images/images-1667741770.jpg
Indonesiana

Antara Kebo dan Kebohongan

Author Abad

Nov 07, 2022

383 views

24 Comments

Save

 
Abad.id - Belakangan ini lahan persawahan sudah banyak beralih fungsi dan tak banyak lagi binatang yang namanya kebo seperti dulu; tetapi jangan khawatir, masih banyak kebo-kebo yang lain sebagai pengganti. 
 
Bukan salah kebo juga sehingga namanya dikait-kaitkan dengan jenis kebo yang lain.
 
Ada KEBOhongan, ada KEBObrokan, KEBOdohan, KEBOcoran, KEBObolan, KEBO NYUSU GUDEL dan lain sebagainya. KEBOHONGAN itu perlu publikasi media, perlu viral dan cetar di media sosial dan TV-TV. Sementara KEJUJURAN itu cenderung sebaliknya, bahkan ia terkesan pasif, sunyi dan tak begitu menarik untuk diamati dan dibuktikan. Tempatnya nylempit tersembunyi di celah-celah nurani masing-masing orang.
 
Ada pemeo, kerbau atau kebo itu dipegang tali hidungnya, manusia dipegang janji dan ucapannya. "Ajining diri gumantung ana ing lathi." Harga diri itu bergantung pada mulut, apa yang diucapkannya. Jika berkata-kata tidak berdusta, jika berjanji ditepati, dan jika diberi amanah, bisa dipercaya. Itu yang seharusnya berlaku bagi setiap pribadi yang disebut pemimpin. Tapi entah mengapa tiga hal berkaitan mulut dan amanah ini kini sulit sekali didapati pada pribadi para pemimpin di negeri ini.
 
Jika mengupas soal dusta dan kebohongan, ada pergolakan, pergumulan antara pertimbangan moral dan alasan survival sebelum kebohongan dibuat oleh setiap orang yang (berkomitmen) melakukannya. Moralitas agama apapun, jelas-jelas mengajarkan untuk berlaku atau menjalani hidup dan bertahan hidup dengan cara JUJUR dan BENER. Tapi ya balik lagi...karena satu dan lain hal, cara itu semakin langka adanya. Angel ngaku gampang nambuh...susah berkata jujur lalu cuek alias gambuh; gampang nambuh.
 
Secara teoritis, alam pemikiran bangsa ini berdasarkan :
- by the GRACE OF GOD (Ketuhanan)
- by the WILL OF THE PEOPLE (Kerakyatan). Tetapi kemudian dalam prakteknya ya selalu melenceng dari dasar-dasar pakem diatas, dan selalu saja mempunyai pola seperti berikut:
- by the GRACE OF RULERS (Para Penguasa)
- by the WILL OF THE SMALL GROUPS (Kongsi-Kongsi Dagang)
 
Dan pada perkembangannya kemudian, seakan-akan menjadi suatu peraturan tak tertulis serta bagian dari strategi dan teknik Survival Handbook bahwa: "SETIAP ORANG BOLEH BERBOHONG. ASALKAN TIDAK SALAH. ASALKAN MENGUNTUNGKAN. ASALKAN TUJUAN TERCAPAI." Toh ini semua dilakukan demi KELANGSUNGAN HIDUP. Maka lalu lahirlah semboyan sebab-akibat (implikasi): JUJUR bakalan AJUR!
 
Yang melakukan KORUPSI, pastilah melakukan KEBOHONGAN. Karena ibarat orang buang air besar pastilah didahului dengan buang air kecil kan? Silakan diuji coba kebenarannya, misal boker tanpa pipis dulu, bisa ngga?!
 
Yang menjadi masalah; mosok ya anak-anak kita ajarin berbohong? Nanti jika ada pertanyaan; "Apa akibat jika orang sering berbohong?" Mereka serentak menjawab; "BISA JADI PRESIDEN!" Po ra modar jal?!
 
Soal-soal beginian mungkin tidak pernah terpikirkan oleh bapak-bapak yang duduk di kursi empuk kekuasaan. Bohong seolah sudah menjadi tabiat, watak, yang susah diperbaiki. Hingga hal ini jugalah yang melatari seorang propangandis Nazi Jerman, Joseph Gobels merumuskan teori How to Turn Lies into Truth; "Sebarkan kebohongan berulang-ulang kepada publik maka kebohongan itu akan menjadi sebuah kebenaran." "If you keep telling lies eventually they believe it." Begitu katanya...Propaganda is a deadly political weapon. Propaganda adalah senjata politis yang mematikan. Prinsipnya, 1000 (seribu) kebohongan yang diucapkan berulang-ulang adalah suatu kebenaran.
 
Alhasil...pencitraan, hoax dan janji palsu menjadi komoditas dusta dan angin sorga yang laku dijual, menghipnotis banyak orang sehingga beramai-ramai mengamini kebohongan. Rakyat dibikin tidak fokus, agar pengawasan terhadap kinerja pemerintah terabaikan. Logika atau akal sehat dibolak-balik, yang akhirnya menjadi semacam kebodohan. Seperti kata Baudillard dalam tesisnya, konon kita telah memasuki tahap realitas semu (hyper-reality) di era simulakra, dimana antara citra dan realita telah melebur sehingga publik tidak mampu membedakan mana isu fiktif mana yang realita, yang kemudian berkembang menjadi semacam kebobrokan.
 
Maka INVASI EKONOMI korporasi asing pun dikatakan sebagai (iklim) investasi sebagai penggerak roda pembangunan. Demikian juga hutang luar negeri. Dianggap sebagai bahan bakar pertumbuhan ekonomi, konon. Meski saya terus terang gagal paham soal ini. Ekonomi bertumbuh, tapi daya beli masyarakat ndlosor. Kondisi faktualnya, pertumbuhan rata-rata selama presiden Jkw memimpin adalah 5%. Sementara persentase penduduk miskin perdesaan pada Maret 2021 sebesar 13,10 persen, turun menjadi 12,53 persen pada September 2021. Dibanding Maret 2021, jumlah penduduk miskin September 2021 perkotaan turun sebanyak 0,32 juta orang (dari 12,18 juta orang pada Maret 2021 menjadi 11,86 juta orang pada September 2021) menurut data BPS. Jadi turun itu indikatornya apa juga tidak jelas. Karena terbukti data stunting juga tinggi. Berdasarkan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan, prevalensi stunting Balita Indonesia mencapai 24,4% pada 2021. Artinya, hampir 1 dari 4 Balita mengalami stunting. Masih berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), angka pengangguran Indonesia per Agustus 2022 mencapai 8,42 juta. Jumlah tersebut meningkat sekitar 20.000 jika dibandingkan per Februari 2022 yang tercatat 8,40 juta. Jadi, saat dibilang ekonomi betumbuh, justru terjadi tsunami PHK dimana-mana, angka balita stunting tinggi, dan kemiskinan tinggi? Yang salah datanya atau realitasnya, kurang paham juga.
 
Dari kondisi perekonomian ini, pemerintah menyusun APBN 2018. Anda lihat pemerintah memang sudah menganggarkan untuk berhutang 325.9 T. Ya ngga apa-apa juga sih ngutang. Asal bisa dimanfaatkan dengan baik. Bukannya bocor disana-sini gak jelas juntrungannya, iya...kebocoran disana-sini ! Dan ternyata, APBN 2019 mengalami defisit sementara sekitar Rp353 triliun. Ini lebih besar daripada target yang hanya Rp296 triliun atau naik dari 1,84 persen terhadap PDB menjadi 2,2 persen terhadap PDB.

Atau soal surplus pendapatan yang dibilang presiden saat pidato kenegaraan, sehingga mampu memberikan subsidi BBM dan BLT yang ternyata malah menghapus subsidi. 
 
Masih banyak ragam kebohongan yang sudah dilakukan jika mau membuat daftarnya yang dibungkus aneka seni retorika akrobat kata-kata dan silat lidah. Tetapi buat saya, bentuk kebohongan terbesar yang dibangun rezim ini diantaranya adalah soal masih ada 11.000 trilyun dana di luar negeri yang hendak ditarik, mobil esemka yang laku 6000 unit, APBN surplus sehingga katanya mampu memberikan subsidi pada rakyat yang ternyata sama sekali APBN minus, lalu katanya tidak akan menambah hutang LN ternyata justru menumpuk dan tersandera hutang, tidak akan impor ternyata impor ugal-ugalan, tidak akan memberikan BLT dan seterusnya masih banyak paradoksial dihembuskan, sampai berusaha menihilkan jasa pemerintahan pendahulunya. Apa saja dituduh mangkrak. Kebohongan ini sukses dimainkan dari 2014 - 2019, 2019 - sekarang, dan akan kembali diulang agar sukses di 2024.
 
Mengakhiri catatan kecil ini, masalah negara ini barangkali akan lebih mudah diatasi jika kita semua mau jujur. Melihat dengan jernih beragam persoalan yang hulunya satu; Rezim palsu kok dipilih lagi...wakakakabooor ahh!(mda)
 
 
 
Penulis : Malika D. Ana
Foto doc. pribadi, lokasi kampung kebo Bulak Pepe Ngawi, Jatim

Artikel lainnya

Sehat Bersama Pemerintah Baru 52,2 Juta Warga Indonesia Dapat Cek Kesehatan Gratis

Mahardika Adidaya

Oct 24, 2024

Salah Langkah Kebijakan Pangkas Nilai Tambah Ekonomi Hilirisasi Nikel

Author Abad

Jul 15, 2024

Raperda Kebudayaan dan Kepahlawanan Surabaya Sedang Disusun

Author Abad

Jan 30, 2023

Panggung Sukarno di Hadapan Wartawan Asing

Pulung Ciptoaji

Jan 10, 2023

Laskar Hizbullah Sekumpulan Orang Sakti Ikut Perang

Pulung Ciptoaji

Dec 30, 2022

Pasar Bong Surabaya Menjadi Jujugan Wisata Belanja Malam Hari

Pulung Ciptoaji

Dec 29, 2022