images/images-1668442056.jpg
Sejarah

Legenda Jalak Gading

Malika D. Ana

Nov 15, 2022

473 views

24 Comments

Save

Legenda Jalak Gading
 
 
Abad.id - Jalak Gading, atau yang lebih dikenal sebagai Anis Gading, atau Jalak Lawu adalah satwa endemik Gunung Lawu. Seringkali burung ini menemani saat mendaki Gunung Lawu. Konon, kemunculannya dikaitkan dengan diterima tidaknya pendaki ke Gunung Lawu. Burung ini akan terbang rendah, 2-3 meter di dekat kita, dan bahkan hinggap di tangan kita demi memandu jalan ke tempat-tempat yang ingin kita tuju.
 
Ada cerita berbumbu sejarah dibalik keberadaan burung endemik Gunung Lawu ini. Konon ia adalah wujud dari Kyai Jalak. Kyai Jalak yang berkaitan dengan sejarah moksanya Prabu Brawijaya V.
 
Cerita soal Kyai Jalak dan Sunan Lawu yang diyakini masyarakat sebagai penjaga Gunung Lawu bukanlah sekedar mitologi atau dongeng. Kyai Jalak merupakan adik Sunan Lawu. Kyai jalak memiliki nama asli Wangsa Menggala, sedangkan Sunan Lawu nama aslinya Dipo Menggolo. Beliau berdua merupakan penguasa/sesepuh wilayah Gunung Lawu pada sekitar 6 abad yang lalu.
 
Kisah berawal saat Sang Prabu Brawijaya V yang didampingi 2 orang pamomongnya yakni Ki Sabdo Palon dan Ki Noyo Genggong hendak mencari tempat pamoksan. Beranjak dari Cemoro Sewu, lalu naik ke puncak Lawu melalui lembah yang curam, dan tanjakan sangat tajam, 'ndeder', hingga sampailah pada salah satu puncaknya, yang disebut sebagai Hargo Dalem (berada pada ketinggian kurang lebih 3000 mdpl). Disanalah Sang Prabu melakukan moksa, melebur raga dengan sukma, menyatukannya dengan ngelmu panunggalan, pangracut, warangka manjing curiga untuk menggapai kasampurnan sejati.
 
Sementara itu setelah Sang Prabu Brawijaya V moksa, kedua orang pamomong itu melanjutkan pendakian hingga sampai pada Puncak Hargo Dumiling sekitar 3200 mdpl. Puncak Hargo Dumiling berada tepat di bawah puncak Lawu Hargo Dumilah yang berada pada ketinggian 3265 mdpl, menyusul Sang Prabu ke “tempat samar” mangeja-alusing papan samar dan berjanji kelak setelah 500 tahun akan kembali untuk menagih janji dan mangejawantah, untuk mendampingi momongannya yang bertugas 'njejegake' (menegakkan) soko guru bangsa.
 
Sebagaimana pralampita yang termaktub dalam serat Jongko Joyoboyo “petikan serat tangan”, bahwa kembalinya Ki Sabdapalon dan Nayagenggong akan ditandai dengan meletusnya Gunung Merapi hingga terbelah menjadi dua (sigar) di tengah kawahnya (letusan tahun 2010), dan Surabaya tersambung dengan Madura (jembatan Suramadu).
 
Foto Jalak Gading diambil di tugu puncak Hargo Dumilah
 
Puncak Hargo Dumilah (3265 mdpl) merupakan puncak tertinggi Gunung Lawu, di mana pada saat musim kemarau suhu di malam hari bisa mencapai minus 5 derajat celsius. Posisinya hanya bersebelahan dengan pasar Diyeng yang disebut juga dengan “pasar setan” karena saking banyaknya penghuni titah alus di sana. Di bawah pasar Diyeng dan puncak Hargo Dumilah terdapat sendang Drajat. Sendang Drajat (selain Puralaya Agung Kotagede dan Imogiri), adalah salah satu tempat panggemblengan bagi calon presiden RI, agar menjadi presiden yang bersifat hangayomi, hangayemi, hanentremage, mampu memberikan berkah agung untuk bangsa dan negara, ini sama seperti kisah pendahulu Majapahit dahulu yang dikisahkan dalam serat Wedha Sasangka bernama Jaka Suruh Lawung atau Jaka Lawung yang mengalami penggemblengan di gunung Lawu demi menjadi seorang narendra agung di Majapahit.
 
 
Kembali lagi soal Kyai Jalak (mbah Jalak) dan Sunan Lawu (mbah Lawu). Setelah beliau menunjukkan jalan kepada Prabu Brawijaya V, singkat cerita, beliau diperintahkan oleh Sang Prabu bila kelak mereka berdua raganya mati, akan ditugaskan untuk menjadi penjaga Lawu sebagai “pelaksana harian” di bawah naungan Sang Penjaga utama yakni Dewi Untari keturunan dari Dewi Nawangsih. Dewi Nawangsih adalah putri tunggal Ki Ageng Tarub dengan Dewi Nawang Wulan yang diperistri oleh Raden Bondan Kejawan (Putra Prabu Brawijaya). Dengan kata lain, Dewi Untari mulai menjadi penjaga Gunung Lawu pada sekitar abad 15 atau silsilahnya kira-kira dua generasi (cucu) setelah Prabu Brawijaya V.(mda)
 
 
 
 
 

Artikel lainnya

Kelas Menengah Indonesia dan Upaya Pemerintah dalam Menyejahterakan Masyarakat

Mahardika Adidaya

Oct 31, 2024

Hilirisasi Nikel : Potensi atau Ancaman?

Mahardika Adidaya

Nov 01, 2024

Mungkinkah Ambisi Prabowo Subianto untuk Mencapai Pertumbuhan GDP 8% Dapat Tercapai?

Mahardika Adidaya

Oct 25, 2024

Sehat Bersama Pemerintah Baru 52,2 Juta Warga Indonesia Dapat Cek Kesehatan Gratis

Mahardika Adidaya

Oct 24, 2024

Ngaji Massal Menetralisir Energi Negatif

Author Abad

Oct 17, 2022

Inti Dari Suatu Penjajahan

Author Abad

Oct 14, 2022