images/images-1674920520.jpg
Sejarah
Budaya
Gastro-Kultur

Makanan Sebagai Pondasi Peradaban

Malika D. Ana

Jan 29, 2023

916 views

24 Comments

Save

Makanan Sebagai Pondasi Peradaban

 

 

Abad.id - Saat makanan telah sampai di meja, makanlah dengan penuh khidmat dan kekhusyukan. Bersyukur dan berterimakasih pada siapapun yang terlibat dalam menghadirkan makanan ke meja kita. Mulai dari petani, udara, matahari, air, pembuat tempe tahu, nelayan, pedagang di pasar, dan seterusnya hingga koki pemasaknya.

 

Makanan adalah bagian dari Triloka yang mengatur kehidupan manusia di bumi selain energi dan air. Adalah enerji, air, dan makanan yang melambangkan Triloka. Enerji adalah Swa, datangnya dari langit, sedang Air adalah Madya, yang datang dari kulit bumi, dan Makanan adalah Bhur, yang keluar dari dalam bumi.

 

Makanan tidak jatuh dari langit, tetapi ia tumbuh dari bumi yang disinari matahari (enerji) dan mendapatkan cukup air. Makanan adalah Muah, atau Bwah, atau Phala, sumber dari yang menjaga kehidupan manusia dimuka bumi.

 

Adapun kata-kata yg berhubungan dengan makanan antara lain:

“amam, amah (mamah), amboja, bhadog, boga, brongsong, buja, buka, bukti, caplok, codhot, drawi, dremba, dulang, dhadhar, dhahar, dodol, emput, gadho, ganyang, gayel, geni, gerah, gragas, godhog, ingon, jadah, jelag, jodhang, jondhang, kadiwas, karan, katelah, kinca, kilang, kukus, kontal, kuburan, lado, lalap, lapar, lemper, lawar, lepet, lodong, lontor, ludhuk, madhang, naga, panedha, pangan, pangupa, panjang, uduk, ulam, saji, samir, sarap, twak”

 

Tidak ada kata "becanda" dalam soal menafsirkan budaya pangan, menyajikan makanan dan mengkonsumsinya adalah ritual suci, manusia berkhidmat atas anugerah yang melekat pada kehidupannya.

 

Jika kita tahu betapa sulitnya makanan hadir di tangan kita, dari mulai mencari tanah yang subur, menanam mulai dari benihnya, merawatnya, beradaptasi dengan cuaca dan iklim, mengelola air, sumber daya manusia dan modal yang digunakan, dan aneka rupa kesulitan tantangan yang dihadapi, maka manusia akan sangat berkhidmat pada makanan.

 

Mau seberapapun majunya manusia, mau sehebat apapun peradabannya, makanan tetap akan menjadi PONDASI PERADABAN. Dan manusia sangat bergantung pada makanan, sampai-sampai rela berperang habis-habisan hanya untuk sekedar bisa hidup satu hari lagi, dan untuk itu pantaslah bahwa makanan menjadi salah satu kesakralan dalam masyarakat manusia.

 

Maka Saphat atau "Sumpah" yang dibuat dengan makanan adalah yang terkuat, "TIDAK AKAN AKU MAKAN BUAH PALA SEBELUM BISA MENYATUKAN NUSANTARA", begitu kata GAJAH MADA. Kekuatan Saphat, Doa, Mantra saat makan bersama adalah kekuatan yang luar biasa.

 

Dalam Konstruksi Lanskap Arkeologi Pertanian  Masa  Jawa Kuno (Abad Viii – Xi), Dr. Taqiyudin, Geografi FMIPA UI, 2017, disebutkan begitu pentingnya "makanan", sehingga merupakan entry penting dalam prasasti :

Prasasti Taji 901 M, berisi hidangan yang disediakan untuk para hadirin mencapai 57 karung beras, 6 ekor kerbau (Bubalus bubalis) , 100 ayam (Gallus gallus domesticus). Hidangan yang lain berupa aneka makanan yang diasinkan, daging asin yang dikeringkan, ikan kaiwas, ikan gurame (Osphronemous gourami), biluŋluŋ Julung/Cucut mini (Hemirampus brasiliensis), telur dan rumahan. Untuk minum disuguhkan berbagai macam tuak yang berasal dari jnu, bunga campaga (Michelia champaca), bunga pandan (Pandanus amaryllifolius) dan bunga karamān. (Boechari, 1986: 42).

_

Prasasti Pagumulan 902 M, berisi hidangan yang disediakan pada waktu upacara penetapan sīma di desa Pagumulan, adalah nasi matiman (nasi ditim), bertumpuk/banyak sekali makanan yang diasinkan, ikan kakap (Lutjanus sp) dan ikan kadawas yang dikeringkan, rumahan, layar-layar (Istiophorus platypterus), udang (Caridea), hala hala dan telur. Untuk dijadikan sayur disediakan dua ekor kerbau (Bubalus bubalis) dan seekor kambing (Capra aegagrus hircus). Selain itu ada juga amwil lamwil, kasyan, kwĕlan yang dipikā, dan sayuran yang berupa rumwarumwah, sayuran lalap matang, uutan, tetis. Minuman keras yang disediakan adalah twak, siddhu, yang lain adalah jātirasa dan air kelapa (Cocos nucifera). (Nastiti, 1995:204)

_

Prasasti Watukura I 902 M, memberikan keterangan bahwa semua yang hadir pada waktu upacara penetapan sīma di desa Watukura disuguhi berbagai macam hidangan seperti ambil-ambil atau i, kasyan, let-let, tahulan, ikan wagalan patin liar (Pangasius Micronia), haryyas, sayuran lalap matang, suṇḍa, rumbah, haraŋ haraŋ, ikan kakap (Lutjanus sp) kering, ikan kaiwas, tenggiri (Scomberomorini), cumi-cumi (Teuthida,) udang (Caridea) dan Ikan biluŋluŋ Julung/cucut mini (Hemirampus brasiliensis). Minuman yang disediakan adalah pāṇa, siddhu, mastawa, kiñca, kilaŋ, dan tuak.

_

Prasasti Mantyasih I 907 M, memberikan keterangan bahwa hidangan yang disediakan berupa masakan (dari daging) kerbau (Bubalus bubalis), babi (Sus scrofa domesticus) , kijang (Muntiacus muntjak) dan kambing (Capra aegagrus hircus). Selain itu ada juga bermacam-macam makanan enak seperti haraŋ haraŋ, daging asin, daging hañaŋ, daging taruŋ serta udang, hala hala dan telur. Prasasti Mantyasih III, berisikan keterangan berupa masakan (dari daging) kerbau (Bubalus bubalis), babi (Sus scrofa domesticus) , kijang (Muntiacus muntjak) dan kambing (Capra aegagrus hircus) dan berbagai macam haraŋ haraŋ.

_

Prasasti Rukam 907 M, memberikan keterangan mengenai hidangan yang disediakan pada upacara penetapan sīma di desa Rukam berupa nasi paripurna timan, melimpah ruah masakan haraŋ haraŋ, ikan kakap (Lutjanus sp)  kering, ikan kadiwas, ikan uri, daging hañaŋ yang dikeringkan, ikan gurame (Osphronemus goramy), rumahan, layar layar (Istiophorus platypterus), hala hala, udang (Caridea), dlag atau ikan gabus (Channa striata) yang digoreng dengan telur dan kepiting (Brachyura) . Ada juga sayur yang terbuat dari daging kerbau (Bubalus bubalis), sapi (Bos javanicus domesticus) dan babi (Sus scrofa domesticus). Semua makan yang disukai dibuat masakan serba lezat. Ada  amwil amwil, atah atah, kasya kasyan, saasaṅān, alamman (jerohan),  hinaryyasan, rumwarumwah, sayuran lalap matang, uutan dan tetis. Minuman yang tersedia ialah tuak, siddhū,ciñca.

_

Prasasti Lintakan 919 M, keterangan mengenai makanan tidak didapat, namun minuman yang tersedia berupa tuak, siddhu dan ciñca. Prasasti Saŋguran 928 M, terdapat hidangan berupa nasi  aṇḍanani hiniru, ambilambil, kasyan, lit-lit, sangasangān, asakan āryya,  rumbarumbah, sayuran lalap matang,  tetis, berlimpah ruah daging asin, bilunglung Julung/cucut mini (Hemirampus brasiliensis), ikan  kaiwas, udang (Caridea) , ikan gurame (Osphronemus goramy),  layalayar (Istiophorus platypterus),  halahala  dan telur yang dikeringkan. Selain itu masih ada sejumlah makanan  atatmipihan dan sayur yang tidak diketahui bahan utamanya. Untuk minuman, disediakan siddhu, ciñca, kila. Pada prasasti ini diketahui juga bahwa selain makanan utama, para hadirin diberikan pula tambul dan dodol yaitu makanan yang dapat langsung dimakan ditempat.

_

Prasasti Guluŋ guluŋ 929 M, bagian yang dapat diketahui hanya berupa nasi atau skul paripurna. Prasasti Jeru jeru 930 M, dalam prasasti ini dapat diketahui bahwa hidangan upacara penetapan sīma di desa Jerujeru saat itu di letakkan di atas daun kawung (daun pohon enau atau Arenga pinnata). Hidangannya berupa nasi paripūrna, sangkab, wulu, kaṇḍuri, ikan kaiwas, daging asin, daging …...., slar (Selar Crumenophthalmus), capacapa, rumahan, udang (Caridea) , bilulung atau ikan Julung/cucut mini (Hemirampus brasiliensis) , halahala, telur yang dikeringkan dan wuluninggangan (wulu yang dibuat sayur). Selain itu ada juga masakan kasyan dengan rasa manis, tĕwangān, masakan ranak, alap alap, sayuran lalap matang, tetis dan tambul. Minuman yang disuguhkan tidak diketahui.

_

Prasasti Alasantan 939 M, hidangan yang tersedia berupa dandanani hinirusan masakan ambilambil, lit-lit, masakan ranak, sangasangān, haryyas, rumbarumbah, sayuran lalap matang, tetis, melimpah ruah daging haña, daging asin, ikan kakap (Lutjanus sp), udang (Caridea), bijañjan, ikan kadiwas, ikan gurame (Osphronemus goramy), layarlayar (Istiophorus platypterus), halahala, telur yang dikeringkan, sunda, masakan atak pīhan, daging kerbau, berbagai macam ikan termasuk ikan pra pa pa, daging kijang (Muntiacus muntjak), babi (Sus scrofa domesticus) dan angsa (Genera coscoroba). Minuman yang tersedia adalah siddhu, tuak dan kila, kemudian diberi hidangan tambul yang diañjap, kura, wuku, rih, hasam dan dodol. 

_

Prasasti Paradah 943 M, dalam upacara penetapan sīma desa Paradah menikmati hidangan berupa nasi  dākdannan linirusan, masakan ambilambil, kasyan, lidlid, waragalan, rumbarumbah, sayuran lalap matang, tetis, daging hañaŋ, daging asin, ikan kakap (Lutjanus sp), rumahan, ikan kadiwas dan ikan gurame (Osphronemus goramy). Selain itu ada juga hidangan berupa masakan udang (Caridea), kepiting (Brachyura), bilulung atau Julung/cucut mini(Hemirampus brasiliensis), layarlayar ((Istiophorus platypterus), halahala, telur yang dikeringkan, suṇḍa, atak pīhan, tahulan, dan sīnangannan, haryya, sayur, berbagai macam ikan dan daging kijang (Muntiacus muntjak ). Minuman yang tersedia berupa siddhu, ciñca, dan tuak. Kemudian diberikan hidangan tambul yang diañjap, kura, wuku, rima, asam dan dodol, kemudian memakan rujak setelah memakai bunga dan jnu (semacam boreh). Boreh adalah cairan berwarna yang digunakan untuk mewarnai kulit ketika para pemain akan pentas mengiringi ritual. (mda)

 

 

Artikel lainnya

Sehat Bersama Pemerintah Baru 52,2 Juta Warga Indonesia Dapat Cek Kesehatan Gratis

Mahardika Adidaya

Oct 24, 2024

Salah Langkah Kebijakan Pangkas Nilai Tambah Ekonomi Hilirisasi Nikel

Author Abad

Jul 15, 2024

Menggali Dana Hibah Untuk Pensiun Dini PLTU

Author Abad

Jul 16, 2024

Mengganggu Bini Orang Berujung Petaka

Author Abad

Oct 26, 2022

TNI Berumur 77 Tahun, Menjadi Dewasa Karena Tindakan

Author Abad

Oct 06, 2022

Benteng Budaya dan Derasnya Gelombang Modernisasi

Author Abad

Oct 03, 2022