Penulis : Pulung Ciptoaji
abad.id-Jika mengenal benteng Marlborough di Bengkulu tentu selalu ingat pula tentang tempat penahanan tokoh panglima perang tanah Jawa Sentot Ali Basyah. Di dalam benteng buatan Inggris kokoh tanpa beton bertulang dan dinding yang dingin itu dibuat tahun 1713. Terdapat sebuah ruangan sang legenda Sentot tinggal selama masa pembuangan. Benteng Marlborough merupakan benteng kedua setelah Benteng York yang dibangun Inggris selama menguasai Bengkulu. Inggris masuk ke Indonesia karena tertarik dengan rempah-rempah, dan hanya menguasai sebagian Sumatra tahun 1685.
Sebenarnya sangat lama Inggris menguasai Bengkulu dan sempat terjadi perselisihan dengan penduduk setempat. Huru-hara itu berupa aksi protes penduduk Bengkulu karena monopoli hasil bumi. Sebagian benteng dirusak dan dibakar. Aksi anarkis ini membuat banyak warga inggris kabur meninggalkan Bengkulu menuju Batavia. Baru lima tahun kemudan pada 1724, Inggris masuk kembali ke tanah Bengkulu. Semua perjanjian dengan raja-raja di Bengkulu diperbaiki dan sama-sama menguntungkan. Hingga akhirnya Inggris meninggalkan Bengkulu tahun 1825 melaui perjanjian dengan Belanda. Yaitu Bengkulu ditukar dengan kerajaan Tamasek ( Singapura) yang sebelumnya dikuasai Belanda.
Sementara itu di tanah jawa, di periode tahun 1825-1830 itu terjadi letusan perang yang dasyat. Perang Diponegoro ini merupakan salah satu babak terbesar yang dihadapi Belanda. Pada saat itu, Pangeran Diponegoro melakukan perlawanan secara gerilya. Begitu pula dengan para pengikutnya yang melakukan hal serupa di daerah-daerah perlawanan yang berbeda.
Dari banyak tokoh pengikut Pangeran Diponegoro itu ada nama Sentot Ali Basyah. Sentot Alibasyah Abdulmustopo Prawirodirdjo dilahirkan pada tahun 1809 putra dari Raden Ronggo Prawirodirdjo, Bupati Montjonegoro Timur dengan salah seorang selir. Ibu dari Raden Ronggo puteri dari Hamengku Buwono I. Jadi hubungannya sama dengan Pangeran Diponegoro, yaitu buyut dari Hamengku Buwono I. Setelah Raden Ronggo Prawirodirdjo yang sangat keras terhadap Belanda itu wafat, Sentot muda diboyong ke kraton Yogjakarta. Pertama kali bergabung dengan pasukan Diponegoro di Gua Selarong pada Agustus 1825 di usia 17 tahun.
Awalnya Pangeran Diponegoro hendak mendidik Sentot menjadi seorang santri. Namun Sentot rupanya tidak minat dan lebih memilih ikut bergerilya. Atas kemampuan dan kepemimpinan Sentot ini, Diponegoro mempercayakan jabatan sebagai Panglima perang. Setelah tiga tahun mengikuti bergerilya pada tahun 1828. Sentot dipilih setelah Gusti Basyah, salah seorang panglima Diponegoro gugur di medan perang.
Tak lama setelah diangkat jadi panglima perang, Sentot Ali Basyah langsung menunjukkan kemampuannya. Pada 5 September 1828, dia dikirim ke Progo Timur dan berhasil memukul mundur tentara Belanda di bawah pimpinan Sollewijn. Beberapa minggu kemudian, dia juga berhasil mengatasi perlawanan Belanda di wilayah Banyumas dan Bagelen. Saat peperangan Sentot sering menggunakan penggerebekan sebagai taktik perang. Sentot menunjukan ketangkasan berperang bersama pasukan penggempur yang dinamakan Bulkijo.
Berkhianat Atau Strategi Perang
Kepandaian Sentot dalam urusan menyusun taktik perang gerilya membuat tak hanya dihormati oleh pasukannya, namun juga oleh lawan. Namun tekanan pasukan Belanda yang mempunyai senjata dan jumlah logistik yang lebih besar, menyebabkan pasukan Diponegoro tepojok. Pangeran Diponegoro dan Sentot terpaksa berjuang secara terpisah. Ketika keadaan pertahanan dan logistik sudah hampir habis, Sentot memutuskan meninggalkan perlawannanya dan masuk kota. Sentot memiluh menyerah sebelum perang Diponegoro berakhir pada 16 Oktober 1829.
Ada beberapa sumber yang menyatakan alasan kenapa Sentot menyerah. Pertama menyebut kalau ia mengambil keuntungan pribadi, ada pula yang menyebut kalau dia sudah tak sanggup melihat kondisi pasukan menderita dan perekonomian rakyat yang miskin akibat perang. Namun ada juga yang menyebut aksi Sentot itu bagian dari taktik perang tanpa akhir.
Sentot ditangkap dan diadili di Batavia. Ia kemudian dibebaskan kembali karena bersedia diajak kerjasama dengan Belanda. Jaminannya mendapat fasilitas dan gaji sebagai tentara dengan pangkat Letnan Kolonel. Sentot juga berhak memilih pasukan dan mengurus logistik perang untuk kepentingan Belanda. Tugas yang diberikan Belanda pertama kali yaitu menumpas pemberontakan Cina di Karawang. setelah tumpas dan sukses, Sentot mendapat tugas pindah menumpas pemberontakan di Salatiga. hasil gemilang ini membuat Sentot kembali dipanggil ke Batavia untuk mendapat penghargaan. Sentot juga harus mendapaat tugas lebih berat, sebagai komandan Belanda menumpas perang Padri di Sumatera Barat.
Sentot menerima tugas itu. pasukan Sentot berangkat menggunakan kapal dan mendarat di Teluk Bayur. Setelah itu pasukan menempuh jalur darat menuju kantong-kantong pasukan padri. Namun sesampai di tujuan, niat Sentot berubah. Sentot sadar bahwa membunuh sesama pemeluk agama Islam sangat tidak diajarkan. Apalagi semangat pasukan Padri ini sama dengan pasukan Diponegoro yang pernah dia pimpin dulu. Yaitu mengusir Belanda dan menuntut keadilan warga jajahan.
Di Sumatera ini diam-diam Sentot justru sering meninggalkan pasukan. Sentot malah melakukan siasat kerja sama dengan Imam Bonjol dan pasukannya, Dengan cara mensuplay kebutuhan logistik serta mengajak pasukan yang dibawa dari Jawa untuk berkhianat bersama. Rupanya akal bulus Sentot ini diketahui Belanda melalui anak buah Sentot yang tidak ikut berkhianat. Bahkan Belanda mengetahui perjanjian Sentot dengan para Imam yang isinya akan membantu mengusir penjajah dari tanah melayu. Tentu kabar ini membuat Belanda sangat marah, Lalu memanggil Sentot ke Batavia. Kembali Sentot disidang lagi dengan dakwaan penghianat. Hasilnya Sentot divonis harus menjalani pembuangan di Bengkulu.
Kondisi makam Sentot pada tahun 1980an yang bercampur dengan makam warga. Foto ist
Namun Belanda masih menghargai jasa-jasa Sentot selama pernah membantu beberapa penumpasan pemberontak. Sebelum menjalani masa hukuman di pembuangan Bengkulu, pemerintah Belanda masih memberi kesempatan Sentot untuk menunaikan ibadah haji ke Mekkah tahun 1833. Setelah pulang haji, Sentot langsung menuju Benteng Marlborough dan menempati salah satu ruang dingin di dalamnya. Selama di Bengkulu ini, Sentot masih mengajarkan ilmu-ilmu dan kaidah-kaidah agama Islam kepada masyarakat. Sentot meninggal dunia pada 17 April 1955 dan dimakamkan di TPU. (pul)