images/images-1671518382.png
Indonesiana

Gangster Surabaya, dari Sekedar Eksis Atau Krisis Identitas

Author Abad

Dec 20, 2022

518 views

24 Comments

Save

Penulis : Pulung Ciptoaji

 

abad.id-Fenomena gangster di Surabaya beberapa hari terakhir sebanarnya bukan barang baru menjadi isu kota. Tiba tiba saja menjadi pemberitaan hangat setelah semakin marak dan mudahnya berita melalui media sosial. Aksi mereka dianggap berbahaya dan meresahkan. Mereka berkonvoi keliling kota, melakukan tawuran, aksi vandalis merusak fasilitas umum dan sebagainya.

 

Bagi Babe Kris salah satu personil Band yang akrab dengan aktifis 98 ini mengatakan, sebenarnya kenakalan remaja di Surabaya sudah ada sejak lama. Pada era 90an, ada gerombolan pemuda yang biasa nongrong di Studio eac jalan Simpang Dukuh. Juga ada gerombolan lain biasa nongkrong di THR. Mereka mengatasnamakan Goldos, Iranala, Exodus, Kreator, Alucard, Brochelet. Awalnya hanya aksi nongrong dan ngobrol tanpa tujuan. Mereka akan bergerak secara liar jika ada kegiatan massal. Misalnya saat gerak jalan napak tilas Mojokerto – Suroboyo. Pasti kelompok ini muncul dan ikut berpartisipasi. Awalnya aksi mereka saat start rapi dan membawa atribut bendera komunitas. Lalu baru di tengah jalan mulai muncul gesekan dan tawuran. " Ciri cirinya mripat abang, dari mulutnya sedikit bau-bau alkohol. Lalu yang dibawa selama gerak jalan mulai golok, roti kalung, gir, clurit," cerita babe

 

Untuk menghindari razia panitia, barang barang berbahaya itu disembunyikan di dalam tas rangsel atau dalam jaket dan sarung. Lalu jika ketemu musuh bebuyutan, mulailah aksi tawuran. Namun sangat jarang aksi itu benturan fisik. " Paling banter sawat-sawatan (lempar-lemparan batu) atau ketepel, sasarannya bisa merusak rumah warga," cerita babe.

 

Lalu gerombolan itu akan membubarkan diri setelah dilerai oleh panitia atau polisi. Saat aksi tawuran itu sangat jarang warga lokal terlibat. Sepertinya mereka sudah memaklumi aksi liar itu. padahal saat aksi tawuran selalu menghentikan lalu lintas yang sebenarnya masih sudah sepi pada era itu.

 

Bagi Babe, tawuran dan kenakalan hanya aksi khas remaja pada jamannya saja. Tawuran hanya melanjutkan tradisi dari model regenerasi permusuhan dari sebelumnya. Misalnya kelompok remaja AS punya musuh lama dengan kelompok pemuda BS. Mereka akan menggelar tawuran tanpa tujuan. Padahal dari masing-masing anggota kelompok itu sudah saling kenal, bahkan satu bangku di sekolah.

 

Kenakalan remaja khas era tahun 90a jarang menjadi aksi kriminalitas murni. Misalnya niat membunuh, perampokan, pencabulan atau transaksi narkoba jenis serbuk. Jika ada hanya ingin melampiskan kegalauan dengan miras arak oplosan yang murah atau lintingan cimeng. Aksi pesta kenakalan dipilih tempat yang sepi dan gelap. Sedangkan aksi vandalis dipengarui film barat action dengan pemeran van dame atau jacki chan. Untuk kegemaran bermusik dipengarui gaya metalica serta duran-duran.

 

"Bedo tawuran kenakalan arek jaman biyen ambek saiki, sebab arek mbiyen tawuran ya tawuran tanpa tujuan. Sedangkan jaman sekarang tawuran hanya untuk eksis lalu sengaja direkam video dan dishare ke media sosial. Tujuannya agar dibilang sangar dan anti kemapanan," jelas babe.

 

Teknologi dan informasi membuat pemberitaan aksi kenakalan remaja sangat terbatas. Pasca aksi tawuran misalnya, baru muncul di berita korban memorandum besok harinya. Para remaja sengaja menunggu berita tersebut untuk mengetahui update informasi siapa korban dan dampak aksi. Jika ada korban, sering foto tidak ditampakan dengan fulgar. Sedangkan pada era anarkis sekarang, aksi tawuran akan cepat tersebar hanya hitungan menit melalui group media sosial lengkap dengan narasi dari masing-masing pembuat conten. "Bahkan paling konyol, belum tawuran dan masih rencana aksi saja sudah tersiar kabar di medsos, sehingga polisi langsung bersiaga di lokasi yang sudah dijanjikan," jelas babe.

 

Kenakalan remaja ini juga mulai berubah seiring dengan budaya pop dan minat baca terhadap karya sastra muncul. Novel Lupus dan Balada Si Roy bisa merubah segerombolan remaja tanpa tujuan itu mempunyai kegiatan positif. Kelompok anak muda mulai rajin ke salon untuk membuat rambutnya menjadi jambul khas duran-duran dan suka nongrong di tempat umum. Kelompok lain membentuk komunitas pecinta alam dengan segala atributnya. Kegiatan positif mereka mulai berpetualang di gunung dan rimba. Sebagian lagi berani tampil di panggung dengan membuat group musik. Mereka juga aktif mengisi acara di radio dan cafe. Sebagian lagi sukses rekaman.

 

Sementara itu bagi Suryanto Guru Besar Psikologi Sosial dan Dekan Fakultas Psikologi Universitas Airlangga dalam opini di jawa pos mengatakan, apapun kelompok ganster ini telah bertindak meresahkan masyarakat. Bisa dibayangkan siapa yang tak ngeri melihat segerombolan anak muda berkeliling kota dengan mengendarai sepeda motor, membawa senjata tajam, mengacung-acungkan golok, celurit raksasa, dan sebagainya –seolah bersiap untuk berperang melawan musuh.

 

Jadi mereka ini sudah menjelma menjadi sekelompok atau sekumpulan pemuda yang menaiki motor dan melakukan kegiatan yang kurang terpuji. Mereka memperlihatkan aksi-aksi yang patologis tanpa khawatir aksi mereka meresahkan masyarakat. Merekalah gangster motor. Gangster adalah penjahat atau bandit.

 

Berbeda dengan penggemar motor yang karena hobi melakukan touring berkeliling kota satu ke kota lain dengan damai, aksi gangster motor sering kali mengerikan. Makna kelompok pemotor itu akhirnya bergeser menjadi ke arah negatif. Sebab, kelompok tersebut bertindak antisosial seperti balapan liar, membuat keributan ketika pawai, dan merasa benar sendiri ketika berkendara di jalanan. Dengan peralihan makna itu, terdapat pembeda yang nyata antara pemotor yang berperilaku sosial dan yang berperilaku antisosial. Antara geng dan gangster.

 

Remaja yang tergabung dalam gangster umumnya adalah para remaja yang sedang dalam proses perkembangan, yaitu mengalami krisis identitas. Menurut Erikson, krisis identitas terjadi karena remaja mengalami konflik kepribadian antara yang dipersepsi dan yang dihadapi dari lingkungannya. Ketika seseorang mempertanyakan jati diri mereka dan apa fungsi mereka ada di dunia ini. Remaja dalam hal ini yang sedang dalam masa analisis dan eksplorasi terkait perkembangan harga diri.

 

Identitas ini menjadi penting karena masa remaja menjadi tahap dari krisis identitas yang menempatkan mereka berada dalam kebingungan menentukan perspektif dan orientasi diri. Sekelompok remaja yang bergabung dalam geng motor tersebut tengah mencari identitas diri. Dalam proses itu, mereka cenderung mengikuti kelompok yang dianggap sebagai kelompok yang ideal. Geng motor itulah yang menjadi kelompok ideal mereka.

 

Untuk mengantisipasi dan mengeliminasi agar ulah gangster motor tidak berkembang makin mencemaskan, harus ditangani jangka pendek dan jangka panjang. Untuk jangka pendek ini, pihak keamanan dan pemerintah setempat melakukan tindakan antisipatif dan represif terhadap kasus-kasus yang berpotensi menimbulkan kerawanan dan keresahan masyarakat yang disebabkan kelompok geng tersebut. Ketika aksi yang dikembangkan para geng motor sudah melewati batas wilayah kriminal, tidak ada cara lain kecuali menangkap dan memproses mereka secara hukum

 

Sementara itu, untuk jangka panjangnya, fungsi keluarga sebagai basis pendidikan dan pembinaan anak remaja perlu ditingkatkan lagi. Keluarga merupakan kunci pokok untuk mengatasi masalah geng motor. Dan, setelah itu baru pihak pemerintah seperti lembaga-lembaga yang membidangi masalah keamanan dan lembaga pembinaan sosial.

 

Orang tua perlu mengarahkan anaknya untuk mengikuti kegiatan positif, seperti olahraga, seni atau musik, atau kegiatan lain yang mengembangkan kepribadian positif. Apabila susah mengubah perilaku, anak untuk sementara dipindahkan ke lingkungan atau circle lain. Dan, dipastikan tidak menjalin hubungan dengan kelompok yang menjadi referensinya saat ini. Tentu dengan tetap mendapatkan pengawasan dari keluarga. (pul)

Artikel lainnya

Pelestraian Cagar Budaya Tematik di Surabaya

Author Abad

Oct 19, 2022

Subtrack, Belajar Sejarah Dengan Mudah

Pulung Ciptoaji

Jan 23, 2023

H. P. Berlage dan Von Hemert. Siapa Von Hemert?

Author Abad

Dec 20, 2022

Peringatan Hari Pahlawan Tonggak Inspirasi Pembangunan Masa Depan

Malika D. Ana

Nov 12, 2022

Banjir di Gorontalo Cukup Diserahkan ke BOW

Author Abad

Oct 30, 2022

Benteng Budaya dan Derasnya Gelombang Modernisasi

Author Abad

Oct 03, 2022