images/images-1675653676.jpg
Budaya
Indonesiana

Kudeta Senyap Pemerintah RI terhadap Negara RI

Malika D. Ana

Feb 06, 2023

392 views

24 Comments

Save

Kudeta Senyap Pemerintah RI terhadap Negara RI

 

 

Abad.id - Bingung kan dengan judul diatas? Sama...

 

Kebingungan saya berdasar banyak pertanyaan, begini : pada Pasal 6 UUD 1945 mengharuskan agar pemenang pilpres harus menang di 50% wilayah provinsi dan tidak boleh ada suara di wilayah provinsi yang di bawah 20 persen.

 

Faktanya, sebaran kemenangan suara 01 tidak melebihi 1/2 jumlah propinsi di Indonesia. Padahal lembaga-lembaga survey dengan quick countnya memenangkan Jokowi secara mutlak. Mestinya mereka semua bersorak-sorak bergembira karena KPU telah menetapkan Jkw-Ma'ruf sebagai presiden dan wakil presiden. Tapi nyatanya tidak demikian. Suram...terjadi anomali karena penjagaan pelantikan tempo hari begitu ketatnya dengan 30 ribu personal aparat TNI-Polri juga pasukan para demit. Ngga ngerti, itu mau perang atau anu...mbuh!

 

Kemenangan 01 ini sayangnya hingga saat ini tidak atau belum didukung situng manual sesuai konstitusi. Masih ada 12 propinsi belum menyelesaikan situng manualnya dari 34 propinsi. Seharusnya KPU belum bisa menyatakan kemenangan 01 bila situng manual masih terkatung-katung, melewati batas waktu yang ditentukan. Sebagian para ahli hukum tatanegara pendukung Jkw bilang; "Jokowi harus menang suara di lebih 17 propinsi tidak berlaku jika capresnya hanya dua." Tetapi ketentuan ini tidak tertulis di dalam konstitusi. Maka sebelum jadwal pelantikan presiden, di dalam konstitusi harusnya sudah tertulis pengecualian seperti tersebut biar bisa mengalahkan konstitusi. Karena bagaimanapun juga konstitusi hanya lembaran-lembaran tertulis dan mati.

 

Baiklah jika demikian, tapi bagaimana dengan KPU yang belum juga menyelesaikan situng manualnya di 12 propinsi? Mau tidak mau KPU harus menyelesaikannya sebelum jadwal pelantikan presiden. Tetapi KPU pasti pusing tujuh keliling berusaha menyesuaikan situng manualnya dengan situng yang dijadikan rujukan kemenangan Jokowi. Keduanya harus sama. Dan itu tidak akan mungkin sama. Hingga pelantikan pun ternyata situng manual belum juga beres.

 

Tetapi, apa sih yang gak bisa di negeri berflower +62, semuanya bisa diatur, termasuk konstitusi sekalipun. Aturan konstitusi diatas kini ditabrak dan tidak berlaku sama sekali. Seperti MPR RI dalam ketentuan UUD 2002 sepertinya sudah tidak menjadi Lembaga Tertinggi Negara, tetapi kenapa tetep melantik presiden dan wakil presiden. Hingga judul kudeta oleh pemerintah ini sepertinya cocok untuk menarasikan pelanggaran konstitusi ini. Kenapa kekeuh dilantik, sementara konstitusi tidak mengijinkan alias tidak legitimate?

 

TAK ADA MAKAN SIANG GRATIS DALAM POLITIK. Sengaja ditulis pakai huruf kapital agar pembaca sadar akan realita. Sambil makan nasi goreng dan telur dadar buatan Puan Maharani, PS dan Mega membuat kesepakatan. Daripada menjadi oposisi, mending ikut saya aja. Ini hitung-hitungan koalisi lapis pertama di parlemen, demikian bujuk Megawati.

PDIP 19.33%

Gerindra 12.57%

Golkar 12.31%

Demokrat 7.77%

PKB 9.69%

Nasdem 9.05%

Total: 70.72%

Koalis lapis kedua, just in case kalau kedepan ada yang berkhianat:

PDIP 19.33%

Gerindra 12.57%

Golkar 12.31%

Demokrat 7.77%

Total: 51,98%

Melihat angka prosentase, PS tersenyum. Ia paham sedang diajak merapat dan punya bargaining position yang tinggi di hadapan Megawati.

 

Apa yang dilakukan oleh Mega itu adalah naluri alamiah seorang emak-emak. Mega sedang memastikan anaknya aman menjadi ketua DPR hingga 5 tahun kedepan tanpa adanya gangguan yang berarti. Caranya yaitu dengan menggandeng PS dan memberi sedikit porsi kekuasaan kepada anaknya SBY.

 

Nasdem kecewa, jabatan Jaksa Agung dipastikan lepas. Kalaupun masih diberi kursi menteri ya tak strategis seperti dulu lagi, hanya sebagai ucapan terima kasih. Partai Surya Paloh ini lama-lama bisa jadi oposisi. PKB juga diberi jatah di kabinet. Tapi PDIP juga mesti hati-hati, mengingat ambisi politik cak Imin yang luar biasa besar. Ia terbilang masih muda, punya dana, punya basis massa. Mungkin bisa jadi wakil Presiden atau ketua DPR suatu hari nanti.

 

PAN? Zulhas akan tersingkir. Besan Amien Rais itu tak disukai oleh loyalis Mega dan orang-orang PDIP. Penguasa sudah menyiapkan calon ketum PAN yang pro Jokowi untuk menggantikan Zulhas.

 

Lalu bagaimana dengan PKS? Jelas sebagai oposan yang tak kebagian kue kekuasaan, mereka harus mengencangkan ikat pinggang hingga 5 tahun kedepan. Jaman SBY mereka selalu dapat jatah menteri strategis, apa daya hingga 2024 nanti cuma bisa gigit jari.

 

Maka peran penting Megawati antara lain :

1. Ia berhasil memanfaatkan coat tail effect Jokowi agar linier dengan perolehan suara PDIP. And she did it! Mega berhasil mengulang kesuksesan SBY yang menang Pilpres sekaligus melejitkan suara Demokrat. Nasdem dan Golkar yang coba mengambil manfaat dari elektabilitas Jokowi saat Pileg kemarin, ternyata tak bisa terlalu banyak merebut suara pemilih Jokowi. Malah bisa dibilang sia-sia. Maka PDIP pun berjaya menjadi pemenang dengan perolehan suara 19,33%.

2. Siapa yang memilih Ma'ruf Amin sebagai cawapres 01? Apa Jokowi sendiri? Jelas tidak. Jangan lupa dengan pengakuan Mahfud MD yang tergusur di menit-menit akhir. Itu semua hasil kerjaan siapa? Megawati cuy.

3. Apa ketua umum PDIP percaya begitu saja dengan partai yang bergabung di koalisi 01? Kalau Golkar okelah, karena culture partai ini sedari dulu memang selalu ikut dalam lingkaran kekuasaan. Nasdem dan PKB itu kuda liar, walau sudah diberi kursi kekuasaan namun suka menggunting dalam lipatan. Mega sudah tahu track record dan cara berpolitik Surya Paloh. Dan prediksinya memang benar. Tak lama SP merajuk, lalu membuat pertemuan dengan Anies Baswedan sebagai psy war dan ajang untuk mengirim pesan politik kepada Megawati. Bagaimana dengan Cak Imin? Wah, ini orang politikus muka badak. Trah Gus Dur saja ia babat habis dari PKB. Kyai nya sendiri dikhianati, apalagi cuma Megawati.

 

Dan semua kemungkinan itu sudah dianalisa dan diantisipasi oleh Megawati. Begitu dinyatakan menang Pilpres dan Pileg, anak biologis Soekarno itupun merubah strategi. PS diundang ke Teuku Umar buat makan siang. Disinilah asal muasal merapatnya Gerindra ke PDIP.

 

Logika yang melatarinya dalam amatan penulis adalah LOGIKA KEPENTINGAN BERSAMA, bahwa The Winner Takes It All. Tidak peduli cara menangnya dengan cara apa. Bagaimana kue kekuasaan itu dibagi-bagi dengan merata, sehingga musuh pun turut menikmatinya.

 

Bahwa apa yang terlihat di permukaan bukanlah peristiwa sebenarnya. Kata Pepe Escobar, "Politik praktis itu bukan yang tersurat melainkan apa yang tersirat". Apa yang terjadi di panggung pertunjukan, belum tentu yang sesungguhnya terjadi. Pertunjukan sesungguhnya justru terjadi di balik layar. Selalu ada hidden agenda di balik open agenda. Ada sesuatu didalam sesuatu. Dan tidak ada yang berdiri sendiri dalam setiap peristiwa politik.

 

Makanya langkah pertama yang diambil adalah merangkul PS agar masuk dan bergabung dalam kabinet Jkw2. Melalui pertemuan stasiun MRT, juga istana dengan Jkw. Lalu yang disuruh mendekati PS ada Megawati juga dengan jurus nasi goreng dan telor dadar mba Puan. Dan semua atas prakarsa perintah AMH. Dipertemuan di rumah AMH. Sampai disini silakan menyimpulkan sendiri.

 

Pertanyaan pentingnya adalah; sudahkah yang dilantik itu mendapatkan hati dan simpati rakyatnya?

 

Mendapatkan sebuah KEPERCAYAAN...."Winning Heart Is High Cost". Memenangkan hati rakyat itu mahal. Mungkin sementara bisa didapatkan dengan 100-200 ribu rupiah saat Pemilu, atau dengan menyebar foto-foto merakyat, tapi selanjutnya apakah cukup modal keluyuran di lahan Karhutla maupun bencana sehingga seluruh rakyat percaya. Sebagian besar rakyat pemilih mungkin sudah mati rasa terhadap para pengemban amanah ini...maka yang terjadi ya pemimpin tanpa legitimasi, ya pantas saja 30 ribu aparat disiagakan demi mengamankan prosesi pelantikan.

 

Padahal Simple Truth; KEJUJURAN. Sederhana tapi tak mudah... Makanya "Won The Trust...!!" Dapatkan kepercayaan!

 

Bagaimanakah mau Saideg Saiyeg Saekoproyo Hulupis Kuntul Baris (menyatukan langkah bersama laksana burung belibis yang berbaris) jikalau rakyat saja tidak percaya?

Jadi inget unen-unen Jowo :

Sopo to sing bakale dadi Ratu,

Petruk opo Bagong ?

Petruk dadi Ratu ora bakal suwe,

Bagong dadi Ratu yo ora bakal suwe,

Bakal bali badar dadi Punokawan,

Kabeh mung sadermi keliwatan,

Ora nyekel pulung agung sing saktemene,

(Siapa sih yg bakalan jd presiden,

Petruk atau Bagong?

Petruk jadi presiden gak bakal lama,

Bagong jadi presiden juga gak bakalan lama,

Semua hanya dilewati sebentar saja,

Semua akan kembali menjadi Punokawan,

Karena semua tidak memegang anugerah yang sesungguhnya (milik raja yg sesungguhnya)

Mulo ojo podho padu,

Karo sedulurmu dewe,

Kang nunggal tekad ing patrap kautaman,

Tinimbang bumi sak isine digaglak,

Buto-buto galak saka tanah sabrang,

Kang wus nggremet dhedhemitan,

(Maka janganlah saling berantem, dengan saudaramu sendiri,

Yg satu visi dalam keutamaan laku,

Daripada bumi seisinya dimakan,

Oleh raksasa-raksasa rakus dan tamak dari tanah seberang (Oligarki dan Taipan)

Yang sudah mengkooptasi secara pelan-pelan dan sembunyi-sembunyi.

Sakkedhot-kedhote menungso,

Isih kalah karo lamising lambe tumbak cucukan,

Kang seneng adu-adu kadyo jangkrik den ileni,

Mamulo ojo cidro siyo marang sapodho-podho,

Kang isih duwe roso tresno marang Nuso lan Bongso,

Ayo bali marang laku kasatriyan,

Blak kotang ora apus-apusan,

Blak kotang ora lambe tumbak cucukan,

Blak kotang ora was sumelang,

Manunggaling ucap kelawan patrap !

(Sekuat-kuatnya manusia,

masih kalah oleh kebohongan dan adu domba,

Makanya jangan ingkar janji sama rakyat,

Yang masih punya rasa cinta kepada bangsa dan negaranya,

Ayo kembali pada laku ksatriya,

Jujur gak modus-modusan,

gak bohong-bohongan,

Jujur, ngga suka adu domba,

Ngga akan khawatir dan cemas bagi yang jujur,

Karena antar ucapan dengan kelakuan itu sama).

(mda)

 

*artikel asli telah terbit di laman FB Malika Dwi Ana tanggal 22 Oktober 2019

 

Artikel lainnya

Pelestraian Cagar Budaya Tematik di Surabaya

Author Abad

Oct 19, 2022

Subtrack, Belajar Sejarah Dengan Mudah

Pulung Ciptoaji

Jan 23, 2023

H. P. Berlage dan Von Hemert. Siapa Von Hemert?

Author Abad

Dec 20, 2022

Peringatan Hari Pahlawan Tonggak Inspirasi Pembangunan Masa Depan

Malika D. Ana

Nov 12, 2022

Banjir di Gorontalo Cukup Diserahkan ke BOW

Author Abad

Oct 30, 2022

Benteng Budaya dan Derasnya Gelombang Modernisasi

Author Abad

Oct 03, 2022