Penulis : Pulung Ciptoaji
abad.id-Suhu Surabaya pagi itu sangat panas, sebab langit mulai berawan. Beruntung angin semilir menyambut saya di Hutan Bambu Keputih Sukolilo. Saya sengaja datang ke taman Harmoni Surabaya ini ke dua kalinya setelah peresmian ganti nama tahun 2017 lalu oleh Walikota Surabaya Tri Rismaharini.
Menuju Hutan Bambu Keputih bisa diakses angkutan umum atau kendaraan pribadi. Pengunjung dapat melalui Jalan Raya Kertajaya dari pusat kota Surabaya lalu menuju arah Jalan Arief Rahman Hakim hingga sampai di Jalan Raya Marina Asri. Jaraknya sekitar 10 km dan dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih 30 menit. Tidak ada tiket masuk Hutan Bambu Keputih. Hanya perlu membayar tarif parkir sebesar Rp 2 ribu untuk kendaraan roda dua dan Rp 5 ribu untuk kendaraan roda empat. Hutan Bambu Keputih buka selama 24 jam. Jadi, pengunjung dapat datang kapan saja sesuai yang diinginkan..
Kedatangan saya langsung disambut Agus TM, salah satu petugas bidang pertamanan dan Hutan Bambu. Menurutnya, kawasan hutan bambu ini sebelumnya Tempat pembuangan Akhir Sampah dengan kapasitas 100 ton sampah setiap harinya. TPA keputih ini sudah beroperasi sejak tahun 1980an, dan ditutup tahun 2000. Selajutnya TPA dipudah ke Benowo yang jauh dari kawasan penduduk. Namun bekas TPA ini menyisakan masalah, sebab sering terjadi kebakaran dan longsor. Atas gagasan Walikota Risma saat itu segera dibuatkan taman di atas gunungan sampah itu.
Saya sangat ingat betul sejarah penutupan TPA Sukolilo itu. saat itu sekitar tahun 1999, tim Advokasi Walhi menuntut penutupan TPA karena sudah mengganggu warga dan dekat dengan pemukiman. Selain itu, TPA dianggap berbahaya karena sering terjadi terbakar dan longsor. Sudah sering terdengar pemulung hilang karena longsoran timbunan sampah. Alasan lain, pengelolaan TPA di tengah penduduk ini sudah salah. Semua sampah yang dibawa truk langsung ditimbun dan dibuang tanpa pengelolaan dan pemilahan. Padahal sampah tersebut bisa dimanfaatkan untuk kompos dan daur ulang.
Banyak pihak yang tidak yakin lahan bekas TPA itu bisa dimanfaatkan. Sebab dipastikan akan kesulitan pengurasian sampah plastik dan perlu proses penghancuran sampah yang sudah ada. namun bagi walikota Risma saat itu justru pembuatan taman diatas TPA menjadi tantangan. Langkah pertama gunungan sampah yang sebelumnya berbahaya diratakan dengan alat berat. Setelah itu pada lapisan pertama diuruk tanah sirtu dan pada lapisan atas diuruk lapisan humus dan kompos. Setelah itu baru proses pembiaran agar taah tersebut padat. Setelah 1 tahun kemudian, baru kawasan tersebut bisa ditanami.
Namun ada beberapa pilihan jenis tanaman yang bisa tumbuh subur di kawasan bekas TPA itu. salah satunya tanaman bambu yang memiliki jenis akar serabut. Sengaja dipilih bambu karena paham akan manfaatnya. Pertama bisa menjaga kesehatan tubuh. Bagi waga yang terbiasa berjalan pagi dan menghirup usara segar di hutan bambu bisa menurunkan tekanan darah secara efektif, memperlambat detak jantung, dan menjaga saturasi oksigen. Mengunjungi hutan bambu juga dapat meredakan stres fisik dan menstabilkan emosi sehingga dapat menjaga kesehatan tubuh. Manfaat lain bisa meningkatkan volume air di bawah tanah. Berdasarkan penelitian oleh I. Made Budiasa, I. G. N. Alit Wiswasta, dan I. Dewa Nyoman Raka dari Universitas Mahasaraswati Denpasar, tanaman bambu memiliki akar rimpang yang sangat kuat. Struktur akar ini menjadikan bambu dapat mengikat tanah dan air dengan baik. Dibandingkan dengan pepohonan yang hanya menyerap air hujan 35-40 persen air hujan, bambu dapat menyerap air hujan hingga 90 persen sehingga meningkatkan volume air di bawah tanah secara signifikan.
Manfaat lainnya yaitu bisa mlestarikan sumber daya air. Sebab bambu dapat menyerap air hujan hingga 90 persen sehingga dapat membantu dalam pelestarian sumber daya air. Tak hanya itu, dalam sehari, bambu dapat bertambah panjang 30-90 cm dan mencapai usia dewasa pada umur 3-6 tahun. Penanaman bambu juga tidak memerlukan biaya besar karena tanaman bambu merupakan tanaman rakyat yang mudah dan murah didapatkan. Serta hutan bambu ini bisa menyerap karbon dioksida daripada tanaman kayu-kayuan ataupun buah-buahan. Studi menunjukkan bahwa satu hektar tanaman bambu dapat menyerap lebih dari 12 ton karbon dioksida di udara. Dengan melestarikan hutan bambu, karbon dioksida juga lebih banyak diserap sehingga emisi karbon dapat dikurangi dan pemanasan global dapat dicegah. Oleh sebab itu, Hutan Bambu Keputih tak hanya indah untuk dinikmati tetapi memiliki peran penting bagi lingkungan dan kesehatan. Letaknya tak jauh dari pusat kota sehingga mudah diakses dari mana saja.
Bagi Agus, sangat mudah mengelola hutan bambu. Sebab yang terpenting yaitu pupuk kompos yang harus tersedia dan kebutuhan air yang harus tercukupi. Petugas juga harus rajin melakukan perantingan atau memotong dahan bambu yang sudah tua atau berbahaya. “Bahaya hutan bambu hanya ancaman kebakaran saat musim kemarau, maka kami selalu menegur jika menemukan pengunjung merokok di kawasan hutan,” kata Agus.
Hutan Bambu Keputih menjadi salah satu tempat wisata alam di Surabaya yang bisa anda kunjungi saat merasa bosan denga suasana perkotaan yang ramai. Dengan suasananya yang sejuk, teduh, dan asri di tengah Kota Surabaya, Hutan Bambu Keputih menjadi favorit bagi wisatawan yang datang. Sepanjang hari selalu terdengar suara burung berbagai jenis. Mulai perkutut, Kutilang, bahkan burung kecil sirpu. Burung0burung tersebut memanfaatkan kawasan hutan sebagai tempat bersarang. Sehingga ada aturan ketat dilarang berburu atau menangkap burung di kawasan taman hutan bambu.
Sebenanya hutan bambu Keputih seuas 8,9 hektar ini juga punya nilai ekonomi yang penting. Namun mulai penggunaan bambu dapat ditemukan dalam bahan bangunan atau atribut lain.jenis bambu yang tumbuh di kawasan ini jenis bambu apus, yaitu kecil kecil pada batangnya. Bambu inibiasanya dimanfaatkan untuk yiang bendera, umbul umbul, atau tongkat penyangga tanaman. “ Bambu yang sudah tua kita potong lalu kita manfaatkan untuk penyangga tanaman di seluruh taman se Surabaya,” kata Agus.
Akses jalan di Hutan Bambu Keputih terasa lebih alami karena jalannya masih alami, tidak menggunakan aspal atau blok paving. Hutan Bambu Keputih merupakan destinasi favorit bagi fotografer karena hutan ini dapat dijadikan objek foto yang menarik, seperti hutan bambu Arashiyama yang terkenal di Jepang. Foto Pulung
Nama Taman Harmoni dipilih karena banyak jenis tanaman yang tumbuh di kawasan tersebut selain bambu. Seperti jakaranda, bungur, pagoda, dan bunga tabebuya yang terkenal karena mirip dengan bunga sakura. Saat bunga tabebuya mekar, bisa dipastikan taman ini ramai oleh pengunjung. Hamparan bungan tabebuya berwarna merah jambu seakan memikat para pengunjung. Dengan paduan bunga tabebuya dan bambu, seakan membawa pengunjung ke Jepang. Berbagai tanaman dan pepohonan ditanam dengan rapi berdasarkan warna sehingga menghasilkan pemandangan lanskap yang indah. (pul)