images/images-1674454390.png
Liputan

Subtrack, Belajar Sejarah Dengan Mudah

Pulung Ciptoaji

Jan 23, 2023

381 views

24 Comments

Save

abad.id-The Begandring Institute, sebuah divisi baru di bawah Perkumpulan Begandring Soerabaia, tancap gas. Divisi ini bertugas mensupply data yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan kegiatan Begandring. Salah satunya adalah kegiatan wisata sejarah, Surabaya Urban Track (Subtrack).

 

 

Secara umum Begandring Soerabaia dalam berkegiatan tidak lepas dari data dan sumber. Apalagi kegiatan kegiatan yang berbasis sejarah. Maka narasi narasi, yang dibangun, harus memiliki dasar. The Begandring Institute itulah yang bertugas menyediakan data data sebagai dasar narasi.

 

Subtrack Special Imlek di kawasan Pecinan Surabaya. Foto dok begandring

 

Misalnya, dalam kegiatan wisata sejarah Subtrack di kawasan Kampung Pecinan dalam rangka meramaikan Tahun Baru Imlek pada Minggu 22 Januari 2023, disajikan kemasan baru yang berbeda dari kegiatan serupa sebelumnya.

 

 

Biasanya the Walking Heritage Tour, Subtract, dinikmati sambil berjalan kaki menyusuri jalan dan lorong perkampungan. Yang tidak biasa adalah jika tour ini diselingi dengan kelas sejarah. Kelas sejarah adalah sesi presentasi melalui power point yang berisi tentang materi sejarah terkait dengan tema wisata sejarah yang disuguhkan. Presentasi power point ini bertempat di Rumah Abu Han di jalan Karet.

 

 

Melalui cara demikian, belajar sejarah menjadi lebih menyenangkan. Mereka bisa belajar sejarah sambil mengamati obyek obyek bersejarah terkait. Misalnya belajar sejarah tentang marga Han dan jejaknya langsung di Rumah Abu Han. Dengan begitu para pembelajar, yang tidak lain adalah para peserta tur, dapat melakukan pengamatan langsung terhadap benda benda yang menjadi saksi bisu keluarga Han.

 

 

Bagi pewaris keluarga Han, Robert Han dan Mega Tanuwijaya (istri), perpaduan model wisata dan belajar sejarah ini adalah wujud pelestarian dan pemanfaatan peninggalan sejarah. Peninggalan sejarah tidak hanya dipandang sebagai sebuah fisik obyek, tetapi ada nilai nilai di balik obyek bersejarah yang tidak kalah pentingnya.

 

Melintasi jaman di jalan Karet, jalan tertua di kawasan Pecinan Surabaya. Foto dok begandring

 

Bagi Robert Han menjaga dan melestarikan peninggalan leluhur adalah cost oriented tetapi ini adalah a long live cultural preservation oriented yang tidak hanya penting bagi keluarga, tetapi juga penting bagi peradaban kota Surabaya. Selama ini, semua effort baik materiil dan non materiil dilakukan oleh keluarga demi menjaga dan menghormati leluhur yang telah membuat tempat bagi keluarganya pada jamannya.

 

 

Karenanya Robert Han selalu mengajak anaknya Hubert ketika mengunjungi dan berfikir tentang rumah peninggalan leluhur di jalan Karet itu.

 

 

"Yang kami lakukan ini jelas bukan profit oriented, tapi cost oriented. Namun semua demi menghargai dan menghormati leluhur kami yang telah berbuat sedemikian rupa", jelas Robert ketika ditemui di Rumah Abu Han menjelang Hari Raya Imlek.

 

 

Rumah Abu Han tidak hanya wujud peninggalan fisik, tetapi di sana ada pesan pesan luhur dari nenek moyang kepada generasi Han kapan pun.

 

 

"Dirumah ini masih banyak pesan pesan yang kami belum tahu maknanya karena pesan pesan itu disampaikan dalam bahasa yang sangat puitis. Ada makna makna tersirat. Yang saya tau adalah pesan hormatilah orang tuamu dan kamu akan bahagia di masa depanmu", terang Robert.

 

 

Subtrack Special Imlek 2023

 

 

Kukuh Yudha Karnanta, dosen Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga (Unair), mengaku bahwa ia sudah pernah mengikuti wisata sejarah Subtrack beberapa kali sebelumnya dan kali ini memang berbeda.

 

Sesi kelas sejarah di Rumah Abu Han. Foto dok begandring

 

"Dengan adanya sesi presentasi dan diskusi interaktif dengan peserta, Subtrack menawarkan wisata sekaligus praktik aktivisme pemanfaatan warisan budaya dan sejarah kepada publik dengan cara yang elegan", jelas Kukuh.

 

 

Kukuh menambahkan bahwa sebagai giat wisata warisan sejarah dan budaya, peserta mendapatkan pengalaman berkesan bukan semata dari objek yang dikunjungi, namun dari interaksi antara sesama peserta maupun peserta dengan guidenya.

 

 

"Menariknya, seluruh informasi, itinerary, guide book, dan lain lain menggunakan arsip dan data yang sahih. Peserta seperti diajak menelusuri labirin masa lalu, dengan peta, kompas, serta navigator yang ulung dan bersahabat", imbuh Kukuh.

 

 

Subtrack Spesial dalam mengisi Tahun Baru Imlek ini diikuti oleh 35 peserta ditambah krew dan panitia pelaksana sekitar 15 orang.

 

 

Yuska Harimurti, salah seorang peserta, yang juga aktivis Gusdurian, mengaku bahwa Subtrack di kawasan Pecinan Surabaya ini memberi gambaran tentang masa masa mula Surabaya dengan nilai nilai kearifan lokal dan upaya dalam menjaga kearifan lokal itu sehingga Surabaya sekarang memiliki warna tersendiri diantara daerah daerah lainnya.

 

 

"Dari kawasan Pecinan ini kita bisa belajar dan mengenal bagaimana bangsa (kota) ini berproses dan menjaga dirinya sendiri. Ada yang tetap terjaga, ada juga yang sudah punah karena termakan zaman", kata Yuska.

 

 

Dari Subtrack di Pecinan, Yuska juga mengaku bahwa dirinya bisa melihat dan belajar bagaimana kota ini bermula dan bertumbuh. Kawasan Pecinan menjadi aset yang penting sebagai saksi bagaimana kota ini semakin bertumbuh.

 

 

Sementara peserta lainnya, Listya Damayanti mengatakan bahwa Subtrack selalu ngangeni.

 

 

"Subtrack bisa mendongeng sambil jalan jalan dan disisipi canda tawa hangat dan interaktif antara peserta dan pemandunya. Ini cara yang

menarik sekaligus seru untuk belajar sejarah. Pengalaman ini menambah kecintaan saya kepada Kota Surabaya khususnya, juga kepada Indonesia pada umumnya. Selain menambah wawasan saya, kegiatan ini menambah teman", kesan Listya yang sudah beberapa kali ikut Subtrack.

 

 

Tanggung Jawab Bersama

 

 

Sekarang, terhadap aset bersejarah yang ada tentu menjadi tanggungjawab bersama. Tidak hanya tanggung jawab dalam hal perlindungan, tapi juga pelestarian dan pemanfaatan agar keberadaannya semakin memberi nilai nilai tambah di bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, penelitian, kebudayaan dan pariwisata kota.

 

 

Ketika Rumah Abu Han tampil sebagai obyek bangunan cagar budaya yang terawat dengan baik dan bisa dimanfaatkan oleh publik, namun jika di sekitarnya (kiri dan kanan bangunan) terlihat kumuh dan apalagi membahayakan bagi Rumah Abu Han, maka perlu ada upaya bersama untuk mengamankan bangunan cagar budaya ini.

 

 

Menikmati lesehan di atas marmer Italia. Foto dok begandring

 

"Tolong sampaikan kepada pemerintah bahwa ada bangunan sebelah yang kosong, di sana ada balok balok yang rapuh yang membahayakan bagi Rumah Abu Han. Saya akan tangani, tapi ini masuk wilayah properti orang lain. Sementara kami tidak tau siapa pemiliknya", terang Robert yang berharap Pemerintah Kota bisa melakukan tindakan dalam hal penyelamatan aset yang bersejarah bagi kota Surabaya.

 

 

"Pemerintah tentu tau siapa pemiliknya, dan jika tidak jelas serta tidak ada respon dari pemiliknya, maka pemkot bisa melakukan tindakan preventif untuk melindungi aset bersama, yaitu Rumah Abu Han", tambah Robert.

 

 

Lestari, termanfaatkan dan aman menjadi unsur keberlangsungan kegiatan bagi semua. Diantaranya adalah kegiatan wisata sejarah di Rumah Abu Han. Beragam pengunjung sudah masuk ke Rumah Abu Han ini dan akan semakin banyak lagi pengunjung seiring dengan program pemerintah kota Surabaya yang mengembangan kawasan Pecinan sebagai kawasan wisata sejarah kota Surabaya.

 

 

Wisata jalan jalan Subtrack Special Imlek 2023 di kawasan Pecinan Surabaya ini mengunjungi beberapa spot peradaban penting. Acara ini diawali dari Klenteng Hok An Kiong di jalan Coklat, kemudian berjalan ke bekas Kuburan Pecinan, Bong, yang saat ini telah berubah manjadi pasar. Namanya Pasar Bong.

 

 

Dari sana perjalanan dilanjutkan ke jalan Kembang Jepun yang dikenal sebagai pusat perdagangan dari jaman ke jaman. Di sana Subtrack memasuki gedung kolonial yang dulu adalah sebuah bank. Uni Bank. Kini ditempati harian Radar Surabaya.

 

 

Selanjutnya Subtrack menyisir Jalan Karet, jalan tertua di kawasan Pecinan. Letaknya ditepian sungai Kalimas yang dikenal sebagai jalur urat nadi perekonomian, perdagangan, perhubungan dan pembangunan kala itu. Di jalan Karet inilah, Subtrack mengunjungi rumah rumah peradaban kuno etnis Pecinan. Ada Rumah Abu Han, The dan Tjoa.

 

 

Kunjungan terakhir adalah klenteng Hok An Kiong di pojokan jalan Coklat dan Slompretan. Di sana peserta langsung menyaksikan aktivitas perayaan Imlek. (nng/pul)

 

Penulis : Nanang Purwono

 

 

 

 

 

 

 

Artikel lainnya

Sehat Bersama Pemerintah Baru 52,2 Juta Warga Indonesia Dapat Cek Kesehatan Gratis

Mahardika Adidaya

Oct 24, 2024

Salah Langkah Kebijakan Pangkas Nilai Tambah Ekonomi Hilirisasi Nikel

Author Abad

Jul 15, 2024

Menggali Dana Hibah Untuk Pensiun Dini PLTU

Author Abad

Jul 16, 2024

Kiai Mahfudz Termas, Pewaris Terakhir Hadist Bukhori #3

Author Abad

Mar 11, 2023

Begini Respon TACB Perihal Reklame di Lokasi Cagar Budaya

Author Abad

Feb 26, 2023

A.H. Thony: "Dulu jadi panutan pembongkaran, kini kok mau dipasangi reklame lagi. Mesakne Mas Wali"

Malika D. Ana

Feb 24, 2023