images/images-1675499522.png
Tokoh

Van Mook Rival Sukarno Calon Penguasa Indonesia

Pulung Ciptoaji

Feb 04, 2023

824 views

24 Comments

Save

abad.id- Di Brisbane Australia, Hubertus Johannes van Mook telah menerima kabar tentang peristiwa besar saat transisi kekosongan pemerintahan di Indonesia. Van Mook mendapat secarik pidato yang disampaikan Sukarno dari sebuah radio pada 23 Agustus 1945. Rupanya bagi van Mook pidato tersebut tidak menjadi sangat penting, sebab tekadnya saat itu hanya ingin segera tiba di Hindia Belanda. Bahkan dalam catatan pinggir van Mook menulis kalimat “Jerita-jeritan putus asa terakhir Sukarno yang sadar bahwa ia kalah”. Tulisan itu disampaikan ke Logemann, Menteri Daerah-Daerah Seberang Lautan di tubuh kabinet Schermerhorn-Dress. Dalam catatan itu, van Mook yakin akan berhasil menyeret Sukarno Hatta ke pengadilan karena dianggap pemberontak. “Dengan sombong van Mook mengatakan dalam menindak mereka, kita tidak perlu menghiraukan pemerintah Republik Indonesia mereka”

 

Sementara itu di pelabuhan Sydney terjadi aksi mogok massal yang dilakukan para buruh pelabuhan. Aksi solidaritas para buruh yang dipelopori aktifis pergerakan nasionalis yang berada di Australia. Mereka menolak memuat barang ke kapal tujuan  Indonesia yang hendak berangkat. Mereka juga memprotes cara Australia melakukan pelatihan ke batalyon tempur Belanda di Australia. Aksi buruh ini benar-benar membuat frustasi van Mook, sehingga tekadnya ingin segera pulang ke tanah kelahirannya. Dampaknya aksi buruh tersebut membuat peran Belanda menjadi semakin kecil di atas panggung perang Asia. Rencana kepulauan Hindia Belanda akan direbut dan diduduki tentara Amerika Serikat pimpinan jendral MacArthur, kecuali Sumatra yang sudah dikuasahi Inggris.

 

Baru tanggal 8 September 1945 sebuah pasukan pemantau Inggris bisa diturunkan di Lapangan kemayoran Batavia. Regu pemantau menyimpulkan perasaan anti Belanda sangat kuat. Gedung dan trem penuh slogan menolak kehadiran Belanda dan tulisan kemerdekaan. Setelah pelayaran tanjung priok dibersihkan dari ranjau, pada tanggal 14 September 1945 masuklah kapal perang Cumberland dari Ingris. Kemudian disusul kapal pemburu Belanda Tromp yang mengangkut para perwira Belanda. Turut dalam kapal ini tangan kanan Van Mook yang bernama Van der Plas dan kepala tentara NICA kapten Abdoelkadir.

 

Kehadiran Van Mook seperti karpet merah yang sangat ditunggu untuk menyelesaikan sengketa dengan negara baru Indonesia. Pemerintah Kerajaan Belanda di Eropa sangat mempercayakan cara van Mook. Sebab sejalan dengan sikap tegas menolak pengakuan kedaulatan republik Indonesia dalam bentuk apapaun. Bahkan melarang melakukan perundingan dengan Sukarno yang dianggap penjahat.

 

Namun apa yang terjadi setiba di Indonesia, kehadiran Van Mook penuh cemooh. Meskipun lahir di Jawa dan mencintai Nusantara, kembalinya van Mook dari pengasingan pada 1 Oktober 1945, tidak disambut dengan baik. Sebab Ia datang membawa pasukan Belanda dan sekutu yang membuat masyarakat semakin geram. Masyarakat saat itu masih dalam suasana kemerdekaan, sehingga tak menginginkan kehadiran van Mook kembali.

 

Aktivitas Diplomasi Indonesia di Dunia Internasional untuk Mempert ahankan Kemerdekaan Indonesia. Soekarno bertemu Van Mook di Gambir (23-10-1945). Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka

 

Namun sikap keras van Mook terhadap Sukarno tercium Panglima AFNEI Allied Forces Netherlands East Indies, Sir Philip Christison. Maka dibuatlah pertemuan tanggal 23 Oktober 1945 di Gambir Selatan. Selain Van Mook, dari pihak Belanda hadir pula Van der Plas. Adapun Soekarno didampingi oleh Mohammad Hatta, Ahmad Subarjo, dan Haji Agus Salim. Soekarno menyatakan, pada dasarnya Indonesia bersedia berunding atas dasar pengakuan hak rakyat Indonesia untuk menentukan nasibnya sendiri.

 

Di pihak lain Van Mook menyatakan bahwa Belanda ingin membentuk pemerintahan di Indonesia seperti yang dikemukakan Ratu Belanda Wilhelmina dalam pidatonya tanggal 7 Desember 1942. Dalam pidatonya tersebut, Belanda ingin Indonesia menjadi negara persemakmuran berbentuk federal yang memiliki pemerintahan sendiri di lingkungan Kerajaan Belanda.

 

Van Mook menawarkan Republik Federal Republik Indonesia Serikat, dengan menjalin hubungan politik dan ekonomi yang kuat dengan Belanda.  Alasan Van Mook, masyarakat nusantara tak cukup kuat secara politik dan ekonomi. Apalagi lawan globalisasi nanti kekuatan orang Tiongkok Indonesia, India Indonesia, dan Partai Komunis Indonesia yang sedang bangkit. Sebelum membentuk pemerintah federal ini, perlu dibentuk pemerintahan peralihan selama 10 tahun.

 

Namun usulan van Mook ini dibantah Agus Salim. Ia mengatakan bahwa pidato Ratu Wilhelmina itu sudah ketinggalan zaman, karena Indonesia sekarang sudah merdeka dan tidak mau dijajah kembali. Maka pertemuan di Gambir tanggal 23 Oktober 1945 malam itu berakhir tanpa titik temu, dan hanya awal merintis jalan perundingan-perundingan selanjutnya.

 

Hubertus Johannes Van Mook Pria Kelahiran Semarang

 

Bagi Hubertus Johannes (Huib) van Mook yang lahir 30 Mei 1894 ini, Hindia Belanda dianggap tanah kelahirannya juga. Hubertus van Mook lahir di Semarang,  ayahnya bernama Matheus Adrianus Antonius van Mook, yang meninggalkan Belanda setelah menikahi Cornelia Rensina Bouwman pada tahun 1893. Di Hindia Belanda, Matheus Adrianus menjadi inspektur penilik sekolah rakayat di Surabaya. Van Mook juga pernah sekolah di HBS Surabaya, satu almamater dengan Sukarno. Bedanya setelah menyelesaikan pendidikan HBS, van Mook pindah ke Belanda untuk melanjutkan pendidikan tinggi teknik di Delft.

 

Pada tahun 1914 sempat masuk dinas ketentaraan sukarela dan melanjutkan studi tentang Indonesia di Universitas Leiden dan lulus tahun 1918. Setelah itu, ia kembali ke tempat kelahirannya dan bekerja menjadi inspektur mengurusi distribusi pangan di Semarang. Tahun 1921 menjadi penasihat urusan pertanahan di Yogyakarta. Tahun 1927 menjadi asisten residen urusan kepolisian di Batavia. Pada tahun 1930-an dia menjadi ketua departemen urusan ekonomi. Puncak prestasi van Mook pada 20 November 1941, diangkat menjadi Menteri Urusan Tanah Jajahan

 

Saat awal 1942 menjelang masuknya Jepang ke Indonesia, van Mook menjadi Wakil Gubernur-Jenderal. Van Mook sedang berusaha mendapatkan dukungan militer dari Amerika Serikat untuk pengadaan persenjataan melawan Jepang. Namun bantuan yang dinanti terlambat datang, sehingga harus dibayar mahal Belanda menyerah dengan mudah ke tangan Jepang.

 

Selama Jepang mengambil alih pemerintahan, van Mook mengungsi ke Australia. Pada masa akhir Perang Pasifik, van Mook tetap menyandang pangkat Wakil Gubernur Jenderal meskipun secara de facto bertindak selaku Gubernur Jenderal. Karena Tjarda van Starkenborgh Stachouwer sedang ditawan Jepang. Van Mook menjabat Wakil Gubernur Jenderal hingga 1 November 1948.

 

Selepas strategi garis demarkasi selama agresi militer Belanda, van Mook memilih mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Wail Gubernur Jenderal Hindia-Belanda. Pihak Belanda mencurigai dan menganggap Van Mook berkhianat. Sebab sikap Van Mook dianggap ingin menguasai Republik Federal Indonesia melalui pemerintahan yang dikendalikan di Batavia. Pemerintahan van Mook ini  nantinya tanpa bayang-bayang dari Pemerintah kerajaan Belanda di Eropa.

 

Pihak Belanda mencurigai dan menganggap Van Mook berkhianat. Foto dok net

 

Ada pula sumber lain yang menyebut bahwa van Mook mengundurkan diri karena menyadari kesalahannya. Sebagai orang yang paham dengan budaya tanah airnya, van Mook  melihat strategi membuat negara boneka hanya sia-sia dan mengeluarkan biaya besar. Ternyata bangsa Indonesia lebih memilih kembali bersatu meski dipecah belah melalui garis demarkasi.

 

Van Mook memutuskan untuk menjadi dosen di Cornell University, Amerika Serikat, pada tahun 1951. Kemudian pada tahun 1951 bekerja di Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai pakar pengembangan kawasan. Ia juga dikenal sebagai peneliti yang banyak menulis karya, seperti kisah tentang Pulau Jawa, Kota Gede Yogyakarta. Serta sejumlah karya lain yang mengangkat cerita lokal di masyarakat. Ia memiliki minat dalam menulis tentang Nusantara, sebab merasa Indonesia sebagai tanah airnya. Sejak 1960 van Mook memilih menetap di L'Isle-sur-la-Sorgue, Prancis sampai minggal dunia pada 10 Mei 1965. (pul)

 

Penulis : Pulung Ciptoaji

 

 

 

 

 

Artikel lainnya

Kembali ke Jati Diri Adalah Kembali ke Kebun, Sawah dan Segenap Pertanian Rakyat

Malika D. Ana

Apr 03, 2023

hari selasa pagi

Reta author

Feb 21, 2023

Subtrack, Belajar Sejarah Dengan Mudah

Pulung Ciptoaji

Jan 23, 2023

Menjelajah Tempat Industri Gerabah Era Majapahit

Pulung Ciptoaji

Dec 21, 2022

Benteng Budaya dan Derasnya Gelombang Modernisasi

Author Abad

Oct 03, 2022

Epigrafer Abimardha: "Jika Hujunggaluh ada di Surabaya, itu perlu dipertanyakan"

Malika D. Ana

Feb 11, 2023