Klepon Bulang
Abad.id - Bulang merupakan sebuah ex kawedanan, ex distrik Rawapulo 2 dimasa kolonial, sekarang masuk wilayah kecamatan Prambon, Kabupaten Sidoarjo. Disana terdapat apa yang disebut kampung Klepon Bulang.
Kurang jelas sejak kapan mulai muncul pedagang awal yang berdagang kue ini, banyak yang meyakini diakhir orde lama.
Sebagai kuliner / jajanan yang khas, teksturnya lembut dan kenyal, dan saat diklethus muncul rasa manis karena di bagian tengah terdapat rasa manis dari gula aren. Jajanan ini terbuat dari tepung ketan, santan, gula merah dan pandan.
Dalam buku Indisch leven in Nederland karya J. M. Meulenhoff, tertulis bahwa jajanan klepon sudah ada sejak tahun 1950-an. Konon kue ini diperkenalkan pertama kali di Negeri Kincir Angin oleh seorang imigran Indonesia yang berasal Pasuruan, Jawa Timur. Saat itu, klepon tersedia di toko-toko dan restoran Indonesia-Belanda sera etnis Tionghoa.
Asal namanya sendiri diambil dari bahasa Jawa yang konon bermakna "indung telur hewan". Kemungkinan penamaan ini merujuk pada bentuknya yang bulat dan kecil-kecil.
Orang-orang Jawa biasanya menyajikan klepon bersama kue tradisional lainnya seperti getuk dan cenil.
Selain sebagai sebagai sarapan, jajanan manis ini juga sering dijadikan sebagai hidangan dalam suatu acara ataupun pertemuan kampung. Sementara di beberapa provinsi di Indonesia, seperti Sulawesi dan Kalimantan, klepon dikenal dengan sebutan onde-onde.
Nahhh lho...
Warna hijau berasal dari bahan pewarna alami, seperti daun suji atau daun pandan. Beberapa pendapat mengatakan bahwa warna ini melambangkan kehidupan, di mana seseorang harus menjaga hatinya agar tetap hidup. Dengan hati yang hidup, dia akan selalu berusaha berbuat kebaikan dan menjauhi kejahatan. Sedangkan rasa manis ketika disantap, hal ini melambangkan pentingnya manusia memiliki kebaikan hati. Walaupun tidak terlihat dari luar, kebaikan hati dapat dirasakan.
Bentuk penyajian berupa warna hijau dengan taburan parutan kelapa sempat dianggap sebagai kuliner yang tidak halal. Karena dianggap seperti 'pohon Natal'.
Sebagaimana sebuah simbol atas suatu identitas tersebut, bentuk dan cita rasa klepon memiliki makna tersendiri. Nimpuno dalam bukunya berjudul Nostalgia Kue Tenong (2016) menulis, tekstur klepon yang kenyal dengan isi gula mempunyai makna bahwa : "terkadang sesuatu yang banyak akan terasa manis di kemudian hari sesuai dengan usaha yang dilakukan."
Ada juga yang berpendapat, bahwa kue ini masuk kategori jajan pasar, yang sudah tersebut di Serat Centini (1814 - 1823). (mbah dok)