images/images-1672988745.jpg
Sejarah
Budaya
Indonesiana

Air Bercabang Dua; Sumpah Dewi Cempa Dalam Kosmologi Jawa

Malika D. Ana

Jan 06, 2023

790 views

24 Comments

Save

Air Bercabang Dua; Sumpah Dewi Cempa Dalam Kosmologi Jawa

 

 

Abad.idKosmologi Jawa adalah sebuah konsep tentang kehidupan mistis manusia Jawa yang dipadukan dengan kepercayaan tentang kekuatan-kekuatan supranatural di luar dirinya, baik kekuatan alam maupun Tuhan (S. Pitana, 2007).

 

Dalam pandangan Jawa, alam semesta disebut jagad gedhe, sedangkan manusia merupakan representasi dari jagad cilik. Diantara keduanya terdapat hubungan erat yang tidak terpisahkan. Hubungan antara jagad gedhe (makrokosmos) dengan jagad cilik (mikrokosmos) inilah yang merupakan manifestasi dari persoalan-persoalan dalam kosmologi Jawa.

 

Jagad cilik dan jagad gedhe diyakini berpengaruh pada semua aspek kehidupan karena terdapat kemanunggalan kekuatan (manunggaling kawulo gusti). Kemanunggalan tersebut dapat dimaknai bahwa manusia telah menjalin hubungan dengan kekuatan di luar dirinya yang jauh lebih besar sehingga manusia Jawa senantiasa menjaga keseimbangan dan keselarasan antara mikrokosmos dan makrokosmos karena seluruh aspek kehidupannya dipengaruhi oleh kedua kekuatan tersebut.

 

Kosmologi Jawa juga melihat bahwa masalalu dan masa kini sekaligus masa yang akan dating adalah kesatuan. Ada keterhubungan sebab dan akibat. Bahwa yang terjadi sekarang dipercaya sebagai akibat dari peristiwa masalalu. Karena dalam spiritualisme Jawa meyakini prinsip “Ngunduh Wohing Pakarti.’ Siapa menanam pasti menuai. Dalam hukum sebab akibat berlaku hukum karma. Sebab dan akibat sering tidak sekedar menyangkut person atau pribadi seseorang, tapi bisa meluas berskala nasional jika peristiwa masalalu dilakukan oleh tokoh besar yang disebut nenek moyang.

 

Segala kegaduhan di panggung politik nasional semenjak 2014 tak bisa dilepaskan dari peristiwa sejarah masalalu dalam kosmologi Jawa. Karena alam ini bukanlah terbentuk dari ketidak-teraturan, tapi terbentuk dari mekanisme keteraturan yang telah ditetapkan oleh Hyang Maha Agung.

 

Dahulu, dikisahkahkan dalam Pustaka Wedha Sasangka jilid 1 tentang kehancuran Majapahit sejak kemunculan Dewi Cempa, istri Raden Priyangga Lawung atau lebih dikenal sebagai Brawijaya. Brawijaya disini adalah gelar raja Majapahit yang jika dalam kisah tersebut adalah cucu dari Dewi Suhita. Dewi Cempa adalah perempuan yang berasal dari negeri Champa, kira-kira begitu, nama aslinya siapa juga tidak terlalu pasti, sebagian tulisan menyebut sebagai Dewi Andarawati. Dalam Babad Tanah Jawa, Dewi Cempa disebut sebagai istri Prabu Brawijaya yang paling disayangi. Sehingga dalam beberapa kisah juga dijumbuhkan atau disamakan dengan sosok Putri dari negeri Cina yang ketundukan Sang Prabu disindir dalam pertunjukan Reog. Kronik kejadian sejarahnya tidak begitu lengkap dijelaskan waktunya, tetapi dalam amatan penulis, kisah ini terjadi dimasa surutnya kerajaan Majapahit.

 

Point intinya artikel berikut hanya berusaha menarasi salah satu kejadian masalalu yang berkaitan dengan masa sekarang secara kosmologi Jawa. Karena sejarah tercipta untuk pemulihan, dan untuk menjadi hikmah kebijaksanaan. Dia berulang untuk memberikan pemahaman bahwa manusia tidak diciptakan untuk mengubah sejarah (masalalu), tetapi hidup di dalamnya, dan belajar untuk tidak mengulang kesalahan yang sama.

 

Singkat cerita, Dewi Cempa membuat rusuh situasi politik kerajaan Majapahit sehingga akhirnya dihukum mati. Musuh saat itu digambarkan sebagai sesuatu yang halus dan cantik serta mematikan layaknya perempuan. Karena sakit hati, Dewi Cempa mengeluarkan supata (bersumpah) bahwa setelah kematiannya akan muncul air bercabang dua. Air itu bisa disebut juga warih, toya, atau disebut her….

 

Orang yang tertimpa kematian disaat memperturutkan hawa nafsunya atau dikelabui pancainderanya dipercaya bahwa yitma(arwah)nya berusaha membalas dendam. Kisah Dewi Cempa dalam Pustaka Wedha Sasangka menggambarkan hal ini. Bahkan dalam kisah pewayangan Pandu Dewanata juga serupa. Pandu dikutuk oleh yitma Resi Kindama karena Pandu membunuhnya saat dia menjelma sebagai rusa. Resi Kindama saat itu ingin menyalurkan hasrat seksualnya dengan cara menjadi rusa jantan agar bisa melakukan coitus dengan rusa betina yang asli rusa. Saat sedang melakukan sanggama, Pandu lewat berburu, maka dipanahlah rusa jantan penjelmaan Resi Kindama. Ini terjadi karena ketidaktahuan Pandu. Sang Resi mati dan yitmanya mengutuk Pandu, bahwa kelak saat Pandu melakukan sanggama dengan istrinya, ia pun akan mengalami kematian.

 

Jika dihitung sejak berdirinya Majapahit tahun 1300 maka masa sekarang ini sudah 700 tahun. Setelah 700 tahun akan muncul air bercabang dua sesuasi sumpah Dewi Cempa. Air itu sendiri bisa dimaknai sebagai pengajaran atau sumber kekuatan. Artinya ditahun 2000-an akan muncul dua sumber kekuatan yang bersumber pada jati diri anak bangsa dan sumber kekuatan bangsa asing, yang berasal dari luar. Tidak perlu menegasikan kepada siapa dan apa saja karena akan terjebak pada politik praktis (polarisasi, perkubuan) yang nantinya membuat kita gaduh karena berebut siapa yang paling benar.

 

Dan kemunculan sumber air bercabang dua itu terjadi dimulai semenjak pilpres 29 Juli 2014. Saat itu capres yang berlaga adalah Pak Jokowi dan Pak Prabowo yang kebetulan sama-sama lahir dihari pasaran (weton) Rabu Pon. Lalu wakilnya Hatta Rajasa dan Jusuf Kalla sama-sama lahir di hari pasaran (weton) Jumat Legi. Dalam budaya Jawa, weton adalah hitungan hari lahir seseorang yang digunakan sebagai patokan untuk menunjuk ramalan tertentu. Misal cara menghitung kecocokan atau jodoh menurut weton bisa dilihat berdasarkan hari dan pasaran, ada juga yang dihitung berdasarkan bulan tahun kelahiran.

 

Kebetulan apakah ini sehingga muncul dua kekuatan yang hari lahirnya sama. Dalam perhitungan Jawa dan dalam bahasa Bible disebut digenepi, sudah digenapi… Digenapi dalam artian sumpah Dewi Cempa yang akan muncul 700 tahun kemudian setelah dihukum mati itu sudah digenapi. Dan kemunculan musuh itu disebutkan setelah muncul sumber air bercabang dua (polarisasi) yang membuat bangsa Indonesia terbelah oleh konflik tak berkesudahan.

 

Dewi Cempa yang telah dihukum mati dikisahkan kepalanya dimakamkan di Blambangan (kini dikenal sebagai Banyuwangi). Blambangan dari kata bala, ambangan. Sedang badannya dimakamkan di goa Selomangleng. Ini bahasa sanepan

 

Wong Jawa Nggone Semu, Sinamun ing Samudana, Sesadone Ingadu Manis. Artinya, wong Jawa nggone semu (orang Jawa cenderung semu atau terselubung), sinamun ing samudana (ditutup kata-kata tersamar), sesadone ingadu manis (masalah apa pun dihadapi dengan muka manis). Makna yang lebih luas adalah, berpikir dan bersikapnya orang Jawa tidak selalu terbuka atau cenderung bersifat simbolik. Penuh sanepa, kiasan, dan perlambangan. Banyak hal tidak dinyatakan dengan terang-terangan, atau lebih bersifat sinamudana (disamarkan). Kehidupannya selalu lekat dengan sanepan, simbol-simbol yang sering jadi kode, karena nitèni (eling atau ingat). Segala kejadian dititeni sebagai kebiasaan dan sasmita(pratanda) pada akhirnya.

 

Kepala adalah simbol intelektual atau provokator yang mesti dipisah/diisolasi/dijauhkan dan selalu dijaga oleh kekuatan yang tak pernah putus. Bala artinya kekuatan, ambangan adalah kekuatan yang mengambang. Tubuhnya dikubur di Goa Selomangleng, Selo = batu, mangleng = liang (leng). Tubuh sama artinya dengan pengikut, yakni orang-orag yang mudah diprofokasi. Jadi orang-orang itu harus dijaga dari profokasi agar tidak mengikuti kehendak yang sesat. Yang demi untuk tujuan menjaga dari profokasi jahat itu mesti dicukupi sandang pangannya.(mda)

 

 

Artikel lainnya

Kembali ke Jati Diri Adalah Kembali ke Kebun, Sawah dan Segenap Pertanian Rakyat

Malika D. Ana

Apr 03, 2023

hari selasa pagi

Reta author

Feb 21, 2023

Subtrack, Belajar Sejarah Dengan Mudah

Pulung Ciptoaji

Jan 23, 2023

Menjelajah Tempat Industri Gerabah Era Majapahit

Pulung Ciptoaji

Dec 21, 2022

Benteng Budaya dan Derasnya Gelombang Modernisasi

Author Abad

Oct 03, 2022

Epigrafer Abimardha: "Jika Hujunggaluh ada di Surabaya, itu perlu dipertanyakan"

Malika D. Ana

Feb 11, 2023