images/images-1685089318.jpg
Sejarah
Indonesiana

Sejarah Pemilu Paling Rumit, Pesertanya 48 Partai

Pulung Ciptoaji

May 26, 2023

519 views

24 Comments

Save

Presiden RI ke-3 BJ Habibie dan istri ikut menggunakan hak suara di Pemilu 1999. (FOTO: Setkab RI)

 

abad.id- Pasca reformasi 1998, pemerintah BJ Habibie memenuhi janjinya menyelenggarakan Pemilu. Pelaksanaan Pemilu di era Paling Demokrasi dan terbuka ini, digelar 7 Juni 1999 dengan jumlah peserta 48 partai politik.

 

Pemilu digelar 13 bulan di masa kekuasaan Presiden BJ Habibie. Pemilu sengaja dipercepat (sesuai jadwal, Pemilu harusnya digelar tahun 2002) karena tuntutan reformasi. Selain itu untuk memperoleh pengakuan atau kepercayaan dari publik, termasuk dunia internasional. Sebab pemerintahan dan lembaga-lembaga lain dianggap produk Pemilu 1997 yang kurarang dipercaya.

 

Pemilu 7 Juni 1999 ini menggunakan sistem perwakilan berimbang dengan stelsel daftar, menghabiskan biaya Rp 1,3 triliun, dengan jumlah peserta 48 partai untuk memperebutkan 462 kursi.

 

bendera partai pemilu

 

Berbeda dengan pemilu sebelumnya yang hanya diikuti 3 partai, pada pemilu 1999 ada 48 partai yang menjadi peserta paling banyak dalam sejarah demokrasi. Partai politik peserta antara lain,

Partai Indonesia Baru

Partai Kristen Nasional Indonesia

Partai Nasional Indonesia Supeni

Partai Aliansi Demokrat Indonesia

Partai Kebangkitan Muslim Indonesia

Partai Umat Islam

Partai Kebangkitan Umat

Partai Masyumi Baru

Partai Persatuan Pembangunan

Partai Syarikat Islam Indonesia

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan

Partai Abul Yatama

Partai Kebangsaan Merdeka

Partai Demokrasi Kasih Bangsa

Partai Amanat Nasional

Partai Rakyat Demokratik

Partai Syarikat Islam Indonesia 1905

Partai Katolik Demokrat

Partai Pilihan Rakyat

Partai Rakyat Indonesia

Partai Politik Islam Indonesia Masyumi

Partai Bulan Bintang

Partai Solidaritas Pekerja

Partai Keadilan

Partai Nahdlatul Umat

Partai Nasional Indonesia - Front Marhaenis

Partai Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia

Partai Republik

Partai Islam Demokrat

Partai Nasional Indonesia - Massa Marhaen

Partai Musyawarah Rakyat Banyak

Partai Demokrasi Indonesia

Partai Golongan Karya

Partai Persatuan

Partai Kebangkitan Bangsa

Partai Uni Demokrasi Indonesia

Partai Buruh Nasional

Partai Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong

Partai Daulat Rakyat

Partai Cinta Damai

Partai Keadilan dan Persatuan

Partai Solidaritas Pekerja Seluruh Indonesia

Partai Nasional Bangsa Indonesia

Partai Bhineka Tunggal Ika Indonesia

Partai Solidaritas Uni Nasional Indonesia

Partai Nasional Demokrat

Partai Ummat Muslimin Indonesia

Partai Pekerja Indonesia

 

KPU mengumukan, Pemilu 1999 dimenangi PDI Perjuangan dengan total suara 35.689.073 atau 33.74 persen dengan peraihan sebanyak 154 kursi, disusul Golkar di posisi kedua dengan jumlah suara 23.741.749 atau 22.44 persen dengan perolehan kursi sebanyak 120. Kemudian posisi ketiga dalam Pemilu pertama era reformasi ini diraih PPP dengan total suara 11.329.905, dengan 59 kursi. PKB berada di posisi keempat meski mendapat suara lebih banyak ketimbang PPP yakni 13.336.98 2 suara, namun jumlah kursi yang didapat lebih banyak PPP, yaitu sebanyak 51 kursi. Posisi kelima dimenangkan oleh PAN dengan jumlah suara 7.528.956 dan 35 kursi.

 

Total dari 48 partai peserta pemilu 1999, hanya 21 partai yang mendapatkan kursi di DPR dan PDI-P keluar sebagai pemenang mayoritas suara, disusul Partai Golkar, PPP, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Amanat Nasional di posisi lima besar. Kemudian dari hasil Sidang Umum MPR, Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden yang terpilih.

 

Sementara itu dalam buku Indonesia Beyond Soeharto Tulisan Donald K Emmerson menyebutkan, pemilu tersebut paling bebas dalam masa 44 tahun. Donald K Emmerson yang ikut dalam kegiatan pemantauan Pemilu tersebut, merasakan sendiri atmosfir pesta demokrasi. “Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), yang dipimpin putri Sukarno,Megawati ("Mega") Sukarnoputri, telah mengubah ibu kota menjadi lautan merah. Ikat kepala, kemeja,kaos, dan bendera, yang semuanya berwarna merah menyala, memuat gambar Mega, gambar almarhum ayahnya, dan lambang PDI-P-seekor banteng hitam bermata galak. Para remaja, yang wajahnya dicat merah dan hitam, berteriak dan tertawa di atas sepeda motor, mobil, bus, dan bak truk. Kelihatan di mana-mana isyarat tangan PDI-P-jari telunjuk pada ibu jari membuat lingkaran yang maksudnya didukung rakyat dengan suara bulat,” tulis Donald K Emmerson.

 

Padatnya keramaian ini menyebabkan bus yang membawa rombongan tim pemantau pemilu di Jakarta terpaksa berjalan merayap. Sopir bus dengan cepat memasang sebuah poster PDI-P dengan gambar Mega yang besar di depan kaca mobil. Seakan sudah menjadi "surat jalan" yang membantu bus menerobos ribuan pendukung yang sedang berpesta.

 

Empat hari kemudian kampanye pemilu mulai dilakukan. Sambil menempuh jalan berliku-liku antara kegembiraan dan kecemasan, negara dengan penduduk keempat terbesar di dunia ini sedang bergerak menuju reformasi. Akankah tujuan itu tercapai?

 

Setelah mengalami tiga tahun kekerasan secara sporadis, termasuk kerusuhan yang berkaitan dengan kemelut ekonomi 1997-98, Indonesia akhirnya mulai menjadi stabil. Meskipun kekerasan masih terjadi di tahun 1999, termasuk peristiwa di lokasi tertentu di mana orang Muslim membunuh orang Kristiani dan sehaliknya. Sementara itu, sejumlah partai politik yang direncanakan akan bersaing dalam pemilu Juni 1999 sedang mengasosiasikan dirinya dengan agama Islam atau kristenmenjadi peserta kontes.

 

Dihitung secara rata-rata, 9 dari 10 orang Indonesia menganggap Pemilu 7 Juni 1999 sudah lebih sempurna, cukup demokratis untuk menetapkan kehendak mayoritas, namun tidak ada kemenangan besar bagi pihak mayoritas. Hanya seperempat dari 48 partai yang ikut pemilu itu mendedikasikan diri dengan Islam. Sedangkan kebanyakan dan bagian seperempat itu menekankan nilai moral yang berlaku yang diwajibkan.

 

Dalam pemilihan untuk DPR, ternyata hanya 15 persen dari semua pemilih yang memberikan suara kepada salah satu dari 12 partai yang relatif Muslim itu. Bahkan di antara selusin organisasi pesaing itu, dua yang paling militan partai justru tidak berhasil. Jumlah total suara vang dimenangkan dua partai itu ternyata tidak melebihi setengah persen dan semua yang diberikan.

 

Sebaliknya, empat perlima dari semua pesaing dari pemilu Juni 1999 (termasuk partai-partai kecil Kristiani) mengdefinisikan diri sepenuhnya atau sekadarnya dengan Pancasila dan menuai bagian terbesar dan jumlah suara di pemilihan DPR. Hasil pemilihan legislantif (DPRD) juga menunjukkan bukan sikap keras dalam hal agama.

 

Donald K Emmerson sebagai pemantau pemilu 1999 juga mencatat bunyak hal yang harus diperaiki. Misalnya tertundanya proses  penghitunan suara, kurangnya logistik dan hilangnya suara. Bakan kurangnya pengetahuan dan panitia yang tidak menerapkan peraturan menjadi tantangan pemilu 1999.

 

“Begitu banyak pulau di Indonesia, termasuk keharusan menunggu sampai semua suara dihitung pada satu tingkat sebelum boleh dilaporkan serta pada tingkat penjumlahan yang lebih tinggi yang harus dicoblos oleh setiap pemilih. Lalu dihitung di depan umum oleh petugas pemilu. Ketiga-tiganya helai surat suara yang berheda, masing-masing bagi badan legislatif di tingkat nasional, provinsi, dan mengingat tercetaknya lambang 48 partai pada setiap surat suara. Secara teoritis pemilih dihadapkan 48x3=144 pilihan. Sungguh Pemilu paling rumit dalam sejarah,” tulis Donald K Emmerson

 

Nemun Donald K Emmerson memuji Pemilu di Indonesia seperti pemikahan. Keduanya melalui pesta upacara peresmian di pelaminan. Hasil usaha 7 Juni 1999, telah menciptakan stabilitas yang bertangung jawab. Dalam rangka menyelenggarakan pemilu 1999, disiapkan 300.000 Tempat Pemungutan Suara(TPS) di seluruh Indenesia. Sungguh menggembirakan tingkat partisipasi di TPS TPS sangat tinggi melebihi 90 penen dari pemilih yang terdaftar. Keikutsertaan yang tinggi ini disebabkan adanya suasana yang damai pada hari pemilu. (pul)

 

Artikel lainnya

Pelestraian Cagar Budaya Tematik di Surabaya

Author Abad

Oct 19, 2022

Subtrack, Belajar Sejarah Dengan Mudah

Pulung Ciptoaji

Jan 23, 2023

H. P. Berlage dan Von Hemert. Siapa Von Hemert?

Author Abad

Dec 20, 2022

Pembangunan Balai Kota Surabaya Penuh Liku

Pulung Ciptoaji

Dec 18, 2022

Menjaga Warisan Kemaharajaan Majapahit

Malika D. Ana

Nov 15, 2022

Peringatan Hari Pahlawan Tonggak Inspirasi Pembangunan Masa Depan

Malika D. Ana

Nov 12, 2022