenting Kra di utara dan berhasil menaklukkan ibukota Ayutthaya, pusat kekuasaan bangsa Thai.
Sejak saat itu hubungan antara etnik Jawa dari empayar Majapahit dengan etnik Melayu Kelantan-Patani (juga dikenali sebagai etnik Melayu Yawi/Jawi) terbina sangat erat sekali.
Sehingga kini keris kebesaran istana Kelantan yang bernama Keris Pelangi Merbo juga digelar sebagai Keris Majapahit, simbol empayar gabungan bersama rumpun Melayu menentang siri penjajahan empayar Bangsa Thai dari arah utara.
Sejak Raja Bharubhasa masuk Islam di tangan Sayyid Husen Jamaludin beliau bergelar Marhum Sultan Mahmud dan digantikan oleh putranya Sultan Baqi Syah yang menikahkan putrinya yaitu Puteri Syahirah (Puteri Selindung Bulan) dengan Sayyid Husen Jamaludin pada tahun 1390 M.
Dari pernikahan tersebut lahirlah 2 anak. yaitu Sayyid 'Ali Nurul Alam bin Husain Jamadi al-Kubra, alias Pateh Arya Gajah Mada. Perdana Mantri of Kelantan-Majapahit II menjabat antara 1432-1467 M (lahir pada tahun 1402 M) dan Sayyid Muhammad Kebungsuan alias (Prabhu Anum/Udaya ning-Rat/Bhra Wijaya) lahir pada tahun 1410 M.
Ada dua fakta menarik. Pertama, Ali Nurul Alam memiliki nama lain Pateh Arya Gajah Mada. Jabatannya adalah Perdana Menteri Kelantan-Majapahit II yang menjabat 1432-1467.
Kerajaan Majapahit II
Kedua, karena rajanya berinduk ke Majapahit, maka jabatan tertinggi Kelantan dipegang oleh seorang Perdana Menteri yang dijabat oleh Ali Nurul Alam dengan nama alias atau gelarnya Pateh Arya Gajah Mada.
Ini adalah pilihan yang masuk akal untuk Mahapatih Gajah Mada mendelegasikan kekuasaan ke Patih Arya Gajah Mada. Mengingat wilayah Kelantan dan Champa jauh sekali dari Trowulan yang menjadi Ibukota Majapahit di Jawa.
Ali Nurul Alam punya 3 anak, laki-laki semua. Anak pertama adalah Wan Hussain Bi Ali Nurul Alam, alias Sri Amravamsa alias Tuk Masjid. Dia diangkat menjadi patih di Majapahit.
Putra kedua adalah Sutan Maulana Syarif Abdullah Mahmud Umdatuddin, alias Syekh Israel Yakub alias Wan Bo Tri Tri. Dia menjadi Raja Champa (1471-1478) menyusul eksodus keluarga kerajaan Majapahit II dari Kelantan ke Champa karena serbuan Siam.
Semasa di Champa, Syarif Abdullah bertemu jodohnya seorang putri yang datang dari Sunda bernama Nyi Mas Rara Santang alias Sharifah Mudain putri Prabu Siliwangi dari Pajajaran. Dari perkawinan ini lahir 2 anak laki-laki yaitu Syarif Hidayatullah alias Sunan Gunung Jati dan Wan Abul Muzaffar Waliyullah bin Sultan Abu Abdullah yang keturunannya menjadi raja-raja Champa, Kelantan dan Patani.
Putra ketiga Ali Nurul Alam adalah Wan Demali Alimuddin bin Burulalam. Dia diangkat menjadi patih dan laksamana di Kerajaan Majapahit. Sayyid Ali Nurul Alam disebutkan wafat di Campa tahun 1467. Dia dimakamkan di Garak Ruwain atau disebut juga Binjal Lima alias Binje Limo dalam bahasa Patani.
Adapun Kerajaan Champa pada mulanya memiliki hubungan budaya dan agama yang erat dengan Tiongkok, tetapi peperangan dan penaklukan terhadap Kerajaan Funan pada abad ke-4, telah menyebabkan masuknya budaya India.
Kemudian pada abad ke-10 dan seterusnya, para pedagang dari Arab datang ke wilayah ini dengan membawa pula pengaruh budaya dan agama Islam ke dalam masyarakat Champa. Kerajaan Champa pun mulai terpengaruh dengan masuknya agama Islam di Vietnam yang berasal dari jamaah India, Persia dan pedagang Arab. Raja Che Bo Nga akhirnya diislamkan oleh Sayyid Husein Jamaluddin dan bergelar Sultan Zainal Abidin yang memerintah pada tahun 1360 dan meninggal dalam perang melawan dengan bangsa Viet pada tahun 1390.
Pada tahun 1355 Puteri Ramawati putri Sultan Zainal Abidin dinikahi Sayyid Husen Jamaluddin dan memiliki seorang putra laki-laki, yang diberi nama Ibrahim Zainuddin Asghar Champa yang bergelar Sultan Zainal Abidin II Diraja Champa (lahir di Champa, tahun 1357 M.
Dalam hal ini kerajaan Champa dan Kelantan adalah bersaudara karena Sultan Champa Sultan Zainal Abidin 11 dan Sultan Kelantan Sayyid Ali Nur Alam atau Arya Patih Gajah Mada keduanya adalah putra dari Sayyid Husen Jamaludin.
Adapun putra Sayyid Husen Jamaludin yang lain, Ibrahim Samarqandy menikah dengan seorang putri Champa yang bernama Candra Wulan melahirkan 3 orang putra yaitu pertama, Maulana Ishak yang menikah dengan putri Menak Sembuyu yang melahurkan Raden Paku atau Sunan Giri. Kedua Raden Rahmat atau Sunan Ampel yang melahirkan Sunan Bonang dan Sunan Drajat. Dan yang terakhir Ali Murtadho yang melahirkan Sunan Ngudung dan berputra Sunan Kudus.(mda)
Malika D. Ana
28.04.23
Kisah Si Burung Merak; Awal Masuknya Islam dan Keruntuhan Majapahit
Abad.id - Burung Merak adalah simbol derajat yang tinggi. Jika dalam pewayangan, biasa dipersonifikasi oleh sosok Krisna. Krisna lahir di tempat makmur, hobinya makan keju dan minum susu, yang merupakan simbol kemakmuran dan kekayaan. Krisna tidak bisa memakai kain rombengan, di kepalanya selalu ada bulu burung Merak yang menghiasi. Dia juga hoby memainkan seruling.
Perempuan juga digambarkan jika berdandan cantik dan anggun laksana burung Merak yang dikagumi oleh semua orang. Bulu-bulunya indah memukau setiap mata yang memandang. Paduan kemewahan, kecantikan dan keanggunan.
Dalam sejarah kesenian Reyog Ponorogo, burung Merak adalah symbol tokoh utama kisah Putri Cempa yang jelita digambarkan sebagaimana burung Merak yang menghinggapi kepala harimau, lambang Brawijaya V yang takluk oleh pesona kecantikan permaisurinya tersebut. Akibatnya, banyak wilayah-wilayah di bawah Majapahit kecewa dan ingin melepaskan diri, salah satunya Wengker (Ponorogo).
Masa Awal Islam di Jawa - "Runtuhnya Kerajaan Majapahit"
Majapahit adalah sebuah Kerajaan besar, yang wilayahnya membentang dari ujung utara pulau Sumatera, sampai Papua. Bahkan, Malaka yang sekarang dikenal dengan nama Malaysia, termasuk wilayah kerajaan Majapahit.
Majapahit berdiri pada tahun 1293 Masehi. Didirikan oleh Raden Wijaya yang lantas setelah dikukuhkan sebagai Raja, beliau bergelar Shrii Kertarajasha Jayawardhana. Eksistensi Majapahit sangat disegani diseluruh dunia. Diwilayah Asia, hanya Majapahit yang ditakuti oleh Kekaisaran Tiongkok China. Di Asia pada abad XIII, hanya ada dua Kerajaan besar, yaitu Tiongkok dan Majapahit.
Lambang kerajaan Majapahit adalah Surya. Benderanya berwarna Merah dan Putih. Melambangkan darah putih dari ayah dan darah merah dari ibu. Lambang kecintaan pada bhumi pertiwi. Karma Bhumi. Dan pada jamannya, bangsa kita pernah menjadi adikuasa, superpower, layaknya Amerika dan Inggris sekarang. Pusat pemerintahan ada di Trowulan, sekarang didaerah Mojokerto, Jawa Timur. Pelabuhan internasionalnya adalah Gresik.
Agama resmi kerajaan adalah Hindhu aliran Shiva dan Buddha. Dua agama besar ini dikukuhkan sebagai agama resmi, sehingga kemudian muncul istilah agama Shiva Buddha. Nama Majapahit sendiri diambil dari nama pohon kesayangan Deva Shiva, Avatara Brahman, yaitu pohon Bilva atau Vilva. Di Jawa pohon ini terkenal dengan nama pohon Maja, dan rasanya memang pahit. Maja yang pahit ini adalah pohon suci bagi penganut agama Shiva, dan nama dari pohon suci ini dijadikan nama kebesaran dari sebuah kerajaan di Jawa. Dalam bahasa sanskerta, Majapahit juga dikenal dengan nama Vilvatikta (Wilwatikta, Vilva: Pohon Maja, Tikta : Pahit ). Sehingga, selain Majapahit ( baca : Mojopait) orang Jawa juga mengenal Kerajaan besar ini dengan nama Wilwatikta.
Kebesaran Majapahit mencapai puncaknya pada jaman pemerintahan Ratu Tribhuwanatunggadewi Jayawishnuwardhani (1328-1350 M). Dan mencapai jaman keemasan pada masa pemerintahan Prabhu Hayam Wuruk (1350-1389 M) dengan Mahapatih Gajah Mada-nya yang kesohor dipelosok Nusantara itu. Pada masa itu kemakmuran benar-benar dirasakan seluruh rakyat Nusantara. Benar-benar jaman yang gilang- gemilang.
Stabilitas Majapahit sempat koyak akibat perang saudara selama lima tahun yang terkenal dengan nama Perang Paregreg (1401-1406 M). Peperangan ini terjadi karena Kadipaten Blambangan hendak melepaskan diri dari pusat Pemerintahan. Blambangan yang diperintah oleh Bhre Wirabhumi berhasil ditaklukkan oleh seorang ksatria berdarah Blambangan sendiri yang membelot ke Majapahit, yaitu Raden Gajah. ( Kisah ini terkenal didalam masyarakat Jawa dalam cerita rakyat pemberontakan Adipati Blambangan Kebo Marcuet. Kebo = Bangsawan, Marcuet = Kecewa. Kebo Marcuet berhasil ditaklukkan oleh Jaka Umbaran. Jaka = Perjaka, Umbaran = Pengembara. Dan Jaka Umbaran setelah berhasil menaklukkan Adipati Kebo Marcuet, dikukuhkan sebagai Adipati Blambangan dengan nama Minak Jingga. Minak = Bangsawan, Jingga = Penuh Keinginan. Adipati Kebo Marcuet inilah Bhre Wirabhumi, dan Minak Jingga tak lain adalah Raden Gajah, keponakan Bhre Wirabhumi sendiri).
Namun, sepeninggal Prabhu Wikramawardhana, ketika tahta Majapahit dilimpahkan kepada Ratu Suhita, Malahan Raden Gajah yang kini hendak melepaskan diri dari pusat pemerintahan karena merasa diingkari janjinya. Dan tampillah Raden Paramesywara, yang berhasil memadamkan pemberontakan Raden Gajah. Pada akhirnya, Raden Paramesywara diangkat sebagai suami oleh Ratu Suhita. ( Dalam cerita rakyat, inilah kisah Damar Wulan. Ratu Suhita tak lain adalah Kencana Wungu. Kencana = Mutiara, Wungu = Pucat pasi, ketakutan. Dan Raden Paramesywara adalah Damar Wulan. Damar = Pelita, Wulan = Sang Rembulan.)
Kondisi Majapahit stabil lagi. Hingga pada tahun 1453 Masehi, tahta Majapahit dipegang oleh Raden Kertabhumi yang lantas terkenal dengan gelar Prabhu Brawijaya (Bhre Wijaya). Pada jaman pemerintahan beliau inilah, Agama Islam mulai merambah wilayah kekuasaan Majapahit, dimulai dari Malaka. Dan kemudian, mulai masuk menuju ke pusat kerajaan, ke pulau Jawa.
Dan Awal Penyebaran Islam di Jawa, kisahnya adalah sebagai berikut :
Diwilayah Kamboja selatan, dulu terdapat kerajaan kecil yang masuk dalam wilayah kekuasaan Majapahit. Kerajaan Champa namanya. (Sekarang hanya menjadi perkampungan Champa), karena dikuasai oleh China kemudian berubah nama sebagai Vietnam. Kerajaan ini berubah menjadi Kerajaan Islam semenjak Raja Champa memeluk agama baru itu. Keputusan ini diambil setelah seorang ulama Islam datang dari Samarqand, Bukhara. (Sekarang didaerah Rusia Selatan). Ulama ini bernama Syeh Ibrahim As-Samarqand. Selain berpindah agama, Raja Champa bahkan mengambil Syeh Ibrahim As-Samarqand sebagai menantu.
Raja Champa memiliki dua orang putri. Yang sulung bernama Dewi Candrawulan dan yang bungsu bernama Dewi Anarawati. Syeh Ibrahim As-Samarqand dinikahkan dengan Dewi Candrawati. Dari hasil pernikahan ini, lahirlah dua orang putra, yang sulung bernama Sayyid Ali Murtadlo, dan yang bungsu bernama Sayyid Ali Rahmad. Karena berkebangsaan Champa ( Indo-china ), Sayyid Ali Rahmad juga dikenal dengan nama Bong Swie Hoo (nama Champa dari Sayyid Ali Murtadlo).
Kerajaan Champa dibawah kekuasaan Kerajaan Majapahit yang berpusat di Jawa. Pada waktu itu Majapahit diperintah oleh Raden Kertabhumi atau Prabhu Brawijaya semenjak tahun 1453 Masehi. Beliau didampingi oleh adiknya Raden Purwawisesha sebagai Mahapatih. Pada tahun 1466, Raden Purwawisesha mengundurkan diri dari jabatannya, dan sebagai penggantinya diangkatlah Bhre Pandhansalas. Namun dua tahun kemudian, yaitu pada tahun 1468 Masehi, Bhre Pandhansalas juga mengundurkan diri.
Praktis semenjak tahun 1468 Masehi, Prabhu Brawijaya memerintah Majapahit tanpa didampingi oleh seorang Mahapatih. Apakah gerangan dalam masa pemerintahan Prabhu Brawijaya terjadi dua kali pengunduran diri dari seorang Mahapatih? Sebabnya tak lain dan tak bukan karena Prabhu Brawijaya terlalu lunak dengan etnis China dan orang-orang muslim.
Diceritakan, begitu Prabhu Brawijaya naik tahta, Kekaisaran Tiongkok mengirimkan seorang putri China yang sangat cantik sebagai persembahan kepada Prabhu Brawijaya untuk dinikahi. Ini dimaksudkan sebagai tali penyambung kekerabatan dengan Kekaisaran Tiongkok. Putri ini bernama Tan Eng Kian. Sangat cantik. Tiada bercacat. Karena kecantikannya, setelah Prabhu Brawijaya menikahi putri ini, praktis beliau hampi-hampir melupakan istri-istrinya yang lain. (Prabhu Brawijaya banyak memiliki istri, dari berbagai istri beliau, lahirlah tokoh-tokoh besar).
Ketika putri Tan Eng Kian tengah hamil tua, rombongan dari Kerajaan Champa datang menghadap. Raja Champa sendiri yang datang. Diiringi oleh para pembesar Kerajaan dan ikut juga dalam rombongan, Dewi Anarawati. Raja Champa banyak membawa upeti sebagai tanda ketaklukan. Dan salah satu upeti persembahan yang sangat berharga adalah, Dewi Anarawati sendiri.
Melihat kecantikan putri berdarah Indo-China ini, Prabhu Brawijaya terpikat. Dan begitu Dewi Anarawati telah beliau peristri, Tan Eng Kian, putri China yang tengah hamil tua itu, seakan-akan sudah tidak ada lagi di istana. Perhatian Prabhu Brawijaya kini beralih kepada Dewi Anarawati. Dalam suatu kisah karena Putri Champa berhasil menyembuhakan sakit raja singanya sang raja, maka si Putri Champa diangkat sebagai permaisuri.
Saking tergila-gilanya, manakala Dewi Anarawati meminta agar Tan Eng Kian disingkirkan dari istana, Prabhu Brawijaya menurutinya. Tan Eng Kian diceraikan. Lantas putri China yang malang ini diserahkan kepada Adipati Palembang Arya Damar untuk diperistri. Adipati Arya Damar sesungguhnya juga peranakan China. Dia adalah putra selir Prabhu Wikramawardhana, Raja Majapahit yang sudah wafat yang memerintah pada tahun 1389-1429 Masehi, dengan seorang putri China pula.
Nama China Adipati Arya Damar adalah Swan Liong. Menerima pemberian seorang janda dari Raja adalah suatu kehormatan besar. Perlu dicatat, Swan Liong adalah China muslim. Dia masuk Islam setelah berinteraksi dengan etnis China di Palembang, keturunan pengikut Laksamana Cheng Ho yang sudah tinggal lebih dahulu di Palembang. Oleh karena itulah, Palembang waktu itu adalah sebuah Kadipaten dibawah kekuasaan Majapahit yang bercorak Islam.
Arya Damar menunggu kelahiran putra yang dikandung Tan Eng Kian sebelum ia menikahinya. Begitu putri China ini selesai melahirkan, dinikahilah dia oleh Arya Damar.
Anak yang lahir dari rahim Tan Eng Kian, hasil dari pernikahannya dengan Prabhu Brawijaya, adalah seorang anak lelaki. Diberi nama Tan Eng Hwat. Karena ayah tirinya muslim, dia juga diberi nama Hassan. Kelak di Jawa, dia terkenal dengan nama Raden Patah yang kelak kembali ke Jawa dan mendirikan keraton Demak, yang kemudian terkenal sebagai Demak Bintara (Demak Bintoro). Kata bin dalam bahasa Arab merujuk pada "anaknya si", jadi Demak Bintara, artinya Demak anak si Tara, atau si Toro, Patahilah artinya kemenangan, putra Brawijaya dengan ratu berkulit pucat dan bermata sipit.
Dari hasil perkawinan Arya Damar dengan Tan Eng Kian, lahirlah juga seorang putra. Diberi nama Kin Shan. Nama muslimnya adalah Hussein. Kelak di Jawa, dia terkenal dengan nama Adipati Pecattandha, atau Adipati Terung yang terkenal itu.
Si Putri Champa Dewi Anarawati yang muslim itu telah berhasil merebut hati Prabhu Brawijaya. Dia lantas menggulirkan rencana selanjutnya setelah berhasil menyingkirkan pesaingnya, Tan Eng Kian. Dewi Anarawati meminta kepada Prabhu Brawijaya agar saudara-saudaranya yang muslim, yang banyak tinggal dipesisir utara Jawa, dibangunkan sebuah Ashrama, sebuah Peshantian, sebuah Padepokan, seperti halnya Padepokan para Pandhita Shiva dan para Wiku Buddha.
Mendengar permintaan istri tercintanya ini, Prabhu Brawijaya tak bisa menolak. Namun yang menjadi masalah, siapakah yang akan mengisi jabatan sebagai seorang Guru layaknya padepokan Shiva atau Mahawiku layaknya padepokan Buddha? Pucuk dicinta ulam tiba, Dewi Anarawati segera mengusulkan, agar diperkenankan memanggil kakak iparnya, Syeh Ibrahim As-Samarqand yang kini ada di Champa untuk tinggal sebagai Guru di Ashrama Islam yang hendak dibangun. Dan lagi-lagi, Prabhu Brawijaya menyetujuinya.
Para Pembesar Majapahit, Para Pandhita Shiva dan Para Wiku Buddha, sudah melihat gelagat yang tidak baik. Mereka dengan halus memperingatkan Prabhu Brawijaya, agar selalu berhati-hati dalam mengambil sebuah keputusan penting.
Tak kurang-kurang, Sabdo Palon dan Nayagenggong(mungkin julukan tokoh yang tidak mau diketahui nama sebenarnya), punakawan terdekat Prabhu Brawijaya juga sudah memperingatkan agar momongan mereka ini berhati-hati, tidak gegabah. Dalam sebuah versi folklor nama ini adalah samaran dari Pembayun, putri Brawijaya. Namun, Prabhu Brawijaya, bagaikan orang mabuk, tak satupun nasehat orang-orang terdekatnya beliau dengarkan.
Perekonomian Majapahit sudah hampir didominasi oleh etnis China semenjak putri Tan Eng Kian di peristri oleh Prabhu Brawijaya, dan memang itulah misi dari Kekaisaran Tiongkok. Kini, dengan masuknya Dewi Anarawati, orang-orang muslim-pun mendapat kesempatan besar. Apalagi, pada waktu itu, banyak juga orang China yang muslim. Semua masukan bagi Prabhu Brawijaya tersebut, tidak satupun yang diperhatikan secara sungguh-sungguh. Para Pejabat daerah mengirimkan surat khusus kepada Sang Prabhu yang isinya mengeluhkan tingkah laku para pendatang baru ini. Namun, tetap saja, ditanggapi acuh tak acuh.
Hingga pada suatu ketika, manakala ada acara rutin tahunan dimana para pejabat daerah harus menghadap ke ibukota Majapahit sebagai tanda kesetiaan, Ki Ageng Kutu, Adipati Wengker ( Ponorogo sekarang), mempersembahkan tarian khusus buat Sang Prabhu. Tarian ini masih baru. Belum pernah ditampilkan dimanapun. Tarian ini dimainkan dengan menggunakan piranti tari bernama Dhadhak Merak. Yaitu sebuah piranti tari yang berupa duplikat kepala harimau dengan banyak hiasan bulu-bulu burung merak diatasnya. Dhadhak Merak ini dimainkan oleh satu orang pemain, dengan diiringi oleh para prajurit yang bertingkah polah seperti banci. (Sekarang dimainkan oleh wanita tulen). Ditambah satu tokoh yang bernama Pujangganom dan satu orang Jathilan. Sang Pujangganom tampak menari-nari acuh tak acuh, sedangkan Jathilan, melompat-lompat seperti orang gila.
Penari Jathilan, simbol para pejabat dijaman Majapahit, dokumentasi mda
Sang Prabhu takjub melihat tarian baru ini. Manakala beliau menanyakan makna dari suguhan tarian tersebut, Ki Ageng Kutu, Adipati dari Wengker yang terkenal berani itu, tanpa sungkan-sungkan menjelaskan, bahwa Dhadhak Merak adalah symbol dari Kerajaan Majapahit sendiri. Kepala Harimau adalah symbol dari Sang Prabhu. Bulu-bulu merak yang indah adalah simbol permaisuri sang Prabhu yang terkenal sangat cantik, yaitu Dewi Anarawati. Pasukan banci adalah pasukan Majapahit. Pujangganom adalah simbol dari Pejabat teras, dan Jathilan adalah simbol dari Pejabat daerah.
Pujanggaanom, simbol pejabat teras. Dokumentasi: mda
Arti sesungguhnya adalah, Kerajaan Majapahit, kini diperintah oleh seekor harimau yang dikangkangi oleh burung Merak yang indah. Harimau itu tidak berdaya dibawah selangkangan sang burung Merak. Para Prajurit Majapahit sekarang berubah menjadi penakut, melempem dan banci, sangat memalukan! Para pejabat teras acuh tak acuh dan pejabat daerah dibuat kebingungan menghadapi invasi halus, imperialisasi halus yang kini tengah terjadi. Dan terang-terangan Ki Ageng Kutu memperingatkan agar Prabhu Brawijaya berhati-hati dengan orang-orang pesisir yang membawa agama Jahuri (agama saudagar).
Reog Ponorogo. Dokumentasi: mda
Kesenian sindiran ini kemudian hari dikenal dengan nama REOG PONOROGO.
Mendengar kelancangan Ki Ageng Kutu, Prabhu Brawijaya murka! Dan Ki Ageng Kutu, bersama para pengikutnya segera meninggalkan Majapahit. Sesampainya di Wengker, beliau mamaklumatkan perang dengan Majapahit.
Prabhu Brawijaya mengutus putra selirnya, Raden Bathara Katong untuk memimpin pasukan Majapahit, menggempur Kadipaten Wengker.
Prabhu Brawijaya memeberikan perdikan adalah daerah otonom yang dijanjikan kepada Dewi Anarawati alias Putri Champa. Dan Dewi Anarawati meminta daerah Ampeldhenta (di Surabaya sekarang) agar dijadikan daerah otonom bagi orang-orang yang beragama Jahuri, sebutan agama Islam yang dibawa oleh para pedagang dari Timur Tengah pada saat itu menurut Kitab Pustaka Wedha Sasangka yang ditulis oleh Dhenok Soeryaningsih. Di Ampeldenta rencananya akan dibangun sebuah Ashrama besar sebagai pusat pendidikan bagi kaum muslimin (orang yang menganut agama Islam).
Begitu Prabhu Brawijaya menyetujui hal ini, maka Dewi Anarawati, atas nama Kerajaan, mengirim utusan ke Champa. Meminta kesediaan Syeh Ibrahim As-Samarqand untuk tinggal di Majapahit dan menjadi Guru dari Padepokan yang hendak dibangun.
Dan permintaan ini adalah sebuah kabar keberhasilan luar biasa bagi Raja Champa. Misi peng-Islam-an Majapahit sudah diambang mata. Maka berangkatlah Syeh Ibrahim As-Samarqand ke Jawa. Diiringi oleh kedua putranya, Sayyid Ali Murtadlo dan Sayyid Ali Rahmad.
Sesampainya di Gresik, pelabuhan Internasional pada waktu itu, mereka disambut oleh masyarakat muslim pesisir yang sudah ada disana sejak jaman Prabhu Hayam Wuruk berkuasa. Masyarakat muslim ini mulai mendiami pesisir utara Jawa semenjak kedatangan Syeh Maulana Malik Ibrahim, yang pada waktu itu memohon menghadap kehadapan Prabhu Hayam Wuruk hanya untuk sekedar meminta beliau agar 'pasrah' memeluk Islam. Tentu saja, permintaan ini ditolak oleh Sang Prabhu Hayam Wuruk pada waktu itu karena dianggap lancang. Namun, beliau sama sekali tidak menjatuhkan hukuman. Beliau dengan hormat mempersilakan rombongan Syeh Maulana Malik Ibrahim agar kembali pulang. Namun sayang, di Gresik, banyak para pengikut Syeh Maulana Malik Ibrahim terkena wabah penyakit yang datang tiba-tiba. Banyak yang meninggal. Salah satunya adalah santriwati Syeh Maulana Malik Ibrahim bernama Fatimah binti Maimun( Sampai sekarang makamnya masih ada). Dan Syeh Maulana Malik Ibrahim akhirnya wafat juga di Gresik, dan lantas dikenal oleh orang-orang Jawa muslim dengan nama Sunan Gresik.
Makam Fatimah Binti Maimun
Syeh Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik telah datang jauh-jauh hari sebelum ada yang dinamakan Dewan Wali Sangha ( Sangha = Perkumpulan orang-orang suci. Sangha diambil dari bahasa Sansekerta. Bandingkan dengan doktrin Buddhis mengenai Buddha, Dharma dan Sangha. Kata-kata Wali Sangha lama-lama berubah menjadi Wali Songo yang artinya Wali Sembilan).
Tetapi dalam suatu versi Pustaka Wedha Sasangka dikatakan bahwa tidak pernah jumlah wali itu sembilan orang. Sebenarnya, bukan wali sanga tetapi Wali Sangha, yang artinya "Kelompok Ratu Taklukan". Dalam bahasa Jawa Kuno, kata "wali" artinya ratu taklukan. Ini bukan bahasa Arab wali yang artinya teman, pemimpin, yang mengampu. Begitu juga sangha yang dimaksud bukan bahasa Sanskerta yang artinya dewan pendeta, tetapi bahasa Jawa Kuno yang artinya kelompok, atau kumpulan. Itulah sebabnya wali-wali yang selama ini dianggap sebagai penyiar agama Islam bergelar "sunan". Kita harus paham benar bahwa "sunan" adalah gelar bagi seorang raja, yang di kemudian hari dipakai oleh raja-raja Surakarta, dari Sunan Amangkurat hingga Sunan Pakubuwana. Di era Majapahit, wali adalah raja-raja taklukan yang ditempatkan di daerah pesisir.
Rombongan dari Champa ini sementara waktu beristirahat di Gresik sebelum meneruskan perjalanan menuju ibukota kerajaan Majapahit. Sayang, setibanya di Gresik, Syeh Ibrahim As-Samarqand jatuh sakit dan meninggal dunia. Orang Jawa muslim mengenalnya dengan nama Syeh Ibrahim Smorokondi. Makamnya masih ada di Gresik sekarang.
Kabar meninggalnya Syeh Ibrahim As-Samarqand sampai juga di istana. Dewi Anarawati bersedih. Lantas, kedua putra Syeh Ibrahim As-Samarqand dipanggil menghadap. Atas usul Dewi Anarawati, Sayyid Ali Rahmad diangkat sebagai pengganti ayahnya sebagai Guru dari sebuah Padepokan Islam yang hendak didirikan.
Bahkan, Sayyid Ali Rahmad dan Sayyid Ali Murtadlo mendapat gelar kebangsawanan Majapahit, yaitu Rahadyan atau Raden. Jadilah mereka dikenal dengan nama Raden Rahmad dan Raden Murtolo (Orang Jawa tidak bisa mengucapkan huruf dlo. Huruf dlo berubah menjadi lo¯. Seperti Ridlo, jadi Rilo, Ramadlan jadi Ramelan, Riyadloh jadi Riyalat, dan lain-lain). Namun lama kelamaan, Raden Murtolo dikenal dengan nama Raden Santri, makamnya juga ada di Gresik sekarang.
Raden Rahmad, disokong pendanaan dari Majapahit, membangun pusat pendidikan Islam pertama di Jawa. Para muslim pesisir datang membantu. Tak berapa lama, berdirilah Padepokan Ampeldhenta. Istilah Padepokan lama-lama berubah menjadi Pesantren untuk membedakannya dengan Ashrama pendidikan Agama Shiva dan Agama Buddha. Lantas dikemudian hari, Raden Rahmad dikenal dengan nama Sunan Ampel.
Raden Santri, mengembara ke Bima, menyebarkan Islam disana, hingga ketika sudah tua, ia kembali ke Jawa dan meniggal di Gresik.
Para pembesar Majapahit, Para Pandhita Shiva dan Para Wiku Buddha, sudah memperingatkan Prabhu Brawijaya. Sebab sudah terdengar kabar dimana-mana, kaum baru ini adalah kaum missioner. Kaum yang punya misi tertentu. Malaka sudah berubah menjadi Kadipaten Islam, Pasai juga, Palembang juga, dan kini gerakan itu sudah semakin dekat dengan pusat kerajaan.
Semua telah memperingatkan Sang Prabhu. Tak ketinggalan pula Sabdo Palon dan Naya Genggong. Namun, bagaikan berlalunya angin, Prabhu Brawijaya tetap tidak mendengarkannya. Raja Majapahit yang ditakuti ini, kini bagaikan harimau yang takluk dibawah kangkangan burung Merak, Dewi Anarawati.
Benarlah apa yang dikatakan oleh Ki Ageng Kutu dari Wengker dulu.
"Seorang Harimau yang dikangkangi oleh merak, tidak akan mampu lagi mengaum bebas".(mda)
Baca juga: https://abad.id/newsDetail/249-polarisasi-akibat-sumpah-dewi-cempa-dalam-kosmologi-jawa
Malika D. Ana
11.02.23
Penanggalan Jawa Sebelum Akulturasi Budaya
Abad.id - Dari masa Sultan Agung berkuasa hingga sekarang, belum ada yang berani melakukan perubahan atau penyesuaian. Ada yang berpendapat kalau Penanggalan Jawa seharusnya setiap 75 atau 120 tahun sekali harus diadakan penyesuaian. Ada yang berpendapat, kalau sekarang dekade perhitungan tahun ABOGE sudah berakhir dan sudah seharusnya diganti dekade perhitungan tahun ASAPON.
Terlepas dari berbagai pendapat tersebut, lebih baik demi kembalinya sebuah Jati Diri bangsa, karena bangsa yang besar adalah bangsa yang punya dan kuat Jati Diri-nya. lebih baik kita kembali pada Penanggalan Jawa asli yang diciptakan oleh Mpu Hubayun (911 SM) dan kita usahakan menjadi kalender nasional atau bahkan kalender internasional, karena Jawa adalah Global genius, bukan Local genius. Dengan pertimbangan :
1. Penanggalan Jawa Mpu Hubayun adalah Penanggalan Jawa asli dan yang pertama atau tertua (911 SM).
2. Kalender yang penuh dengan nilai-nilai filosofi tinggi, yang menandakan bangsa kita adalah bangsa yang besar. Sehingga kalau bisa Penanggalan Jawa diangkat menjadi Kalender Nasional Negara Indonesia. Karena tidak semua bangsa dan negara di dunia memiliki kalender sendiri.
3. Kalender yang mengarah pada keselarasan atau keharmonian alam semesta, karena berdasarkan proses awal terjadinya alam semesta (Sangkan Dumadining Bhawana).
4. Penanggalan Jawa yang selaras dengan aksara Jawa, Sangkan Dumadining Bhawana dan Sangkan paraning Dumadi.
5. Satu-satunya kalender di dunia yang mengakomodasi makrokosmos dan mikrokosmos, sehingga tidak sekedar kalender yang hanya memakai hitungan angka.
6. Penanggalan Jawa harus berdiri diatas semua golongan (agama, suku). Karena makna kata JAWA itu sendiri tidak bermakna sukuisme maupun kedaerahan (teritorial).
Sedangkan Penanggalan Jawa Sultan Agung, selain adanya polemik dengan berbagai pendapat yang berbeda juga terlalu banyak mengadopsi pengaruh Islam. Sehingga orang yang tidak memeluk agama Islam, muncul perasaan tidak merasa ikut memiliki, sedang pemeluk agama Islam sendiri juga banyak yang tidak merasa memiliki karena dianggapnya peninggalan agama Hindhu. Semua itu berakibat hilangnya nilai-nilai kebersamaan, gotong-royong, guyub-rukun, yang menjadi ciri-khas bangsa kita. Akibatnya sekarang ini banyak orang yang sudah tidak mengenal lagi atau sudah tidak peduli pada Penanggalan Jawa, aksara Jawa dan Budaya Jawa.
7. Kalender atau penanggalan adalah simbol kehidupan sehari-hari, sementara kalender yang ada sekarang ini dan menjadi kalender resmi nasional negara Indonesia, tercetak angka besar kalender Masehi dan angka kecil kalender Hijriah. Tanpa kita sadari sudah cukup lama ada kekuatan tertentu yang ingin menghancurkan Nusantara/Indonesia dengan berawal menghilangkan simbol kehidupan sehari-hari Nusantara/Jawa. Alhasil sekarang ini secara umum bangsa kita merasa malu, hina dan tidak bangga menggunakan simbol-simbol Nusantara dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga terpuruklah bangsa kita sekarang ini.
A. PENETAPAN HARI DALAM PENANGGALAN JAWA (Makrokosmos)
1. Hari ke-1 berdasarkan Surya disebut Radite atau Rawiwara sekarang Minggu (Dipengaruhi Planet Matahari), neptunya 5.
2. Hari ke-2 berdasarkan Rembulan disebut Suma atau Sumawara sekarang Senen (Dipengaruhi Planet Bulan), neptunya 4.
3. Hari ke-3 berdasarkan Kartika-I disebut Anggara atau Manggala sekarang Selasa (Dipengaruhi Planet Mars), neptunya 3.
4. Hari ke-4 berdasarkan Pertiwi disebut Buda atau Pertala sekarang Rebo (Dipengaruhi Planet Bumi), neptunya 6.
5. Hari ke-5 berdasarkan Kartika-II disebut Respati sekarang Kamis (Dipengaruhi Planet Jupiter), neptunya 8.
6. Hari ke-6 berdasarkan Kartika-IV disebut Sukra sekarang Jum’at (Dipengaruhi Planet Uranus dan Venus), neptunya 6.
7. Hari ke-7 berdasarkan Kartika-III disebut Tumpak sekarang Sabtu (Dipengaruhi Planet Saturnus), neptunya 9.
B. SIFAT – SIFAT MAKROKOSMOS
1. Matahari adalah bintang induk Tata Surya dan merupakan komponen utama sistem Tata Surya ini. Bintang ini berukuran 332.830 massa bumi. Massa yang besar ini menyebabkan kepadatan inti yang cukup besar untuk bisa mendukung kesinambungan fusi nuklir dan menyemburkan sejumlah energi yang dahsyat. Kebanyakan energi ini dipancarkan ke luar angkasa dalam bentuk radiasi eletromagnetik, termasuk spektrum optik.
2. Bulan adalah satu-satunya satelit alami Bumi, dan merupakan satelit alami terbesar ke-5 di tata surya. Bulan tidak mempunyai sumber cahaya sendiri dan cahaya Bulan sebenarnya berasal dari pantulan cahaya Matahari.
3. Mars (1,5 SA dari matahari, SA : Satuan Astronomi = ± 150 juta kilo meter) berukuran lebih kecil dari bumi dan Venus (0,107 massa bumi). Planet ini memiliki atmosfer tipis yang kandungan utamanya adalah karbon dioksida. Permukaan Mars yang dipenuhi gunung berapi raksasa seperti Olympus Mons dan lembah retakan seperti Valles marineris, menunjukan aktivitas geologis yang terus terjadi sampai baru belakangan ini. Warna merahnya berasal dari warna karat tanahnya yang kaya besi. Mars mempunyai dua satelit alami kecil (Deimos dan Phobos) yang diduga merupakan asteroid yang terjebak gravitasi Mars.
4. Bumi (1 SA dari matahari) adalah planet bagian dalam yang terbesar dan terpadat, satu-satunya yang diketahui memiliki aktivitas geologi dan satu-satunya planet yang diketahui memiliki mahluk hidup. Hidrosfer-nya yang cair adalah khas di antara planet-planet kebumian dan juga merupakan satu-satunya planet yang diamati memiliki lempeng tektonik. Atmosfer bumi sangat berbeda dibandingkan planet-planet lainnya, karena dipengaruhi oleh keberadaan mahluk hidup yang menghasilkan 21% oksigen. Bumi memiliki satu satelit, bulan, satu-satunya satelit besar dari planet kebumian di dalam Tata Surya.
5. Yupiter (5,2 SA), dengan 318 kali massa bumi, adalah 2,5 kali massa dari gabungan seluruh planet lainnya. Kandungan utamanya adalah hidrogen dan helium. Sumber panas di dalam Yupiter menyebabkan timbulnya beberapa ciri semi-permanen pada atmosfernya, sebagai contoh pita pita awan dan Bintik Merah Raksasa. Sejauh yang diketahui Yupiter memiliki 63 satelit. Empat yang terbesar, Ganymede, Callisto, Io, dan Europa menampakan kemiripan dengan planet kebumian, seperti gunung berapi dan inti yang panas. Ganymede, yang merupakan satelit terbesar di tata surya, berukuran lebih besar dari Merkurius.
6. Uranus (19,6 SA) yang memiliki 14 kali massa bumi, adalah planet yang paling ringan di antara planet-planet luar. Planet ini memiliki kelainan ciri orbit. Uranus mengedari matahari dengan bujkuran poros 90 derajad pada ekliptika. Planet ini memiliki inti yang sangat dingin dibandingkan gas raksasa lainnya dan hanya sedikit memancarkan energi panas. Uranus memiliki 27 satelit yang diketahui, yang terbesar adalah Titania, Oberon, Umbriel, Ariel dan Miranda.
7. Venus (0,7 SA dari matahari) berukuran mirip bumi (0,815 massa bumi). Dan seperti bumi, planet ini memiliki selimut kulit silikat yang tebal dan berinti besi, atmosfernya juga tebal dan memiliki aktivitas geologi. Akan tetapi planet ini lebih kering dari bumi dan atmosfernya sembilan kali lebih padat dari bumi. Venus tidak memiliki satelit. Venus adalah planet terpanas dengan suhu permukaan mencapai 400 °C, kemungkinan besar disebabkan jumlah gas rumah kaca yang terkandung di dalam atmosfer. Sejauh ini aktivitas geologis Venus belum dideteksi, tetapi karena planet ini tidak memiliki medan magnet yang bisa mencegah habisnya atmosfer, diduga sumber atmosfer Venus berasal dari gunung berapi.
8. Saturnus (9,5 SA) yang dikenal dengan sistem cincinnya, memiliki beberapa kesamaan dengan Yupiter, sebagai contoh komposisi atmosfernya. Meskipun Saturnus hanya sebesar 60% volume Yupiter, planet ini hanya seberat kurang dari sepertiga Yupiter atau 95 kali massa bumi, membuat planet ini sebuah planet yang paling tidak padat di Tata Surya. Saturnus memiliki 60 satelit yang diketahui sejauh ini (dan 3 yang belum dipastikan) dua di antaranya Titan dan Enceladus, menunjukan activitas geologis, meski hampir terdiri hanya dari es saja. Titan berukuran lebih besar dari Merkurius dan merupakan satu-satunya satelit di Tata Surya yang memiliki atmosfer yang cukup berarti.
C. PENETAPAN PASARAN DALAM PENANGGALAN JAWA (Mikrokosmos)
Dalam penanggalan Jawa terdapat Pasangan atau Sisihan Hari yang berdasarkan sedulur 4 kalima Pancer yang berupa cahaya :
1. Cahaya berwarna Putih disebut Pethakan sekarang disebut Manis/Legi, unsur Udara atau Oksigen. Neptunya 5
2. Cahaya berwarna Merah disebut Abritan sekarang disebut Jenar/Paing, unsur Api atau Nitrogen. Neptunya 9
3. Cahaya berwarna Kuning disebut Jene’an sekarang disebut Palguna/Pon, unsur Cahaya atau Foton. Neptunya 7
4. Cahaya berwarna Hitam disebut Cemengan sekarang disebut Langking/Wage, unsur Tanah atau Carbon. Neptunya 4
5. Cahaya berwarna Hijau disebut Gesang atau pancer disebut Kasih/Kliwon, unsur air atau Hidrogen. Neptunya 8
D. SIFAT – SIFAT MIKROKOSMOS
1. Udara :
a. Memiliki masa sehingga dapat menimbulkan tekanan
b. Transparan dalam beberapa bentuk radiasi
c. Tidak berwarna, tidak berbau dan tidak dapat dirasakan kecuali dalam bentuk angin.
d. Bersifat elastis dan dinamis, sehingga dapat mengembang dan mengkerut sehingga dapat bergerak dan berpindah
2. Api :
a. Api adalah oksidasi cepat terhadap suatu material dalam proses pembakaran kimiawi, yang menghasilkan panas, cahaya, dan berbagai hasil reaksi kimia lainnya.
b. Api berupa energi berintensitas yang bervariasi dan memiliki bentuk cahaya (dengan panjang gelombang juga di luar spektrum visual sehingga dapat tidak terlihat oleh mata manusia) dan panas yang juga dapat menimbulkan asap.
3. Cahaya :
a. Cahaya merambat lurus
b. Cahaya dapat menembus benda bening
c. Cahaya dapat dipantulkan
d. Cahaya dapat dibiaskan
4. Tanah :
a. Tanah berasal dari pelapukan batuan dengan bantuan organisme.
b. Tubuh tanah terbentuk dari campuran bahan organik dan mineral.
5. Air :
a. air mengalir dari permukaan tinggi ke rendah, karena gaya gravitasi
b. air mengalami kapilaritas, yaitu meresapnya partikel air melalui celah2 kecil
c. permukaan air yang tenang adalah datar
d. air dapat memantulkan maupun membiaskan cahaya
e. bayangan benda yang dilihat di air pasti lebih kecil dari ukuran sebenarnya
E. PENETAPAN BULAN DALAM PENANGGALAN JAWA (CANDRA)
- Bulan ke-1 disebut Badra Warna sekarang disebut Sura, Neptunya 7
- Bulan ke-2 disebut Asuji sekarang disebut Sapar, Neptunya 2.
- Bulan ke-3 disebut Kartika sekarang disebut Mulud/Rabi’ulawal, Neptunya 3.
- Bulan ke-4 disebut Pusa sekarang disebut Bakda Mulud/Rabi’ulakhir, Neptunya 5 .
- Bulan ke-5 disebut Manggasri sekarang disebut Jumadilawal, Neptunya 6.
- Bulan ke-6 disebut Sitra sekarang disebut Jumadilakir, Neptunya 1.
- Bulan ke-7 disebut Manggalaka sekarang disebut Rejeb, Neptunya 2.
- Bulan ke-8 disebut Naya sekarang disebut Ruwah/Sadran, Neptunya 4.
- Bulan ke-9 disebut Palguna sekarang disebut Puasa, Neptunya 5.
- Bulan ke-10 disebut Wisaka sekarang disebut Syawal, Neptunya 7.
- Bulan ke-11 disebut Jita sekarang disebut Apit/Dulkaidah/Selo, Neptunya 1.
- Bulan ke-12 disebut Srawana sekarang disebut Besar/Dulhijah, Neptunya 3
F. PENETAPAN TAHUN ATAU WARSA DALAM PENANGGALAN JAWA
1. Tahun ke-1 disebut Sri/Harsa sekarang di sebut tahun Alip, Neptunya 1.
2. Tahun ke-2 disebut Endra/Heruwarsa sekarang di sebut tahun Ehe, Neptunya 5.
3. Tahun ke-3 disebut Guru/Jimantara sekarang di sebut tahun Jimawal, Neptunya 3.
4. Tahun ke-4 disebut Yama/Duryata sekarang di sebut tahun Je, Neptunya 7.
5. Tahun ke-5 disebut Ludra/Dhamma sekarang di sebut tahun Dal, Neptunya 4.
6. Tahun ke-6 disebut Brahma/Pitaka sekarang di sebut tahun Be, Neptunya 2.
7. Tahun ke-7 disebut Kala/Wahyu sekarang di sebut tahun Wawu, Neptunya 6.
8. Tahun ke-8 disebut Uma/Dirgawarsa sekarang di sebut tahun Jimakir, Neptunya 3.
G. PAWUKON ATAU SATUAN MINGGU DALAM PENANGGALAN JAWA
Menurut Wikipedia, Wuku adalah bagian dari suatu siklus dalam penanggalan Jawa dan Bali yang berumur tujuh hari (satu pekan). Siklus wuku berumur 30 pekan (210 hari), dan masing-masing wuku memiliki nama tersendiri. Perhitungan wuku (bahasa Jawa: pawukon) masih digunakan di Bali dan Jawa, terutama untuk menentukan "hari baik" dan "hari buruk" serta terkait dengan weton / nepton. Weton dalam bahasa Bali disebut oton/otonan. Seorang bayi yang berusia 1 siklus wuku (210 hari) disebut 1 oton.
Ide dasar perhitungan menurut wuku adalah bertemunya dua hari dalam sistem pancawara (pasaran) dan saptawara (pekan) menjadi satu. Sistem pancawara atau pasaran terdiri dari lima hari, sedangkan sistem saptawara terdiri dari tujuh hari. Dalam satu wuku, pertemuan antara hari pasaran dan hari pekan sudah pasti, misalkan hari Sabtu Pon terjadi dalam wuku Wugu. Menurut kepercayaan tradisional orang Bali dan Jawa, semua hari-hari ini memiliki makna khusus.
1. Sinta-Batara Yama (Ahad Pahing-Sabtu Pon)
2. Landep-Batara Mahadewa (Ahad Wage-Sabtu Kliwon)
3. Wukir, Ukir-Batara Mahayakti (Ahad Legi-Sabtu Pahing)
4. Kurantil, Kulantir-Batara Langsur (Ahad Pon-Sabtu Wage)
5. Tolu, Tulu-Batara Bayu (Ahad Kliwon-Sabtu Legi)
6. Gumbreg-Batara Candra (Ahad Pahing-Sabtu Pon)
7. Warigalit, Wariga-Batara Asmara (Ahad Wage-Sabtu Kliwon)
8. Warigagung, Warigadian-Batara Maharesi (Ahad Legi-Sabtu Pahing)
9. Julungwangi, Julangwangi-Batara Sambu (Ahad Pon-Sabtu Wage)
10. Sungsang-Batara Gana Ganesa (Ahad Kliwon-Sabtu Legi)
11. Galungan, Dungulan-Batara Kamajaya (Ahad Pahing-Sabtu Pon)
12. Kuningan-Batara Indra (Ahad Wagé-Sabtu Kliwon). Pada wuku ini Hari Raya Kuningan jatuh pada hari Sabtu-Kliwon.
13. Langkir-Batara Kala (Ahad Legi-Sabtu Pahing)
14. Mandasiya, Medangsia-Batara Brahma (Ahad Pon-Sabtu Wage)
15. Julungpujut, Pujut-Batara Guritna (Ahad Kliwon-Sabtu Legi)
16. Pahang-Batara Tantra (Ahad Pahing-Sabtu Pon)
17. Kuruwelut, Krulut-Batara Wisnu (Ahad Wagé-Sabtu
18. Marakèh, Merakih-Batara Suranggana (Ahad Legi-Sabtu Kliwon)
19. Tambir - Batara Siwa (Ahad Pon - Sabtu Wagé)
20. Medangkungan-Batara Basuki (Ahad Kliwon - Sabtu Legi)
21. Maktal - Batara Sakri (Ahad Pahing - Sabtu Pon)
22. Wuyé, Uye-Batara Kowera (Ahad Wagé-Sabtu Kliwon)
23. Manahil, Menail-Batara Citragotra (Ahad Legi-Sabtu Pahing)
24. Prangbakat-Batara Bisma (Ahad Pon-Sabtu Wagé)
25. Bala-Batara Durga (Ahad Kliwon-Sabtu Legi)
26. Wugu, Ugu-Batara Singajanma (Ahad Pahing-Sabtu Pon)
27. Wayang-Batara Sri (Ahad Wagé-Sabtu Kliwon)
28. Kulawu, Kelawu-Batara Sadana (Ahad Legi-Sabtu Pahing)
29. Dukut-Batara Sakri (Ahad Pon-Sabtu Wagé). Pada wuku ini Anggara Kasih pada hari Selasa Kliwon dianggap keramat oleh orang Jawa.
30. Watugunung-Batara Anantaboga (Ahad Kliwon-Sabtu Legi). Pada wuku ini hari Jumat Kliwon dianggap keramat oleh orang Jawa dan sebagai hari Saraswati yang dianggap suci oleh orang Bali.
.
H. PARINGKELAN DALAM PENANGGALAN JAWA
1. Tungle atau Ujungan (Ron)
2. Aryang atau Tiyang (Wong)
3. Warungkung atau Sato (Kewan)
4. Paningron atau Ulam (Iwak)
5. Uwas atau Peksi (Manuk)
6. Mawulu (Wiji)
I. MANGSA DALAM PENANGGALAN JAWA
Mangsa adalah nama waktu sebulan (seperdua belas tahun) tetapi lamanya tidak sama, ada yang kurang dari 30 hari dan ada juga yang lebih dari 40 hari. Perhitungan mangsa dimulai dan matahari tampak di sebelah utara (bulan Juni). Mangsa juga merupakan penggambaran indikator birahi alam, sehingga mangsa banyak digunakan para petani untuk pedoman bercocok tanam.
Contoh : 1. birahinya anjing kawin itu mangsa 9, sehingga tidak akan kita temukan anjing kawin pada mangsa yang lain. 2. Adanya musim buah – buahan.
Nama mangsa pada umurnya sebagai berikut :
1. Kartika = Kasa = 22 Jun – 01 Agt = 41
2. Pusa = Karo = 02 Agt – 24 Agt = 23
3. Manggasari = Katelo = 25 Agt – 17 Sep = 24
4. Sitra = Kapapat = 18 Sep – 12 Okt = 25
5. Manggakala = Kalima = 13 Okt – 08 Nop = 27
6. Naya = Kaenem = 09 Nop – 21 Des = 43
7. Palguna = Kapitu = 22 Des – 02 Peb = 43
8. Wisaka = Kawolu = 03 Peb – 28 Pem = 26
9. Jita = Kasongo = 01 Mar – 25 Mar = 25
10. Srawana = Kasepuluh = 26 Mar – 18 Apr = 24
11. Badrawana = Kasewelas = 19 Apr – 11 Mei = 23
12. Asuji = Karolas = 12 Mei – 21 Jun = 41
Pranata mangsa dalam penanggalan Jawa
Mangsa Kasewelas disebut pula Dhestha.
Mangsa Karolas disebut pula Sadda.
J. HARI SENGKALA DALAM PENANGGALAN JAWA
Hari sengkala adalah hari wewenang jin untuk memusuhi (menggoda / mengganggu) manusia, oleh karena itu bagi manusia adalah sengkala artinya halangan atau gangguan.
Nama hari-hari sengkala adalah :
1. Sampar wangke = tersandung bangkai = tidak baik untuk punya hajat, bepergian jauh atau maju perang.
2. Tali wangke = tali bangkai = tidak baik untuk punya hajat, pergi jauh dan maju perang.
3. Sari Agung = larangan besar = tidak baik untuk punya hajat, pergi jauh dan maju perang.
4. Kala Renteng = kala hari berturut-turut, tidak baik untuk punya hajat, pergi jauh dan maju perang.
5. Aryang = ringkel jalma = nasib tidak baik untuk manusia, tidak baik untuk punya hajat, pergi jauh dan maju perang.
K. HARI BAIK DALAM PENANGGALAN JAWA
Menurut kepercayaan kuno ada dua hari baik untuk punya hajat dan berusaha :
1. Sri tumpuk, baik untuk meminang, menikah, mulai mananam segala macam tananam, mulai berusaha (berdagang atau mendirikan perusahaan)
2. Bulan atau wuku yang ada harinya Anggara Kasih, baik untuk meminang, menikah, khitanan, boyongan, dan segala macam usaha.
L. HARI KELAHIRAN
Hari kelahiran biasanya dianggap baik bagi yang orang lahir pada hari itu, oleh karena banayk orang yang memperingati hari kelahirannya dengan berpuasa, bersemadi, bersedekah dan lain sebagainya. Bahkan pada hari kelahirannya dipergunakan segala macam hajat yang baik, misalnya pindah rumah, mendirikan rumah, mulai berusaha dan segala macam perbuatan baik. Biasanya yang dianggap tantangan bagi seseorang sesuai dengan kelahirannya ialah hari Puput Puser, ialah pang kal pusatnya sudah mengering lalu lepas dari perutnya.
M. DINA UWAS
Hari yang tidak pernah ditempati tahun baru Jawa disebut Dino Uwas (Dino tanpo tanggal) tidak baik untuk segala keperluan, hari tersebut antara lain :
1. Selasa Wage
2. Rabu `Legi
3. Kamis Pon
4. Sabtu Kliwon
5. Minggu Pahing
N. WATAK TAHUN KETIKA TAHUN BARUNYA (1 SURA) JATUH PADA HARI :
1. Radite (Minggu) : tahun kelabang atau date kenobo
2. Soma (Senen) : tahun cacing atau soma werjita
3. Anggara (Selasa) : tahun kepiting atau anggara rekata
4. Buda (Rabu) : tahun kerbau atau buda mahesa
5. Respati (Kamis) : tahun serangga atau respati mimi-mintuna
6. Sukra (Jum’at) : tahun udang atau sukra lengkara
7. Tumpak (Sabtu) : tahun kambing atau tumpak menda
Demikian sekilas tentang sejarah penanggalan Jawa. Semoga bisa mendatangkan manfaat dalam hidup dan kehidupan kita. Membangkitkan simbol simbol kehidupan Nusantara untuk menuju kebangkitan Nusantara Jaya.
Malika D. Ana
24.07.23
Pada tahun 1990 film mengundang syahwat sangat leluasa diproduksi dan dipertontonkan di bioskop. Beberapa artis yang dianggap simbul seks sangat percaya diri berakting di depan kamera, demi sensasi dan honor film yang tidak seberapa. Foto dok net
Nurnaningsih adalah seorang bintang papan atas tahun 1950an
abad.id-Awal tahun 1950, film-film Indonesia masih berwarna hitam putih. Tema-tema besar cerita yang diangkat masih soal eksistensi dan masalah krisis budaya pasca kemerdekaan Indonesia. Namun tiba-tiba nama artis Nurnaningsih, disebut sebagai simbol seks.
Nurnaningsih adalah seorang bintang papan atas di eranya, dan memiliki banyak penggemar. Perempuan kelahiran Wonokromo Surabaya 5 Desember 1925 ini menjadi sangat terkenal karena membuat kontroversi dengan berani beradegan setengah telanjang pada sebuah film yang berjudul Harimau Tjampa. Nurnaningsih menjadi bintang film Indonesia pertama yang berani melakukan adegan dewasa, dan tentunya hal itu sesuatu yang sama sekali belum pernah dilakukan oleh bintang film yang lainnya.
Baca Juga : Hikayat Lalat Menjadi Artis Bom Sex
Sejak saat itu, ia menjadi pionir, simbol, dan pemuka bintang panas Indonesia atau Artis Bom Sex. Ketika banyak penggemarnya yang menyatakan prihatin dan kecewa atas adegan setengah bugilnya, dia berkilah bahwa aktingnya atas nama seni.
Nurnaningsih menganggap adegan dewasa dalam film hanya bagian dari seni
Nurnaningsih berkulit kuning, tubuhnya langsing, alisnya tebal dan senyumnya sungguh menawan. Berbeda dengan artis yang dianggap simbol seks pada jamannya di Hollywood, Marilyn Monroe, nama Nurnaningsih lebih bersifat lokal. Nasib Nurnaningsih tak sebagus Monroe. Kendati film ''Krisis" yang dibuat tahun 1953 disebut sangat berhasil, namun dua tahun setelah sukses besar, nama Nurnaningsih tak pernah dikaitkan lagi dengan film baru.
Baca Juga : Panas Dingin Industri Film Panas Jaman Orba
Ada yang menduga penyebab menghilangnya karena ia tak tahan dicemoohkan masyarakat sebagai simbol seks. Tapi pada sebuah majalah, Nurnaningsih berkilah, ia memang menyepi. Anehnya Nurnaningsih tak pernah tampil secara sensual dalam film-film berikutnya. Heboh Nurnaningsih sebagai simbul seks hanya gara-gara foto bugilnya yang beredar di kalangan terbatas. Foto yang diambil oleh fotografer amatir tersebut, tidak diketahui kapan dan dimana diproduksi. Selembar foto telah menghancurkan Nurnaningsih sebaga artis. Karier Nur surut tahun 1980an. Perempuan yang putus sekolah sejak kelas satu SMA itu meninggal dunia pada 21 Maret 2004, di usia 78 tahun.
Katagori Film Dewasa Berubah
Perubahan zaman pada dasa warsa berikutnya memberi angin baru pada dunia perfilman Indonesia. Cerita-ceritanya tidak lagi soal romantisme perjuanga, namun mulai berkembang ke arah lain. Bisa masalah sosial, roman. horor, komedi atai kadang-kadang dibumbui adegan "panas".
Baca Juga : Mary Quant Yakin Rok Mini Akan Semakin ke Atas
Ada beberapa film yang dianggap panas untuk ukuran masa itu. Misalnya film Si Inem Pelayan Sexy dengan artis Doris Trissyanti, sudah dianggap katagori dewasa. Bagi Putu Wijaya sebagai pengarang, Doris bisa diajar akting. Tapi untuk penampilan, Doris harus mengalami perubahan. Rambutnya dicat hitam dan dirias berjam-jam sampai ia berubah bertampang Arab. Penampilan dan cara berpakaian pun diubah