images/images-1667405473.jpg
Indonesiana

Tugu Monas Sebagai Tempat Sulaturahim Kebangsaan

Author Abad

Nov 03, 2022

471 views

24 Comments

Save

Abad.id - Tugu Monas, adalah lambang Lingga menembus Yoni. Gambaran penyatuan Phalus dengan Vulva, gambaran persetubuhan, atau persenggamaan dan merupakan lambang pertemuan antara Shiva dan Shakti. Dihari itu, 2 Desember 2018 mayarakat dari berbagai daerah mengarah ke sana, tempat pertemuan kebangsaan. Tugu Monas sepertinya menjadi tidak berbeda dengan Jabal Rahmah yang dalam tradisi Islam dipercaya sebagai tempat bertemunya Adam dengan Hawa.
 
Linga dan Yoni adalah simbol dari kesuburan. Dan awal sejarah baru yang disebut kehidupan anak manusia. Setelah hidup di surga lalu diturunkan ke dunia dan tersiksa rindu karena keterpisahan, maka kemudian ada pertemuan antara Adam dan Hawa, antara Shiva dengan Shaktinya yang dipenuhi rasa suka dan cita, kebahagiaan serta keterharuan yang tiada terkira.
 
Dihari itu pun pastinya diwarnai keterharuan....entah oleh pertemuan pemimpin dengan rakyatnya atau pertemuan rakyat dengan rakyat. Yang jelas silaturahim antar anak bangsa terjadi disana. Bahwa, perbedaan apapun yang ada diantara sesama manusia bukanlah untuk dipertentangkan, tetapi untuk saling mengenal, saling mengetahui dan saling mengerti, asal kata lita 'aarafuu - berasal dari kata 'arafa ya'rifu - ta'aruf - silaturahim.
 
Dari asal kata diatas, juga bertalian makna dengan ma'rifat, artinya mengenal, mengetahui dan mengerti sebenar-benarnya hakikat manusia. Dan jika diibaratkan dengan peristiwa Wukuf di Arafah dimana diselenggarakan pertemuan akbar manusia dari berbagai penjuru bangsa, maka kiranya esensi pertemuan anak bangsa di Tugu Monas adalah sama.
Jika Wukuf di Arafah adalah upacara napak tilas perjumpaan Adam dan Hawa. Maka disaat itu pun para Adam dan Hawa dari berbagai penjuru daerah berkumpul dan bertemu di Tugu Monas agar saling mengenal, saling mengetahui dan mengerti bahwa manusia dan kemanusiaan itu sebenarnya hakikatnya sama.
 
Yang terpecah belah dan sengaja dibentur-benturkan oleh adu domba terus menerus, ternyata mampu larut dalam pertemuan akbar itu, bangsa ini kembali menemukan momentum kesejatian dirinya, untuk bersatu dan melangitkan doa. Yang biasa distigma dan dipojokkan dengan istilah intoleran, radikal, anti NKRI dan anti kebhinekaan, justru menjadi perekat kebangsaan atas nama ukhuwah (persaudaraan). Tidak pandang kekayaan, pangkat dan jabatan, serta status sosial, mulai dari pemimpin negara sampai rakyat jelata, seluruhnya menyatu dalam gugusan manusia. Lepas identitas masing-masing. Yang ada cuma satu, yaitu manusia tanpa embel-embel jelita atau jelata atau formalitas yang sering membuat manusia terkotak-kotak.
 
 
Menjadi nilai tambah jika momentum pertemuan tempo hari juga membahas permasalahan bangsa dengan Thawaf (diskusi muter-muter dengan bertemunya banyak orang). Sehingga bisa menjadi kekuatan bargaining yang lumayan diperhitungkan di dalam perpolitikan bangsa. Persoalan bangsa ini ada di sistem (konstitusi), maka alangkah lebih baiknya gerakan ini hari bisa dijadikan sebagai momentum gerakan kembali ke UUD 45 sebelum amandemen. Bukan sekedar menjadi seperti buih di lautan, yang dimanfaatkan untuk tujuan politik dan kekuasaan.
 
Okey, lepas dari berhasil tidaknya gerakan 212 waktu itu, yang jelas dengan berthawaf di Monas, di simbol pemersatu bangsa, Lingga dan Yoni, tujuan ukhuwah dan silaturahim sudah tercapai. Suasana damai, sejuk, penuh kasih dan sayang kembali menemukan momentumnya. Seperti penyatuan dua simbol kehidupan Lingga dan Yoni, kasih dan sayang. Apalagi dengan doa-doa yang dilangitkan, harapan yang selalu kita semogakan. Biarlah tangan-tangan Tuhan dan semesta alam yang akhirnya bekerja menuntaskan segalanya, "innamaa amruhuu idzaa araada syaian anyaquula lahuu kun fayaakuun..." maka terjadilah menurut kehendakNya.
 
Bismillahi aamiin...(mda)
 
Penulis : Malika D. Ana

Artikel lainnya

Harapan untuk Mewujudkan Transisi Hijau di Bawah Kepemimpinan Baru

Mahardika Adidaya

Dec 09, 2024

Seberapa Penting Menjaga Kesehatan Jantung?

Mahardika Adidaya

Nov 06, 2024

Kelas Menengah Indonesia dan Upaya Pemerintah dalam Menyejahterakan Masyarakat

Mahardika Adidaya

Oct 31, 2024

Hilirisasi Nikel : Potensi atau Ancaman?

Mahardika Adidaya

Nov 01, 2024

Overcapacity Pembangkit Listrik di Indonesia dan Penutupan Dini PLTU

Mahardika Adidaya

Nov 21, 2024

Mungkinkah Ambisi Prabowo Subianto untuk Mencapai Pertumbuhan GDP 8% Dapat Tercapai?

Mahardika Adidaya

Oct 25, 2024