images/images-1675417109.png
Tokoh

Johnny Florea Wartawan Asing Ikut Safari Sukarno

Pulung Ciptoaji

Feb 03, 2023

582 views

24 Comments

Save

John "Johnny" Florea. Foto Majalah Life

 

abad.id- Pasca proklamasi 1945, Indonesia perlu mengabarkan kemerdekaannya sebagai negara yang baru. Cara deklaratif ini menjadi penting demi menjalin hubungan internasional dengan negara-negara lain. Sekaigus mengndang solidaritas antar negara untuk pengakuan kedaulatan Indonesia. Cara paling mudah para pemimpin Indonesia mengundang wartawan asing untuk mewartakan opini mereka mengenai keadaan Tanah Air.

 

Sejak awal Oktober 1945, pemerintah RI banyak mengundang wartawan dari luar negeri untuk mewartakan kemerdekaan Indonesia. Salah satu wartawan yang paling bersemangat bernama Bouwer dari United Press. Sejak tanggal 2 September 1945 Bouwer sudah berada di dalam kereta api menuju Jakarta dari Bandung. Sungguh beruntung Bouwer yang sangat paham kondisi Indonesia sejak sebelum pendudukan Jepang hingga proklamasi kemerdekaan. Sebab warga Belanda ini memilih tidak pulang atau mengungsi ke Australia selama pendudukan Jepang. Dia bersembunyi di sebuah rumah di Bandung dan menyamar sebagai warga lokal. Saat Sukarno Hatta memproklamasikan kemerdekaan, Bouwer langsung bergegas ingin segera ke Jakarta untuk melanjutkan pekerjaannya sebagai wartawan.

 

Setiba di Jakarta,  Bouwer  tidak langsung bisa menemui Sukarno. Dia harus menginap beberapa hari di sebuah rumah milik koleganya. Sambil menunggu jadwal yang tepat untuk bertemu pemerintahan Sukarno, Bouwer  naik sepeda keliling kota. Tugas ini  untuk melihat situasi pasca proklamasi. Tulisan Bouwer  yang menggambarkan suasana Jakarta ditulis di United Press dan selalu menjadi halaman utama.

 

Lalu ada pula wartawan dan fotografer terkenal Cartier Berson, Hugo Wilmar, Bert Hardy yang sangat rajin mengabadikan keadaan republik Indonesia untuk negaranya masing-masing.  Di antara banyaknya fotografer yang turut mengabadikan peristiwa tersebut ada nama jurnalis foto John "Johnny" Florea. John mendapat kesempatan emas untuk meliput kegiatan tiga serangkai Soekarno-Hatta-Sjahrir saat melawat ke berbagai daerah di Pulau Jawa selama 10 hari.

 

Johnny bukanlah fotografer kemarin sore. Dia lahir di Alliance, Ohio, pada 1916. Johnny Florea yang berperawakan tegap dengan tubuh gempal ini memulai kariernya di San Francisco Examiner sebagai fotografer spesialis potret selebriti, mulai tokoh Jane Russel hingga artis Marilyn Monroe.

 

Saat menekuni  fotografi hiburan, tak pernah ada dalam niatan Johnny untuk meliput perang. Tapi, saat  pecah perang dunia kedua, hatinya tergerak untuk mengabarkan peristiwa tersebut. Jhon bergabung dengan majalah Life untuk meliput perang di Laut Pasifik pada 1945.

 

John "Johnny" Florea. Foto Majalah Life

 

Berdasarkan pengalamannya inilah membuat Perdana Menteri Sjahrir terkesan dan memperbolehkan Jhon meliput pemerintahan baru RI.  Dalam rombongan itu tutut serta Johnny, juga wakil kantor berita Aneta Hans Martinot serta aktifis kemerdekaan Ktut Tantri. Ikut serta jurnalis Indonesia seperti BM Diah, Mendur bersaudara, dan Rosihan Anwar yang mengabadikan momen-momen bersejarah untuk medianya masing-masing.

 

Kegiatan Johnny Florea dan para wartawan selama mendampingi rombongan mengabarkan bahwa Indonesia sudah merdeka, juga memantik semangat api revolusi yang dikobarkan oleh proklamator kepada penduduk di pelosok. Adapun, perjalanan itu dilakukan dengan menumpang Kereta Api Luar Biasa Kepresidenan Republik Indonesia yang dimulai pada 16 Desember 1945.

 

Dalam perjalanan ini Johnny berhasil memotret momen saat Bung Karno mengunjungi Ibunda di Jalan Sultan Agung Blitar. Dia juga mengabadikan rapat-rapat raksasa di alun-alun yang disinggahi. Tak hanya itu, salah satu karyanya yang ikonik saat mengabadikan momen sosok tiga serangkai yang sedang berdiskusi di rumah Sukarno. Safari Sukarno ini berakhir di Selekta, sebuah tempat peristirahatan di Malang.

 

Tiga serangkai yang sedang berdiskusi di rumah Sukarno. Foto dok net

 

Hasil reportase Johnny kemudian dimuat di majalah Life edisi 28 Januari 1946 dengan judul Revolt in Java. Artikel tersebut secara subyektif cenderung bersimpati kepada perjuangan Republik Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan.

 

Sementara itu bagi Sukarno perjalanan keliling pulau jawa ini sangat bermuatan politis. Pertama untuk membuktikan insinuasi Tan Malaka yang menyatakan bahwa Sukarno Hatta dalam bahaya dan ancaman penangkapan. Selaian itu untuk cek sound keberadaan negara yang baru dibentuk dihadapan rakyat dengan memanfaatkan popularitas Sukarno Hatta.

 

Sukarno sangat berkesan hasil perjalanan yang diliput wartawan tersebut. Terutama kepada Hans Martinot yang dalam perjalanannya berhasil membina hubungan persahabatan sangat dekat dengan.  Dari perjalanan safari inilah para wartawan berhasil menciptakan imaji bersejarah bagi keberadaan dan identitas Republik Indonesia ke mata dunia. Sukarno juga berhasil meyakinkan bahwa kekuasaannya sebagai kepala negara masih utuh, dan Republik Indonesia dapat mengendalikan situasi dalam negeri secara baik. (pul)

 

Artikel lainnya

Reruntuhan St Paul's College Makau Sangat Memukau

Pulung Ciptoaji

Dec 27, 2022

Surabaya Sambut Kapal Pesiar MS Viking Mars

Author Abad

Dec 20, 2022

Jugun Ianfu Dipaksa Melayani Seks 10 Orang Sehari

Malika D. Ana

Nov 12, 2022

Peringatan Hari Pahlawan Tonggak Inspirasi Pembangunan Masa Depan

Malika D. Ana

Nov 12, 2022

Banjir di Gorontalo Cukup Diserahkan ke BOW

Author Abad

Oct 30, 2022

Dari Kolaborasi ke Nominasi

Author Abad

Oct 26, 2022