Penulis : Pulung Ciptoaji
abad.id Sebanyak 150 lukisan dan beberapa diantaranya menjadi koleksi musium di luar negeri dipamerkan di Hotel Hilton Jakarta pada awal Juni 1984. Pengumuman telah menyebar sejak 2 bulan sebelumnya, bahwa Basuki Abdullah yang jarang mengadakan pameran di Indonesia itu akan mengadakan pameran yang ke 4 kalinya di tanah air. Karya karyanya yang dipajang banyak menampilkan lukisan potret dan panorama dari berbagai negeri. Pengunjung masuk pameran harus membayar tiket Rp 1000. Uang tersebut termasuk mahal. Jika untuk membeli beras sudah mendapatkan 5 kilogram. Dalam catatan sejarah, Ini merupakan satu satunya pameran seni lukis Indonesia yang penontonya harus membayar.
Sejak pembukaan pameran, jumlah pengunjung langsung penuh. Mereka yang datang dari berbagai unsur masyarakat, mulai politikus partai, pejabat pemerintah hingga pengusaha. Pameran juga dikunjungi ibu Tien Suharto itu memamerkan karya terbaik Basuki Abdullah selama karier.
Memang, sejak muncul sebagai pelukis, Basuki Abdullah telah menggegam citra yang aristokratis yang elegan. Basuki Abdullah yang cucu Dr Wahidin Sudiro Husodo tokoh pergerakan pendiri Budi Utomo ini sangat populer dikalangan istana negara. Meskipun seniman, pergaulannya juga masuk golongan elit. Pemeran-pameran Basuki Abdullah juga tidak pernah sepi pengunjung dan selalu ada transaksi yang menggiurkan.
Prestasi mendunia Basuki Abdullah berawal pada 6 September 1948. Sewaktu itu ada penobatan Ratu Yuliana di Belanda. Basuki Abdullah berhasil mengalahkan 87 pelukis dunia lainnya dalam sebuah sayembara lukisan di Amsterdam, Belanda. Bahkan lukisan fenomenal yang berjudul, “Balinese Beauty” terjual di balai lelang Christie’s di Singapura dengan harga sangat fantatis tahun 1996. lukisan tersebut menunjukan kecantikan bali dengan objek wujud lukisan seorang perempuan bali yang cantik dan eksotis. Dengan media kanvas dan cat minyak. Karya ini memiliki aliran natural dengan pencahayaan yang kontras pada hiasan rambut berupa pantulan emas kekuningan, serta cahaya yang ada di sebleah bahu kanannya membuat lukisan tampak lebih terkesan naturalsi.
Gadis bali yang menggunakan hiasan rambut dan anting menjadi indah karna permainan cahaya menjadikan hiasan dari kuningan yang berwarna kuning keemasan menjadi lebih hidup. Basuki Abdullah menggambarkan perempuan bali yang sedang tersenyum malu-malu menjadikan kesan keeksotisan dari bali itu sendiri.
Basuki Abdullah di Istana Malacanang Philipina Foto Ist.
Basuki abdullah pertama kali menggelar pameran di Hotel Des indes Jakarta pada tahun 1952 yang dibuka oleh Arnold Mononutu Menteri Penerangan pada masa Presiden Sukarno. Turut hadir dalam pameran tokoh tokoh besar seperti Sukarno dan Wakil Presiden Muhammad Hatta. Hanya berselang 6 tahun kemudian, Basuki Abdullah juga menggemparkan publik Jepang saat menggelar pameran pada Juni 1959 di Tokyo. Pameran dibuka Pangeran Mikasa dan juga dikunjungi Sukarno Presiden yang terbang langsung dari Jakarta.
Di Brunai Basuki Abdullah dijuluki Mr Twenty Minutes. foto Ist
Semua pameran Basuki Abdullah selalu spektakuler dan monumental. Bahkan dari tahun ke tahun tidak pernah meninggalkan citra kelas elit sosial. Ketika di Brunai Darusalaam tahun 1982 misalnya, pameran yang diresmikan oleh pejabat tinggi kesultanan Brunai itu terjadi transaksi lukisan yang spektakuler. Sedangkan untuk pameran di Indonesia medio tahun 1974 dan 1984, selalu dibuka Presiden Suharto dan dihadiri para pejabat partai politik, DPR serta menteri.
Basuki Abdullah lahir di Surakarta, 25 Januari 1915. Pelukis beraliran realis dan naturalis ini pernah diangkat menjadi pelukis resmi Istana Merdeka pada 1974. Lukisan-lukisan karyanya menghiasi istana negara, selain menjadi koleksi dari berbagai penjuru dunia. Bakat melukis Basuki Abdullah terwarisi dari ayahnya, Abdullah Suryosubro, yang juga seorang pelukis dan penari.
Sebelum menjadi orang seniman besar, Basuki Abdullah kecil pernah bersekolah di HIS Katolik dan Mulo Katolik di Solo. Kemudian mendapatkan beasiswa pada 1933 untuk belajar di Akademi Seni Rupa (Academie Voor Beeldende Kunsten) di Den Haag, Belanda, dan menyelesaikan studinya dalam waktu tiga tahun dengan meraih penghargaan Sertifikat Royal International of Art (RIA).
Namun Kematian sang maestro ternyata cukup tragis. Di hari tuanya Basuki Abdullah tewas dibunuh perampok di kediamannya, pada 5 November 1993. Basuki Abdullah meninggal dunia di usia 78 tahun dan dimakamkan di Desa Mlati, Sleman, Yogyakarta. (pul)