images/images-1675412091.jpg
Budaya

Sembilan Fakta Tentang Jawa Yang Terlupakan

Malika D. Ana

Feb 03, 2023

1300 views

24 Comments

Save

Sembilan Fakta Tentang Jawa Yang Terlupakan

 

Oleh: Untung Suropati*

 

Abad.id - Apakah yang disebut Jawa?

1. Kata "Jawa" mengandung setidaknya lima pengertian, yaitu "Jawa" sebagai:
    a. Budaya.
    b. Bahasa/ aksara.
    c. Suku bangsa.
    d. Wilayah (pulau).
    e. Kapitayan/ piwulang.


Poin "e" adalah fakta yang paling jarang diketahui, termasuk 99,9 persen orang Jawa sendiri.

 

2. "Jawa" sebagai kapitayan (keyakinan) sekaligus piwulang (ajaran) lahir bersamaan awal penciptaan alam semesta. Apabila 13,8 miliar tahun usia jagat raya sama dengan 24 jam maka agama-agama yang kita kenal sekarang baru 3-5 menitan lalu lahir ke dunia. Artinya, "Jawa" telah ada sebelumnya, bahkan jauh lebih tua.

 

3. Walaupun "Jawa" adalah kapitayan/ piwulang tetapi leluhur Nusantara tidak pernah mengklaim, minimal menyebut, "Jawa" adalah agama. Kenapa? Bukan semata karena Ngelmu Jawa yang adiluhung telah tertulis dalam "Kitab Lautan Tanpa Tepi". Lebih dari itu, agar umat manusia bisa melakoni hidup secara alamiah sesuai kodratnya, tidak tersekat-sekat, tidak pula terbelenggu dogma-dogma. Itulah esensi hidup merdeka seutuhnya. Fakta ini juga menjelaskan mengapa di jagat pakeliran tak pernah seorang dalang membeber afiliasi keagamaan tertentu tokoh-tokoh wayang yang dimainkan.

 

4. Berdasar sejarah dan rentang waktu kelahirannya, "Jawa" tidak identik, minimal terafiliasi, dengan Hindu, Buddha, Kristen, Islam atau agama apapun juga. Jawa adalah Jawa dengan segala inklusivitas dan eksklusivitasnya.

 

5. Menurut keyakinan "Jawa", inti atau roh semua ajaran agama adalah "Jawa". Itulah sebabnya sejak zaman dahulu kala masyarakat Jawa bersifat terbuka, toleran, dan berpandangan positif terhadap masuknya agama-agama dari berbagai belahan dunia.

 

6. Runtuhnya Majapahit, disusul datangnya era penjajahan membuat "Jawa" sebagai tuan rumah maupun kapitayan/ piwulang lambat laun terpinggirkan.

Penyebab utamanya dua: (a) masifnya stigma "Animisme/ Dinamisme" oleh Belanda (baca: Christiaan Snouck Hurgronje), dan

(b) gencarnya stigmatisasi "takhayul, klenik, syirik" seiring menguatnya pengaruh/ dominasi agama-agama.

 

7. Keyakinan "Jawa" cq ajaran "Sarutama" digambarkan dengan kepalan tangan khas Bima yang membentuk simbol "Lingga-Yoni" (ujung jempol menyelusup ke sela-sela jari telunjuk dan jari tengah). Sementara konsep "Sangkan Paraning Dumadi" atau "Sang Awal dan Akhir Kehidupan" atau "Inna Lillahi Wa Inna Illaihi Rajiun" atau "Sanghyang Suwung" tersirat pada genggaman tangan khas Arjuna dan kesatria Pandawa lainnya yang membentuk simbol atau angka "Nol" (ujung jempol bertaut dengan ujung jari telunjuk). Nilai-nilai intrinsik "Jawa" yang sangat fundamental inilah yang harusnya tersampaikan ke publik ketika pentas wayang digelar sehingga masyarakat tercerahkan. Bagaimanapun sikap patriotik, jiwa kesatria, dan segala laku utama Pandawa tidak datang tiba-tiba.

 

8. Melalui ajaran "Sarutama" leluhur Nusantara juga mengajarkan laku "Mati Sajeroning Urip". Tujuannya untuk memastikan pasca-kematian seseorang menemukan jalannya kembali menuju Sang Khalik. Gambaran cerita ini bisa kita ikuti dalam pagelaran wayang lakon "Dewaruci". Walaupun tidak persis sama, garis besar pengalaman "Mati Sajeroning Urip" juga tersirat dalam cerita Isra Miraj, Kenaikan Yesus Kristus, dan Nyepi.

 

9. Fakta 1-8 menunjukkan betapa luar biasanya leluhur Nusantara. Saatnya bangsa Indonesia khususnya masyarakat Jawa éling akan asal-usulnya. Saatnya bangsa Indonesia khususnya wong Jawa kembali nJawa apapun casing atau bajunya.

 

*) Ketua Wanhat MRM.

#saveindonesia
#kembalikenusantara

Artikel lainnya

Sehat Bersama Pemerintah Baru 52,2 Juta Warga Indonesia Dapat Cek Kesehatan Gratis

Mahardika Adidaya

Oct 24, 2024

Salah Langkah Kebijakan Pangkas Nilai Tambah Ekonomi Hilirisasi Nikel

Author Abad

Jul 15, 2024

Menggali Dana Hibah Untuk Pensiun Dini PLTU

Author Abad

Jul 16, 2024

Kiai Mahfudz Termas, Pewaris Terakhir Hadist Bukhori #3

Author Abad

Mar 11, 2023

Begini Respon TACB Perihal Reklame di Lokasi Cagar Budaya

Author Abad

Feb 26, 2023

A.H. Thony: "Dulu jadi panutan pembongkaran, kini kok mau dipasangi reklame lagi. Mesakne Mas Wali"

Malika D. Ana

Feb 24, 2023