images/images-1673090391.png
Sejarah
Budaya

Mengapa Ratu Laut Selatan Seorang Perempuan

Pulung Ciptoaji

Jan 08, 2023

989 views

24 Comments

Save

Lukisan Nyai Roro Kidul karya Basuki Abdullah

 

abad.id-Laut selatan pulau jawa antara bulan Desember sampai Pebruari dipastikan sedang musim ombak. Hempasan ombak dan angin kencang sangat membahayakan para nelayan yang memiliki perahu kecil. Demi keselamatan mereka memilih tidak melaut, atau mencari ikan di pesisir pantai saja.

 

Seperti pagi itu, para nelayan yang tinggal di pesisir pantai selatan Blitar. Selama musim ombak besar, mereka memilih menepi dan tidak melaut. Hari-hari menunggu ombak digunakan untuk memperbaiki kapal dan jala ikan. Sedangkan untuk menyambung hidup, para nelayan mengandalkan kegiatan objek wisata di kawasan pesisir selatan sebagai tukang parkir, jualan makanan atau pemandu. Kegiatan rutin ini dilalui para nelayan sudah berpuluh-puluh tahun tanpa solusi jika musim ombak. “ Ombak besar datang seperti digerakan oleh kekuatan yang maha dahsyat, dan kami para nelayan hanya seperti barang kecil yang mengapung di tengah laut,” cerita Prapto salah satu nelayan di Pantai Tambak Rejo.

 

Warga nelayan percaya ada kekuatan gaib yang berpusat di dasar samudra. Katanya di tempat itu ada sebuah kerajaan tak kasat mata, yang dihuni makluk Allah dan dipimpin oleh seorang ratu. Ratu Pantai Selatan itu juga dikenal dengan sebutan Nyai Roro Kidul. Cerita mistisnya selalu dirangkai dengan banyak versi, dan masing-masing daerah memiliki perbedaan asal usul. Namun tetap saja ada kesamaan cerita bahwa Ratu Pantai Selatan itu seorang perempuan.

 

 

 

Banyak versi cerita yang menjadi asal muasal Nyai Roro Kidul. Masing masing daerah punya kiasan yang sama, dengan kesimpulan sosok Ratu Pantai Selatan tersebut seorang permpuan. Foto Istimewa

 

 

Misalnya versi warga Jawa Barat, Ratu Pantai Selatan tersebut awalnya bernama Dewi Kadita putri raja Padjajaran dari permaisuri. Puti Kadita dikenal sangat cantik sehingga menimbulkan iri hati para selir raja. Para selir ini bermufakat ingin menyingkirkan Dewi Kadita bersama permaisuri. Hingga suatu saat, permaisuri dan Dewi Kadita berhasil kena santet hingga menyebabkan sakit kulit yang ganas dan berbau kurang sedap. Kawatir penyakit kulit ini menular, maka ibu dan anak diusir dari istana Padjajaran. Sejak saat itu keduanya pergi mengembara tanpa tujuan.

 

Karena sakit yang begitu parah, sang permaisuri meninggal dunia dalam perjalanan. Sedangkan Dewi Kadita memilih melanjutkan perjalanan dengana hati yang sangat sedih. Perjalanan itu berakhir di pinggir pantai selatan kawasan Pangandaran. Tepat di sebuah batu karang Hawu, Dewi Kadita sudah tergeletak tidak berdaya. Saat itulah dia mendengar ada suara yang menyatakan jika ingin sembuh dari sakit harus terjun ke laut. Pilihan inilah yang dilakukan Dewi Kadita dengan terjun ke laut. Saat itulah wujudnya berubah menjadi cantik seperti semula. Namun Dewi Kadita tidak bisa kembali lagi ke Padjajaran, sebab sudah dijadikan pemimpin di negara siluman pantai selatan.

 

Versi lain dari Jawa Tengah yang mengenal nama Kanjeng Ratu Kidul Kencanasari. Sedangkan julukan Nyai Roro Kidul justru merujuk ke patihnya. Sang patih sebelumnya bernama Dewi Retno Suwida putri dari raja Padjajaran Prabu Mundingsari dengan ibu Dewi Sarwedi. Hingga suatu saat Dewi Suwida yang masih keturunan siluman menderita sakit kusta. Pada masa itu sakit kusta sangat sukar diobati sehingga dijauhi banyak orang. Dewi Suwida yang sebelumnya sangat cantik dengan cepat berubah wujud menjadi sosok yang mengerikan. Segala macam obat sudah dicoba namun hasilnya nihil. Juga beberapa tabib terkenal gagal mengobati.

 

Hingga suatu saat Dewi Suwida bercermin di sebuah telaga. Betapa terkejutnya ketika melihat wujudnya sangat buruk. Hatinya sangat sedih dan putus asa. Dalam kebingungan iu, Dewi Suwida berlari ke arah selatan hingga menuju tepi pantai. Dia terjun ke laut yang saat itu ombaknya sangat ganas. Seketika muncul keajaiban. Tubuhnya yang sebelumnya sangat buruk langsung berubah bentuk menjadi cantik seperti sedia kala. Dewi Suwida sembuh dari penyakit kusta, namun dia berubah wujud asalnya menjadi siluman. Memang, putri raja yang masih keturunan siluman ini akhirnya menjadi ratu di dasar laut selatan dan menghuni istana di Sokodomas Balekencana.

 

Versi lain di Jawa Tengah tentang asal muasal Ratu Pantai Selatan, berasal dari kerajaan mataram. Cerita ini masih ada hubungannya dengan 7 bidadari dan petualangan Joko Tarub. Saat itu Joko Tarub sedang mengintip 7 bidadari sedang mandi di sebuah telaga. Joko Tarub yang usil mengambil satu baju bidadari sehingga makluk khayangan tersebut gagal pulang. Bidadari bernama Dewi Nawangwulan itu akhirnya menikah dengan Jaka Tarub alias Bondan kejawan. Dari keturunan mereka lahir seorang cucu bernama Nimas Angin-angin. Dalam versi ini, Nimas Angin-angin menikah dengan pendiri mataram Sutawijaya. Hingga suatu saat tokoh Nimas Angin-angin inilah yang dimitoskan sebagai Nyai Roro Kidul dan membantu Sutawijaya membabat hutan Mentaok. Hutan itu hadiah dari Sutan Pajang kepada Sutawijaya yang berhasil mengalahkan Arya Jipang.

 

Bagaimana dengan versi Jawa Timur. Tentu cerita asal mula Nyai Roro Kidul berbeda dengan kisah dari Jawa Barat atau Jawa Tengah. Warga Jawa Timur percaya bahwa Nyai Roro Kidul bernama asli Dewi Kilisuci anak dari Prabu Airlangga. Sebagai anak tertua, tentu suatu saat nanti Dewi Kilisuci akan menjadi ratu di kerajaan Jenggala. Namun Dewi Kilisuci menolak jabatan ratu tersebut dan memilih menjadi pertapa. Atas penolakan putrinya, raja Airlangga akhirnya membelah kerajaan menjadi dua bagian untuk dua putranya yang lain. Sedangkan kehidupan Dewi Kilisuci sering mengikuti jejak raja Airlangga sebagai pertapa yang tinggal perpindah-pindah di gunung dan pantai. Mungkin karena ganjaran atas ketekunan bertapa inilah, Dewi Kilisuci diangkat menjadi ratu di kerajaan yang abadi. Kerajaannya berada di laut selatan dan orang Jawa Timur menyebutnya Nyai Roro Kidul.

 

Ada versi lain, yaitu disebutlah putra mahkota kerajaan Jenggala Raden Panji Sekar sedang berkelana ke arah barat. Setelah mengembara sekian lama, maka sampailah Raden Panji di hutan Galuh wilayah Priyangan. Disinilah Raden Panji melihat putri yang sangat cantik bernama Retnaning Dyah Perangin-Angin. Putri cantik ini tinggal di pohon beringin putih. Dalam pandangan manusia tampak tinggal di bawah pohon beringin putih, namun jika dilihat dalam pandangan batin, Dewi Retnaning tinggal di sebuah istana yang belum selesai pembangunannya. Dalam urutan asal, Dyah Retnaning memang anak jin adik dari Prabu Banjaran Seta. Singkat cerita, Raden Panji Sekar berniat melamar Retnaning Dyah Perangin-Angin kepada Prabu Banjaran Seto. Lamaran itu diterima namun dengan syarat Raden Panji harus bisa menyelesaikan istana yang masih terbengkalai itu. Raden Panji menyanggupi syarat, maka hanya dengan melambaikan tangan istana langsung jadi. Dari pernikahan Raden Panji dengan Retnaning Dyah Parangin Angin ini lahir seorang putri yang sangat cantik. Sejak lahir langsung bisa berbicara dan mengaku bernama Ratu Ayu. Sang Ratu Ayu ini penjelmaan mahluk halus dan berkedudukan di Pantai Selatan.

 

Memang ada banyak versi cerita asal usul Nyai Roro Kidul. Lalu persoalannya untuk apa kisah Nyai Roro Kidul itu diceritakan dari generasi ke generasi. Alasannya pertama cerita Nyai Roro Kidul dimunculan untuk menciptakan suasana kekawatiran, ketakutan sikap pasrah masyarakat jawa dengan tujuan tertentu. Hal ini selalu terjadi di tanah Jawa ketika musim pagebluk penyakit sehingga warga ketakutan dan suasana desa sangat mencekam. Terutama saat suara kentongan dipukul dengan irama gobyong, sebagai tanda bahaya akan datang. Seketika warga berbondong-bondong masuk rumah dan menutup rapat-rapat jendela dan pintu. Tidak lama kemudian terdengara suara kereta kuda melintas. Warga desa yakin kereta kuda itu dinaiki Nyai Roro Kidul yang menandakan telah datang musim pagebluk. Lalu warga secara sahut menyaut berteriak, “lampor-lampor”. Bagi warga desa yang memiliki anak kecil, jangan sampai mendengar gemercing suara kereta dan kuda Nyai Roro Kidul. Jika itu terjadi artinya bahaya akan mengancam.

 

Dalam keyakinan Jawa, wanita dianggap pembawa kesaktian dan sumber kekuatan bagi pasangannya. Cakti berarti istri. Dengan demikian jika seorang raja yang menikah dengan Nyai Roro Kidul berarti akan memperoleh kesaktiannya. Para prajurit Sutawijaya misalnya, selalu lebih bersemangat saat berperang. Sebab yakin rajanya memiliki kesaktian dan didukung oleh kekuatan supranatural.

 

Alasan lain mitos ini selalu diceritakan, yaitu faktor kewibawaan bagi raja yang menikahi Nyai Roro Kidul. Dalam dongeng Nyai Roro Kidul terikat hubungan suami istri dengan para keturunan Sutawijaya. Padahal ratu penguasa laut selatan ini dikenal sangat sakti yang bisa menyebarkan penyakit maupun pagebluk. Mitos perkawinan ini melambangkan bahwa manusia bisa menaklukan bangsa siluman. Sehingga apapun masalah kehidupan manusia bisa diselesaikan dengan bantuan alam lain. Kewibawaan sang raja telah memberi rasa aman dan ketentraman bagi rakyatnya melalui dukungan Nyai Roro Kidul. (pul)

Penulis : Pulung Ciptoaji

 

 

 

Artikel lainnya

Pelestraian Cagar Budaya Tematik di Surabaya

Author Abad

Oct 19, 2022

Subtrack, Belajar Sejarah Dengan Mudah

Pulung Ciptoaji

Jan 23, 2023

H. P. Berlage dan Von Hemert. Siapa Von Hemert?

Author Abad

Dec 20, 2022

Peringatan Hari Pahlawan Tonggak Inspirasi Pembangunan Masa Depan

Malika D. Ana

Nov 12, 2022

Banjir di Gorontalo Cukup Diserahkan ke BOW

Author Abad

Oct 30, 2022

Benteng Budaya dan Derasnya Gelombang Modernisasi

Author Abad

Oct 03, 2022