images/images-1673534913.png
Budaya
Data

Mengapa Mendadak Ngejazz

Pulung Ciptoaji

Jan 13, 2023

363 views

24 Comments

Save

Java Jazz sudah masuk dalam kalender jazz internasional. Digagas oleh Peter Ghonta, acara musik yang sudah berjalan hingga 13 tahun ini awalnya terinspirasi North Sea Jazz Festival di Den Haag Belanda.  Foto Dok.net

 

abad.id-Di era taun 80an selera musik remaja saat itu mulai bergeser. Kecendrungan masih senang dengan genre pop manis, namun banyak juga remaja yang beralih ke musik jazz. Bahkan belum pernah terjadi sebelumnya, ketika kaset jazz tiba-tiba melimpah di pasar. Genre musik yang digawangi Jack Lesmana semakin rajin menggelar pertunjukan-pertunjukan. Gebrakan Jack lesmana semakin menggairahkan musik Jazz yang sebelumnya tidak banyak komunitasnya.

 

Hampir setiap malam musik jazz dimaikan di bar, hotel dan pub. Suasana semakin hangat saat beberapa penyanyi terkenal yang mendadak beralih ke irama jazz. Serta stasiun TV satu satunya yaitu TVRI juga menayangkan musik jazz di salah satu programnya Nada dan Imrpovisiasi. Beberapa penyani mengisi progam acara itu, seperti Rien Djamain, Vonny Sumlah  serta Ermy Kulit. Penonton juga mulai familier dengan suara saxophone yang ditiup Rosa King dan suara gitar Ireng Maulana.

 

Namun musik jazz yang muncul dengan apresiasi positif ini tidak datang begitu saja. Ternyata perkembangan musik jazz di Indonesia memiliki sejarah yang panjang. Masuknya musik ini tidak bisa dilepaskan dari keberadaan orang Eropa. Jujur, merekalah yang mengenalkan gaya musik baru lewat piringan hitam. Alfred D. Ticoalu dalam tulisannya “Irama Jazz dan Peranakan Tionghoa” menyebutkan, bahwa The American Jazz Band adalah band jazz pertama yang datang ke Batavia pada tahun 1919.

 

Lalu pada tahun 1930an, musik jazz juga mulai dikenal masyarakat Batavia setelah sering dimainkan di beberapa restoran eropa. Tempat itu berada di pinggir Jakarta dan sempat menjadi gedung bioskop megah New Garden Hall. Musisi Cok Sin Soe dan kawan kawan selalu menghibur pengunjung restoran dengan musik jazz.

 

Musik Jazz belum mengalami masa populer di tahun 1950-an. Di Surabaya ada grup Chen Brothers yang dibentuk oleh Teddy Chen. Formasi band ini adalah Tedy sebagai pemain klarinet, Nico pada drum, bass oleh Joppie dan Bubi pada piano. Band ini juga punya additional player seperti Jack Lemmers yang dikenal dengan Jack Lesmana. Pada era itu masih belum bisa tumbuh subur, sebab pemerintah orde lama sangat tidak menginginkan genre musik dan budaya barat hidup di Indonesia.

 

Namun pasca tumbangnya Sukarno, genre musik ini seperti mendapat angin segar. Pada awal kebangkitan musik Jazz era 70an, Indonesia memetik sebuah cerita manis. Waktu itu Indonesia mengikuti festifal Jazz expo di Jepang. Group yang dikirim mewakili Indonesia Six. Tokoh musisi jazz yang ikut pada masa berikutnya selalu menjadi perbincangan analis musik. Seperti Mus Mualim pada piano, Idris Sardi pada biola, Benny Mustofa pada drum, Sadikin Zuchra pada gitar, Cok Sin Soe pada bas dan Maryono pada Saxophone.

 

Musisi jazz baru di tanah air ini mencoba meramu musik dengan beragam aliran jazz, seperti fussion jazz yang banyak dimainkan. Foto dok net

 

Siang malam mereka berlatih hanya untuk tujuan kemenangan. Menurut Mus Mualim, target menang karena untuk pamer ke pemerintah yang memberangkatkan. Selama latihan itu, Six membawa 3 lagu rakyat, yaitu Jali-jali dari jakarta, Bajing Loncat dari Sunda dan Pisosurit dari Aceh. Saat tampil mereka bigitu harmoni. Keberhasilan tim Indonesia ini juga dibantu kelompok karawitan dari Pavilium Indonesia.

 

Bagi penikmat musik jazz, munculnya gabungan seni barat dengan musik tradisional merupakan sesuatu yang baru dalam genre musik. “Hebat, kalian telah menemukan harmoni yang baru,” kata juri memuji. Hasil festifal dari Jepang, kelompok Six berhasil membawa pulang medali perak. Sementara medali emas diperoleh tim asal Amerika tempat lahirnya musik jazz.

 

Pasca kemenangan di Jepang, beberapa komponis barat mencoba melakukan kolaborasi yang sama, namun hasilnya gagal total. Penyebabnya mereka tidak bisa menafsirkan musik tradional yang dimiliki bangsa Indonesia. “Kunci keberhasilan kami bisa memainkan alat musik milik bangsa sendiri, sementara orang lain tidak bisa,” kata Mus Mualim.

 

Sejak kemanangan itu, musik jazz Indonesia semakin berkembang dengan adanya televisi. Jack Lemmers bersama Jopie Item mengisi pertunjukan musik jazz di TVRI. Di Medan dirilis oleh Muis Radjab, di Bandung ada sadikin Zuchra. Di kota lain Palembang dan Semarang juga berkembang musik jazz. “Musik jazz makin dikenal luas berkat saluran televisi. Utamanya TVRI yang melakukan rekaman acara jazz di Selebriti Studio, Kebayoran,” cerita Mus.

 

Beberapa festifal level internasonal juga pernah dicoba diikuti musisi ndonesia. Misalnya group Indonesian All Star yang personilnya musisi-musisi beken. Ada nama Boby Chen, Jack lesmana, Kiboud Maulana, Benny Mustofa, Jopie Chen serta Maryono. Mereka mengikuti festifal di Dusseldorf Berlin, namun gagal membawa pulang hadiah. Meskipun gagal, mereka tetap membawa nama harum Indonesia. Sebab beberapa personil memperoleh penghargaan the best perform. Misalnya Boby Chen sebagai pemain piano terbaik se Asia dan punya reputasi kelas dunia. Dalam majalah musik asal Amerika Serikat Down Beat, disebutkan Boby Chen berada di urutan 6 sebagai pianis terbaik dunia.  

 

Ada lebih dari 60 titik festival jazz di Indonesia. Salah satu festival musik jazz paling megah di Surabaya dan bergengsi Jazz Trafick. Foto SS.net

 

Pada dekade 1990-an disebut sebagai era emas perkembangan musik jazz Indonesia. Muncul nama grup band jazz yang jadi idola remaja dan dianggap generasi baru musik jazz. Indra Lesmana anak dari Jack lesmana membentuk sebuah group bernama Krakatau Band.  Kelompok ini berkali kali hadir dibeberapa even festifal internasional, dengan anggota Dwiki Darmawan, Gilang Ramadan dan Tri Utami. Mereka juga didukung sekolah musik seperti Institute Musik Indonesia dan Sekolah Musik Indonesia yang disebut sebagai pencetak musisi jazz ternama di kemudian hari.

 

Lalu musik jazz juga semakin semarak dengan berbagai musisi baru karya terbaik. Ada nama Fariz RM, Berry Likumahuwa, Dira Sugandi, hingga Syaharani. Mereka seolah membawa angin segar bagi perkembangan musik jazz di Indonesia agar tidak pernah pupus. (pul)

 

 

 

Artikel lainnya

Pelestraian Cagar Budaya Tematik di Surabaya

Author Abad

Oct 19, 2022

Subtrack, Belajar Sejarah Dengan Mudah

Pulung Ciptoaji

Jan 23, 2023

H. P. Berlage dan Von Hemert. Siapa Von Hemert?

Author Abad

Dec 20, 2022

Menjaga Warisan Kemaharajaan Majapahit

Malika D. Ana

Nov 15, 2022

Peringatan Hari Pahlawan Tonggak Inspirasi Pembangunan Masa Depan

Malika D. Ana

Nov 12, 2022

Banjir di Gorontalo Cukup Diserahkan ke BOW

Author Abad

Oct 30, 2022