images/images-1671507288.jpg
Sejarah
Data

Ilmu Bung Karno dan Pak Harto yang Diperebutkan

Author Abad

Dec 20, 2022

379 views

24 Comments

Save

abad.id-Kemampuan Bung Karno dan Pak Harto sejajar. Keduanya menguasai 8 unsur alam. Makanya ketika memimpin, mereka bisa disegani atau bahkan ditakuti. Ilmu keduanya kini diperebutkan banyak orang. 

 

Abad.id Nama Bung Karno dan Pak Harto bukan hanya populer seantero Nusantara, tetapi juga ke penjuru dunia. Meski orang Eropa dan Amerika belum pernah ke Indonesia, mereka pasti tahu nama Sukarno dan Suharto.

 

Kehebatan linuwih kedua sosok ini banyak diakui kalangan spiritual dan budayawan. Kemampuan keduanya bahkan tidak bisa dibandingkan satu sama lain. Sebab sama-sama pemimpin Indonesia yang disegani dunia.

 

Menurut Gus Putro, budayawan asal Jawa Timur, Bung Karno dan Pak Harto adalah pemimpin yang suka menjalani laku prihatin. Mereka suka blusukan ke tempat-tempat yang jarang dikunjungi orang untuk melakukan ritual.

 

“Tidak banyak orang memiliki ilmu Bung Karno dan Pak Harto. Kedua memiliki banyak ilmu. Tapi ada satu ilmu yang dimiliki keduanya yang tidak dimiliki banyak orang. Ilmu itu bernama Hasta Brata,” kata pendiri sekaligus pimpinan Padepokan Laskar Sambernyowo.

 

Konon, siapapun orang yang memiliki ilmu Hasta Brata, mereka dapat menguasai segalanya. Orang yang memiliki ilmu ini, lanjut Gus Putro, dapat menguasai 8 unsur alam, yakni bumi, langit, angin, samudera, rembulan, matahari, api, dan bintang. Orang yang sanggup menguasai 8 unsur alam, mereka dengan mudah menguasai ilmu-ilmu lain.

 

Kemampuan Bung Karno dan Pak Harto sebenarnya kemampuan tiban. Mereka mendapatkan kemampuan tanpa belajar. Seperti ketika Sukarno kecil sakit. Setelah sehat, datanglah kakek Sukarno, Hardjodikromo yang tinggal di Kota Tulungagung. Sang kakek melihat ada sesuatu yang lain pada diri Sukarno kecil. Kakek Sukarno adalah seorang linuwih. Ia bisa menjilati bara api pada sebuah besi yang menyala. Di situ dia melihat ada kekuatan besar dalam diri Sukarno. Menurut Hardjodikromo, kelak Sukarno akan menguasai 8 unsur alam.

 

Demikian pula dengan Suharto. Ketika seorang guru spiritual bernama Rama Marta bertemu Suharto, dia langsung membaca tanda-tanda itu dan berkata, “Lha iki jago wirig kuningku (lha ini jago aduanku datang).”

 

Dalam budaya Jawa, wirig kuning adalah ayam jago dengan kaki serta paruh berwarna kuning, dan dikenal tangguh dalam bertarung. Itulah tanda-tanda bahwa Suharto bakal menjadi pemimpin hebat.

 

Baik Bung Karno dan Pak Harto, keduanya sama-sama memiliki ilmu tinggi. Keduanya juga mampu menguasai 8 unsur alam. Sehingga, mereka pun kadang terlihat saling segan. Itu bisa diketahui saat Bung Karno menyebut nama Pak Harto tiga kali.

 

“Tidak Juga engkau Suharto, Tidak Juga engkau Suharto, Tidak Juga engkau Suharto….” kata Bung Karno sambil tangannya menunjuk-nunjuk ke arah barisan para jenderalnya.

 

Ada apa dengan kekuatan Suharto? Ini menegaskan bahwa keduanya sama-sama tahu akan kedigdayaan masing-masing.

 

“Bung Karno dan Pak Harto menguasai 8 unsur alam. Makanya ketika memimpin, mereka bisa disegani atau bahkan ditakuti. Setiap ucapan mereka selalu diikuti banyak orang. Jika marah, kemarahan mereka bisa menggoncangkan dunia. Bukankah hal itu pernah dilakukan Bung Karno ketika dia marah terhadap AS (Amerika Serikat). Dan pihak AS pun dibuat mati kutu,” tambah Gus Putro yang kini berdomisili di Nganjuk.

 

Karenanya ilmu Hasta Brata ini banyak diburu dan diperebutkan, terutama oleh kalangan pengusaha hingga politisi. “Hasta Brata itu ilmu kuno. Tidak banyak orang menguasainya. Sampai sekarang banyak diburu orang,” tuturnya.

 

Dalam tradisi Jawa, dikatakan Gus Putro, ilmu adalah hasil dari laku prihatin, misalnya lewat puasa dan bertapa, yang mewujud dalam bentuk benda-benda, seperti cincin, ikat kepala, keris yang memiliki bahkan merasuk dalam tubuh yang empunya. Itulah kasekten. Sesuatu yang membuat orang menjadi sakti, berilmu.

 

“Nah, orang yang menguasai Hasta Brata, dalam ajaran Jawa Kuno disebutkan orang tersebut dapat menaklukkan hati manusia. Ajaran Hasta Brata ini dipercaya dimiliki oleh para pemimpin Jawa, untuk memerintah di tanah Jawa Kuno ini,” urainya.

 

Gus Putro mencontohkan, dulu ada Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I atau nama aslinya Raden Mas Said yang oleh Belanda diberi julukan Pangeran Sambernyawa karena di dalam peperangan R.M. Said selalu membawa kematian bagi musuh-musuhnya.

 

RM Said berperang sepanjang 16 tahun melawan kekuasaan Mataram dan Belanda. Selama tahun 1741-1742, ia memimpin laskar Tionghoa melawan Belanda. Kemudian bergabung dengan Pangeran Mangkubumi selama sembilan tahun melawan Mataram dan Belanda, 1743-1752. Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755 sebagai hasil rekayasa Belanda berhasil membelah bumi Mataram menjadi dua, Surakarta dan Yogyakarta, merupakan perjanjian yang sangat ditentang oleh RM Said karena bersifat memecah belah rakyat Mataram.

 

Selanjutnya, ia berjuang sendirian memimpin pasukan melawan dua kerajaan Pakubuwono III dan Hamengkubuwono I (yaitu P. Mangkubumi, pamannya sekaligus mertuanya yang dianggapnya berkhianat dan dirajakan oleh VOC). Selama kurun waktu 16 tahun, pasukan Pangeran Sambernyawa melakukan pertempuran sebanyak 250 kali.

 

Dalam membina kesatuan bala tentaranya, Said memiliki motto tiji tibeh, yang merupakan kependekan dari mati siji, mati kabeh; mukti siji, mukti kabeh (gugur satu, gugur semua; sejahtera satu, sejahtera semua). Dari sinilah ia dijuluki “Pangeran Sambernyawa”, karena dianggap oleh musuh-musuhnya sebagai penyebar maut. Kehebatan Mangkunegara dalam strategi perang bukan hanya dipuji pengikutnya melainkan juga disegani lawannya.

 

Tak kurang dari Gubernur Direktur Jawa, Baron van Hohendorff, yang berkuasa ketika itu, memuji kehebatan Mangkunegoro. “Pangeran yang satu ini sudah sejak mudanya terbiasa dengan perang dan menghadapi kesulitan. Sehingga tidak mau bergabung dengan Belanda dan keterampilan perangnya diperoleh selama pengembaraan di daerah pedalaman. Dia juga memiliki ilmu yang disegani lawan-lawannya. Itulah ilmu Hasta Brata,” cerita Gus Putro.

 

Menjadi Raja Tanah Jawa

 

Bung Karno wafat pada 21 Juni 1970. Dia menyandang banyak julukan Putra Sang Fajar, Singa Podium, Penyambung lidah Rakyat. Bung Karno selama ini dikenal seorang waskita, bahkan orang-orang Bali percaya kalau dia adalah reinkarnasi dari Dewa Wisnu, dewa hujan dalam agama Hindu.

 

Pernah suatu ketika Bung Karno berkunjung ke Bali, maka terjadilah suatu keanehan. Waktu itu Bali tengah dilanda kemarau yang sangat parah. Namun saat Bung Karno datang, tiba-tiba langsung turun hujan dengan derasnya. Begitu percayanya orang terhadap kesaktian Bung Karno, sampai sampai setelah kematiannya orang masih percaya Bapak Proklamator itu masih hidup. Bahkan budayawan Emha Ainun Najib (Cak Nun) dalam setiap ceramahnya selalu mengatakan bahwa Bung Karno belum mati. Dia hanya berpindah tempat saja.

 

Putra dari pasangan Raden Sukemi Sosrodiharjo dan Ida Ayu Nyoman Rai pada waktu masih kecil benama Kusno ini memang sewaktu mudanya banyak menimba berbagai macam aji kanuragan, aji kesaktian atau aji kadigdayaan.

 

Makanya baik kawan maupun lawan segan bila berhadapan dengannya. Bahkan tidak sedikit kaum hawa yang bertekuk lutut padanya hanya sekali kerling.

 

Kata Gus Putro, Bung Karno memiliki banyak kesaktian. Di antaranya Aji Pojoking Jagat, salah satu kesaktian tingkat tinggi warisan dari Sunan Kalijaga. “Aji Pojoking Jagat ini memiliki kegunaan bisa berjalan di atas air, bisa mengarungi lautan api tanpa terbakar, lolos dari semua senjata tajam dan lain sebagainya,” imbuhnya.

 

“Aji Pojoking Jagat adalah ilmu wali, makanya Bung Karno setelah mendapatkan ajian ini menjadi manusia setengah wali. Konon Aji Pojoking Jagat ini pernah diburu oleh Pak Harto ketika dia berkuasa,” cerita Gus Putro.

 

Ada kesaksian penduduk asli Cikini, mereka pernah melihat Bung Karno berjalan di antara rinai hujan tanpa basah sedikitpun. Kemudian pernah pula melihat Bung Karno berpergian bersama ajudannya dengan mobil kap terbuka dan ditembaki oleh seseorang tak dikenal, pelurunya hanya mampu menembus badan mobil.

 

Tak hanya itu, Bung Karno dikenal suka mengoleksi benda-benda pusaka. Setidaknya ada tiga tongkat komando yang bentuknya sama persis. Satu tongkat khusus untuk melakukan lawatan keluar negeri, satu tongkat untuk berhadapan dengan para Jenderalnya dan satu tongkat selalu dibawa waktu berpidato. Namun kalau keadaan buru-buru dan harus pergi, yang kerapkali ia bawa adalah tongkat komando khusus untuk pidato.

 

Pernah suatu saat Presiden Kuba, Fidel Castro memegang tongkat Bung Karno dan bercanda, “Apakah tongkat ini sakti seperti tongkat kepala suku Indian?” Bung Karno tertawa saja, saat itu Castro meminta peci hitam Bung Karno dan Bung Karno pakai pet hijau punya-nya Castro.

 

“Pet ini saya pakai waktu saya serang Havana dan saya jatuhkan Batista,” kata Castro mengenai pet hijaunya itu.

 

Apakah tongkat Bung Karno itu memiliki kesaktian seperti Keris Diponegoro 'Kyai Salak' atau keris Aryo Penangsang ‘Kyai Setan Kober’? Bung Karno tidak menjawab, tetapi yang jelas itu sakti.

 

Bung Karno juga memiliki kesaktian tiada batas. Itu diturunkan dari kakeknya. Hardjodikromo dikenal memiliki kesaktian dengan ucapannya yang bisa jadi kenyataan. Istilahnya idu geni. Rupanya ilmu ini menurun pada Bung Karno. Kemampuan idu geni Bung Karno itu didapat dari Hardjodikromo setelah berpuasa siang malam. Tujuan puasa kakek Bung Karno itu, agar cucunya bisa memiliki kekuatan batin yang kuat dan lurus. Pada hari ke 40 puasanya, Hardjodikromo kedatangan tamu seorang yang amat misterius. Lelaki paruh baya berpakaian bangsawan Keraton Mataram datang dan mengatakan dengan amat pelan.

 

Kata-kata itu jika diartikan dalam bahasa sekarang adalah “Bahwa cucumu jika pada masanya nanti akan menjadi seorang Raja. Raja bukan sembarang Raja. Bahkan cucu kesayanganmu itu nanti akan menjadi bukan saja Raja di Tanah Jawa, tapi di seluruh Nusantara”. Kelak Hardjodikromo mengira bahwa itu adalah perwujudan dari Ki Juru Martani, seorang bangsawan Mataram paling cerdas.

 

Sejak mimpi itu, kemampuan Bung Karno menjilat dan menyembuhkan berbagai macam penyakit lewat idu geninya langsung hilang. Namun berganti dengan kemampuan berbicara yang luar biasa hebat. Kehebatan idu geni Bung Karno itu dikuasai ketika dia mampu menguasai 8 unsur alam. “Bung Karno memiliki Hasta Brata. Siapa yang menguasai ilmu Hasta Brata, maka dia dengan mudah menguasai berbagai ilmu,” ucap Gus Putro.

 

Ditambahkannya, orang-orang sebenarnya tidak perlu memperebutkan ilmu-ilmu Bung Karno. Mereka cukup menguasai ilmu Hasta Brata, maka orang tersebut akan mudah mendapatkan ilmu yang diinginkan. “Mau ilmunya Bung Karno atau Pak Harto, asalkan bisa menguasai Hasta Brata, mereka pasti bisa menguasai segalanya,” akunya.

 

Diakui Gus Putro, banyak sekali orang-orang yang ingin mendapatkan kekuatan linuwih Bung Karno. Bahkan setelah meninggal pun, mereka berlomba-lomba memperebutkan kekuatan Bung Karno. 

 

“Mereka ingin mendapatkan ilmu secara instan seperti mengharap tetesan aura dari sang pemimpin. Tapi itu tidak gampang. Orang yang dekat dengan Bung Karno saja belum tentu bisa. Itu semua tergantung dari aura orang tersebut,” ungkapnya.

 

Diburu Banyak Orang

 

Pak Harto juga tidak kalah. Para spiritualis dan budayawan Jawa mengakui kemampuan linuwih Pak Harto. Dengan ilmu lembu petheng yang dimilikinya, dia bisa mengalahkan Sudarsono, DN Aidit, Sukarno, Hatta, Nasution dan seluruh orang besar di negeri ini yang mustahil dikalahkan. Secara politik, Suharto hanya dikalahkan oleh umurnya sendiri.

 

Dalam sejarah Jawa, Pak Harto termasuk orang yang sukses mengurai sejarah kudeta yang berdarah-darah dalam merebut tahta kekuasaan. Banyak tokoh yang kemudian muncul tiba-tiba dalam panggung sejarah, tanpa masa lalu, dan tanpa beban silsilah. Ia kemudian mengklaim sebagai anak para dewa, anak para raja, dan dengan begitu mereka menggenggam mitos.

 

Suharto adalah manusia kontroversial. Nilai kontroversinya jauh melebihi Sukarno. Bila Bung Karno dikenal dunia karena ulahnya yang mencengangkan dan sering bikin kejutan, maka Suharto lebih pada nilai misteriusnya.

 

Misteri Suharto adalah kekuasaan yang begitu besar, dan itu dibangun dengan cara yang mungkin orang akan tercengang yaitu sikap: diam. Pendiam bagi Suharto bukan hanya watak tapi merupakan latihan menahan diri yang ekstrem.

 

Yah, ilmu lembu petheng itulah kekuatan Pak Harto. Dia bisa memecahkan mitos buku suci raja-raja Tanah Jawa. Ini juga yang tampaknya dipegang dalam konstelasi politik nasional kita yang belum lepas dari kesejarahan mitos atas silsilah di masa lalu.

 

Mantan “Raja Nusantara” ini terbilang sebagai tokoh mumpuni yang sulit dicari tandingannya. Pergulatan langsung dengan budaya Jawa atau mistik Kejawen, menjadikan dirinya mempunyai kekuatan spiritual yang ngedab-edabi.

 

Membaca perjalanan spiritual Pak Harto memang kelewat panjang. Namun dari laku spiritual yang digeluti menjadikan dirinya sebagai satria linuwih, baik dari sisi jasmani maupun rohani.

 

Ketokohan Pak Harto setidaknya bisa disamakan dengan tokoh sejarah Ken Arok. Sebagaimana Ken Arok akhirnya bisa menjadi Raja Singasari, Pak Harto yang sejak semula sadar dan harus mempersiapkan dirinya baik jasmani maupun rohani akhirnya bisa menjadi raja. Meski harus diakui ketokohan Pak Harto pada akhirnya menjadi ”Raja Nusantara” tak pernah diprediksi banyak kalangan sebelumnya, sebagaimana yang terjadi pada Ken Arok.

 

Dalam hal tirakat, Pak Harto memang jagonya. Sejak muda ia memang konsisten menjalani laku spiritual seperti puasa Senin-Kamis. Bahkan dalam rangka mencari pulung derajad ia tak segan-segan menjalani tapa kungkum di berbagai tempat. Dalam pandangan orang Jawa, ritual kungkum tiada lain untuk nggayuh kamukten (mencari kemuliaan).

 

Sebagai bentuk pendalaman spiritual pada diri Pak Harto juga terlihat pada langkahnya yang menikahi Ibu Tien sebagai pasangan hidup. Ibarat batu mustika, Ibu Tien yang juga bukan wanita sembarangan merupakan emban atau pasangan pendamping yang bisa mendampingi Pak Harto. Secara spiritual, Ibu Tien merupakan sosok putri Nariswi yang bisa menjunjung derajad suami.

 

Setiap langkah yang dilakukan Pak Harto tak pernah lepas dari perhitungan-perhitungan spiritual Jawa. Terlebih pada saat genting, ia akan melakukan kolaborasi dengan penguasa-penguasa gaib di seluruh Indonesia. 

 

Selain rajin laku mistik kejawen, Pak Harto juga gemar mengoleksi pusaka untuk menambah kekuatannya. Salah satu pusaka yang dipinjam Suharto untuk menambah kekuatannya adalah pusaka andalan Kraton Solo. Tidak hanya itu, Suharto dipercayai memiliki “pendamping”. Pendamping ini adalah salah satu raja perempuan alam bawah laut, kakak seperguruan Nyai Roro Kidul. Pusaka-pusaka itu hanya akan digunakan sendiri oleh Pak Harto dan tak bisa diwariskan kepada putra-putrinya.

 

Konon, Pak Harto punya tiga keris ampuh dan pusaka itu didapatkan sendiri saat menjalani ritual. Bisa jadi, setelah Pak Harto wafat ketiga keris itu akan muksa sendiri. Toh, jika tidak muksa, harus dilarung, sebab jika tidak akan menimbulkan aura jelek bagi keluarga yang ditinggalkannya.

 

Sebagai tokoh yang punya kekuatan spiritual amat tinggi, Pak Harto selama ini memang memegang teguh rahasia ilmu yang dimilikinya. Ilmu Hasta Brata itu sangat dahsyat. Dengan ilmu itu, dia mampu menguasai ilmu-ilmu lain sehingga dia mampu memegang kendali kekuasaan selama 32 tahun.

 

Pak Harto sebagai tokoh linuwih menjadikan dirinya sebagai tokoh besar yang patut dihormati oleh alam. Diakui atau tidak, sebelum Pak Harto jatuh sakit ada fenomena alam seperti jatuhnya meteor, banjir bandang, munculnya teja bathang di Jakarta dan lainnya.

 

Meski keterkaitan sakitnya Pak Harto dengan peristiwa alam sulit dibuktikan, tetapi dari sisi metafisika setidaknya mengarah ke hal itu. Banyaknya pejabat yang menjenguk Suharto saat sakit, sangat bisa dimengerti. Hampir semua pejabat adalah bekas anak buahnya. Hubungan senior-junior atau bapak-anak mesti dijaga karena tanpa senior/bapak, junior/anak tak mungkin menjadi seperti sekarang. Inilah mungkin kesempatan terakhir untuk bertemu dan memberi hormat. Tapi dalam hatinya mungkin juga berharap akan mendapatkan ilmu wahyu yang dimiliki Suharto. Tak ada yang salah, sebab dalam tradisi Jawa tindakan praktis itu kerap dilakukan para pendahulu. Artinya, tanpa laku prihatin, tanpa puasa dan pertapa, jika wahyu itu mau jatuh ke seseorang, ya jatuhlah.

 

Maka jangan heran, dulu ketika Suharto sakit, pada radius 500 meter banyak orang pintar berkumpul. Mereka datang dari pelosok Jawa bahkan penjuru tanah air. Mereka berharap bisa menangkap atau kejatuhan ilmu atau wahyunya Suharto yang hendak terbang dari raga. Mereka punya peluang yang sama dengan para pajabat yang keluar masuk rumah sakit.

 

Saat ini meski keduanya sudah tiada, namun pamor Bung karno dan Pak Harto masih luar biasa. Banyak yang berusaha mencari dan merebutkan ilmu keduanya. 

 

Bung Karno dan Pak Harto memiliki ageman berlapis-lapis. Aura kekuatan sampai sekarang terus melekat. Semasa hidup, mereka disegani banyak orang. Orang yang berilmu Hasta Brata biasanya memiliki kharisma luar biasa yang dapat mengemong, memikat, dan membuat takluk banyak orang.@nov

 

Artikel lainnya

Sehat Bersama Pemerintah Baru 52,2 Juta Warga Indonesia Dapat Cek Kesehatan Gratis

Mahardika Adidaya

Oct 24, 2024

Salah Langkah Kebijakan Pangkas Nilai Tambah Ekonomi Hilirisasi Nikel

Author Abad

Jul 15, 2024

Menggali Dana Hibah Untuk Pensiun Dini PLTU

Author Abad

Jul 16, 2024

TNI Berumur 77 Tahun, Menjadi Dewasa Karena Tindakan

Author Abad

Oct 06, 2022

Kembali ke Jati Diri Adalah Kembali ke Kebun, Sawah dan Segenap Pertanian Rakyat

Malika D. Ana

Apr 03, 2023

Pertukaran Budaya Indonesia Jepang Dalam Subtrack

Pulung Ciptoaji

Mar 02, 2023