Penulis: Pulung Ciptoaji
abad.id-Saat itu Presiden Sukarno mengunjungi Australia pada tahun 1957. Kedatangan presiden benar-benar mengundang perhatian warga Indonesia yang tinggal disana. Mereka mengelu-elukan Sukarno sambil berusah mendekat untuk sekedar menyapa dan berjabat tangan. Rasa bangga dirasakan warga Indonesia yang tinggal di Australia, sebab memiliki pemimpin pemberani dan telah berhasil merdeka sepenuhnya.
Satu persatu bersalaman, dan tiba giliran Sukarno bersalaman dengan orang bertubuh gemuk. Seketika Sukarno langsung menyapa sebuah nama,” Djirun!” kata Sukarno. Tentu saja orang yang disapa itu kaget dan heran. Mengapa seorang Sukarno langsung mengenalnya, padahal bertemu saja baru pertama kali. Usut punya usut, ternyata nama Djirun sangat melekat di hati Sukarno. Saat itu Bung Karno memperoleh sebuah lukisan dari seorang saudaranya. Sukarno sangat teresan lukisan naturalisme itu. lalu saat tercatat nama dibawah lukisan, Sukarno langsung ingat nama Sadjirun.
Sadjirun pelukis misterius. Foto ist
Ternyata rasa penasaran Sukarno selalu ingin melihat seniman tersebut secara langsung. Si pemberi lukisan hanya memberi sebuah foto seorang laki-laki bertubuh gemuk dan kini tinggal di Australia. Maka saat berjabat tangan, Sukarno langsung hafal dan menyapa sebuah nama Djirun. Namun perjumpaan itu tetap membuat si punya nama terheran-heran, sebab sebelumnya dirinya hanya spesialis pelukis potret. Namun akhirnya Sadjirun banting setir melukis mata uang sesuai pemesan. “Uang lebih berkuasa dari sebuah karya lukisan, dan selalu dirindukan banyak orang” pikir Djirun.
Tidak ada yang menyangka petualangan Djirun menjadi pelukis uang dan sosoknya sangat dirahasiakan. Karena saking langkanya profesi ini, hanya segelintir orang di seluruh dunia yang berprofesi melukis mata uang. Saat itu di Indonesia hanya memiliki 4 nama yang spesialis menggambar mata uang dan nama dan sosoknya sangat dirahasiakan. Mereka Alm Abdul Salam, Alm Junalis, dan Oesman Effendi. Serta Sadirun yang sudah 25 tahun bergelut dengan lukisan uang dan telah melukis beberapa mata uang.
Sadjirun kelahiran Kaliwungu Semarang 4 Maret 1931, mengaku bakatnya melukis sudah muncul sejak masih muda. Dirinya terinspirasi dari ilustrasi buku buku bacaan karya warga Belanda MA Koek koek, WK Debuin dan Jetses. Dari merekalah Sadjirun tergelak untuk melanjutkan sekolah selepas lulus SMA. Namun bukan sesuai bakatnya, Sadjirun kuliah jurusan teknik UGM. Kuliah di situ bukannya merasa bangga, namun justru tersiksa. Sebab kegemarannya melukis merasa terbatasi. Hanya dua tahun di UGM, akhirnya Sadjirun pindah ke Akademi Seni Rupa ASRI. Sejak di ASRI inilah bakatnya sebagai pelukis semakain tajam terasah.
Kemahiran melukis aliran naturalis ini diperhatikan salah satu pengajar R Sumarno Atmodipuro yang masih punya kerabat dengan direktur NV Perkeba sebuah perusahaan percetakan di Kebayoran bernama Prayitno Suwondo. Sumarno menarkan jasa Sadjirun untuk mencetak benda benda penting seperti uang, perangko. Dari Yogjakarta Sadjirun dikirim ke Jakarta untuk mendapatkan order pertama. NV Perkeba menganggap order ini hanya percobaan yaitu menggambar perangko seri kancil, trenggiling dan lingsang. “ Saya membuat denan cara pen tekening, padahal perangko dituntut gambar dengan tone, sehingga proyek pertama saya gagal” kata Sadjirun.
Gagal proyek pertama Sadjirun ini rupanya membawa hikmah. Yaitu Sadjirun semakin serius menekuni lukisan konsep garis-garis arsir. Bahkan hasil lukisan konsep garis garis arsir telah membuat kagum Prayitno Suwondo direktur NV Perkeba. Sebab keberhasilan garis arsir ini bisa untuk mempertegas engraving atau plat pencetak uang. Maka kegagalan pertama justru membawa rejeki berikutnya. Sejak saat itu, Sadjirun ditawari bekerja di Prayitno Suwondo sebagai perancang uang. Bahkan dijanjikan akan dikirim ke luar negeri jika dapat proyek besar.
Sadjirun lulus dari ASRI tahun 1957 dan langsung bekerja sebagai perancang uang. Sebagai seniman yang dirahasiakan, Sadjirun juga harus berjanji menyimpan rahasia negara. Rupanya Sadjirun cocok dengan pekerjaan yang penuh godaan itu. sehingga kemanapun dirinya benar benar tidak pernah membuka diri. Sebagai langkah awal bekerja, Sadjirun dikirim ke Harlem Belanda untuk Job Training dan belajar langsung ke Fa Johan Enschede & Zonen. Namun tidak lama di Belanda karena kasus Irian Barat, Sadjirun kemudian dikirim ke Austria. Di sini dia semakain serius untuk sekolah merancang uang di Osterricic chishe Nasional Bank hingga tahun 1962. Lulus dari eropa, Sadjirun kembali ke Indonesia dan mulai merancang beberapa seri uang rupiah.
Sadjirun dan Kerja Misterius
Pada tahun 1971 NV Perkeba berubah nama menjadi Perum Peruri (perusaahan Umum Percetakan Uang RI). Meskpun pergantian managemen, kondisi Sadjirun masih sebagai karyawan dan mengotak atik desain uang. Ganti managemen justru semakin membatasi ruang rahasianya. Setiap keluar kantor dirinya harus melewati pengawasan khusus. Bahkan urusan keluarga masih mendapat pengawalan. Profesi seperti Sadjirun ini sangan jarang, sehingga negara harus melindungi dari segala kemungkinan. Termasuk Sadjirun sendiri harus tunduk terhadap sumpahnya yaitu menyimpan rahasia negara. Bahkan dengan anak dan istrinya Sadjirun mengaku tidak pernah terbuka tentang pekerjaanya. “Apa boleh buat, beruntung profesi saya tidak menghambat keharmonisan keluarga dengan istri Surtipanti yang saya nikai tahun 1967,” jelas Sadjirun
Di Peruri urusan keluarga terkadang akan menjadi urusan kantor. Perusahaan berhak menelusuri latar belakang, Litsus diri agar pegawainya tidak salah jodoh. Alasannya rahasia negara jauh lebih penting daripada hal-hal yang bisa menghambat. Atas aturan ketat ini, bagi Sadjirun bukan masalah dan bisa menikmainya.
Tapi ada waktu sangat serius bagi orang seperti Sadjirun ini, yaitu ketika sedang menerima order mendesain dan mencetak uang baru. Order dari Bank Indonesia dan dikerjakan dengan pola “tutup mulut”. Mulai dari desain, warna hingga kuwalitas kertas. Tidak boleh siapapun melihat dan rahasia bocor, sebab dikawatirkan akan muncul uang palsu. “Satu seri mata uang biasanya disiapkan antara 1 hingga 2 tahun, maka selama waktu merancang saya harus tutup mulut,” jelasnya.
Hingga akhrnya tahun 1968, pemerintah mengeluarkan uang seri Sudirman dari pecahan Rp 5 sampai Rp 10.000. Uang itu semuanya rancangan Sadjirun, dan namanya tercatat sebagai sosok penting dalam dunia uang di RI. Sejak saat itu seri Sadirun yang paing sering berada di dompet warga Indonesia. Kemudian Sadjirun mendesain uang lagi pada tahun 1976 seri Sudirman. Seri ini pernah dianggap desain paling bagus, sebab kaya terhadap komposisi. Bagian depannya gambar Sudirman dan dibaliknya tentang gambar pembangunan teknologi. Menarik, bebas dan modern. Dibawah gambar itu tercantum nama M Sadjirun Del-del, siangkatan dari Deliniatit atau artinya si penggambar. (pul)