images/images-1742742420.jpg
Indonesiana
Tokoh

Gaya Kepemimpinan Prabowo Meniru Soeharto?

Malika D. Ana

Mar 23, 2025

102 views

24 Comments

Save

Gaya Kepemimpinan Prabowo Meniru Soeharto?
 
 
Langkah-langkah politik yang diambil Prabowo sepertinya mengindikasikan bahwa dia ingin meniru gaya kepemimpinan Soeharto, terutama dalam hal pendekatan otoriter, konsolidasi kekuatan, dan fokus pada stabilitas. Namun, seperti yang dilihat, ada perbedaan besar dalam karakter dan pendekatan antara keduanya, termasuk soal emosi dan cara pengambilan keputusan.
 
Langkah Politik Prabowo yang mirip dengan Soeharto antara lain soal:
~ Konsolidasi Dukungan Militer dan Elit. Prabowo punya latar belakang militer yang kuat, dan sepanjang karier politiknya, dia cenderung membangun jaringan dengan mantan jenderal, elit politik, dan tokoh-tokoh berpengaruh, mirip seperti Soeharto yang mengandalkan ABRI dan Golkar sebagai mesin politik.
~ Prabowo juga menarasikan Stabilitas dan Ketegasan. Dalam kampanye atau pidato-pidatonya, Prabowo sering menonjolkan pentingnya kepemimpinan yang tegas, ekonomi yang kuat, dan nasionalisme...ini ciri khas Orde Baru.
~ Pendekatan Koalisi Besar. Setelah menang Pilpres 2024, Prabowo langsung merangkul banyak partai politik, bahkan yang sebelumnya berseberangan, untuk membentuk koalisi besar, KIM plus. Ini mirip strategi Soeharto yang memastikan kontrol melalui Golkar dan menjaga oposisi tetap kecil. Oposisi kini adalah PDIP sudah dipastikan sendirian.
~ Perbedaan Karakter dan Gaya:
Emosional vs Terukur. Soeharto dikenal sebagai sosok yang sangat tenang, penuh perhitungan, dan jarang menunjukkan emosi di depan publik. Dia lebih suka bekerja dibalik layar dengan strategi jangka panjang. Sebaliknya, Prabowo memang kerap terlihat lebih impulsif, blak-blakan, dan kadang emosional, seperti dalam beberapa pidato atau debat politik. Ini bisa jadi kelemahan kalau situasi politik memerlukan kesabaran dan strategi yang lebih halus.
 
Membandingkan keduanya itu antara dua kata sifat, yakni Grusa-Grusu vs Sabar. Soeharto terkenal dengan pendekatan “slow but sure”. Dia membangun kekuasaan selama puluhan tahun dengan langkah-langkah kecil tapi pasti. Prabowo, disisi lain, sering terlihat terburu-buru dalam mengambil keputusan atau menyampaikan visi, yang bisa membuat kesan kurang matang atau tergesa-gesa.
 
Jika dilihat dari konteks jaman, Soeharto berkuasa di era yang berbeda, ketika kontrol media dan oposisi lebih mudah dilakukan. Sekarang, ditengah media sosial dan masyarakat yang jauh lebih vokal, pendekatan otoriter murni sulit diterapkan tanpa resistensi besar. Prabowo harus lebih fleksibel, tapi sifatnya yang emosional kadang membuat orang ragu apakah dia bisa menyesuaikan diri dengan dinamika ini.
 
Tantangan Prabowo jika meniru Soeharto adalah kredibilitas dan trust. Soeharto naik ke kekuasaan ditengah krisis besar (Gestapu 1965), yang memberinya legitimasi untuk mengambil alih dengan narasi “penyelamat”. Prabowo, meski punya narasi “Indonesia harus kuat”, tidak punya konteks krisis sebesar itu, jadi pendekatan serupa mungkin tidak akan sepenuhnya diterima publik.
 
Kalau Prabowo mau meniru Soeharto, dia perlu membangun identitas dan gaya kepemimpinan yang mandiri, tanpa terikat atau terlihat sebagai kelanjutan dari Jokowi. Soeharto dikenal sebagai figur yang kuat, otoriter, dan punya kendali penuh atas sistem politik pada masanya. Dia membangun rezimnya dengan cara yang sangat personal, bukan sebagai bayangan orang lain.
 
Prabowo, di sisi lain, saat ini masih sering diasosiasikan dengan Jokowi, baik karena dukungan politik maupun peran Gibran sebagai cawapres. Kalau dia mau mengikuti jejak Soeharto, dia harus bisa keluar dari narasi itu dan menciptakan "brand" kepemimpinan yang berdiri sendiri, entah itu lewat kebijakan yang mencolok, konsolidasi kekuatan, atau cara dia memposisikan diri di mata publik.
 
Kalau Prabowo ingin meniru Soeharto, dia perlu lebih banyak kontrol emosi dirinya. Soeharto setenang gunung, jarang terpancing atau terlihat panik, sedangkan Prabowo sering terlihat reaktif, seperti riak ombak di pantai, misalnya dalam menanggapi kritik atau saat debat, ya meski kini dia respon dengan joget-joget seolah ngécé, ini terlihat lebih buruk sih...
 
Karena kini era demokrasi, sistem politik sekarang jauh lebih terbuka dibandingkan ketika Orde Baru. Oposisi, media, dan masyarakat sipil punya suara yang lebih keras. Pendekatan otoriter ala Soeharto bisa memicu konflik besar jika diterapkan secara frontal oleh Prabowo.
 
Prabowo mungkin memang terinspirasi oleh gaya kepemimpinan Soeharto dalam beberapa aspek, tapi karakternya yang lebih emosional dan cenderung grusa-grusu bisa jadi penghalang kalau dia ingin menjalankan gaya kepemimpinan yang sama persis. Di sisi lain, itu juga bisa jadi kelebihan kalau dia mampu mengarahkan energi tersebut untuk membangun koneksi emosional dengan rakyat, sesuatu yang mungkin Soeharto kurang punya. Tapi tantangan utamanya tetap, jaman sudah berubah, dan pendekatan lama belum tentu relevan lagi. Meniru Soeharto pun gak bisa 100% sama, harus ada penyesuaian sama dinamika demokrasi dan media sosial yang lebih terbuka.(Mda)
 
 
Kopi_kir sendirilah!
*Malawu_OmahKopi, 12/03/2025

Artikel lainnya

Perubahan Diksi dan Proses Pembodohan

Malika D. Ana

Mar 19, 2025

Ironi Wacana Perpu Perampasan Aset

Malika D. Ana

Mar 27, 2025

Sikap Kritis PDIP Terhadap Danantara

Malika D. Ana

Mar 23, 2025

Pertamina sebagai "Mesin Uang" Politik

Malika D. Ana

Mar 19, 2025

Prabowo dan Perpu Perampasan Aset

Malika D. Ana

Mar 27, 2025

Dari Hero ke Blunder

Malika D. Ana

Mar 23, 2025