images/images-1673344392.png
Sejarah
Data

Panggung Sukarno di Hadapan Wartawan Asing

Pulung Ciptoaji

Jan 10, 2023

336 views

24 Comments

Save

Presiden Soekarno dan Kabinet diwawancarai wartawan asing menyusul pendaratan pasukan Sekutu Inggris dan rombongan NICA di Jakarta pada 29 September 1945. Sumber foto Buku IPPHOS remastered

 

abad.id-Sebulan pasca proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, gema dan dukungan nyata atas negara baru itu masih kuat di Jawa dan Sumatra. Penyebabnya informasi tentang kemerdekaan Indonesia masih belum merata, meskipun tentara Jepang sudah menyerahkan sepenuhnya kantor berita Domai kepada pemuda republik. Informasi kemerdekaan hanya sebatas kota-kota besar, sementara warga pedesaan dan pedalaman sama sekali belum mendapatkan akses informasi apapun. Sukarno dan Hatta berusaha meyakinkan rakyat se Nusantara agar ikut terlibat dalam mempertahankan kemerdekaan.

 

Pagi itu tanggal 8 September 1945, sebanyak 7 perwira Inggris di bawah pimpinan Mayor AG Greenhalgh diterjunkan dengan payung di kapangan terbang Kemayoran. Mereka adalah anggota misi sekutu yang dikirim Shouth East Asia Command dari Singapura untuk mempelajari dan melaporkan keadaaan di Indonesia. Langkah ini sebelum pendaratan pasukan lebih besar yang direncanakan seminggu kemudian dengan kapal Inggris Cumberland. Para perwira sekutu ini dianggap pertama kali menginjakkan tanah di bumi Indonesia setelah negara itu diproklamasikan. Segera Mayor AG Greenhalgh mendatangi pimpinan tentara Jepang di Jakarta Jendral Yamaguchi.

 

Satu minggu kemudian kapal Cumberland yang mengangkut pasukan sekutu dipimpin Laksamana Muda WR Patterson mendarat di tanjung Priok.  Dalam rombongan ini turut serta CHO Van der Plas mewakili HJ Van Mook kepala Netherland Indies Civil Administrasion atau NICA. Tentu saja kehadiran sekutu bersama Belanda ini membuat gusar para pemuda di Jakarta. Mereka mendesak Sukarno yang baru saja menyusun kabinet agar langsung bereaksi keras terhadap kehadiran sekutu dan NICA. Pemuda yakin jika dibiarkan kemungkinan kehadiran pasukan yang lebih besar.

 

Bagi Sukarno yang masih tinggal di rumah jalan Pegangsaan timur 56 Jakarta, dua tuntutan tersebut harus segera terpecahkan di negara yang baru dibentuk. Apalagi sejak proklamasi kemerdekaan, belum ada satupun negara yang mengakui  kedaulatan Indonesia, sehingga rawan kembali diambil alih oleh Belanda. Sukarno juga semakin tertekan dengan isu yang beredar bahwa ada 17 koordinator yang terlibat proklamasi akan ditangkap sekutu Inggris. Para koordinator ini dianggap melakukan aksi makar terhadap pemerintah Kolonial Hindia Belanda. Yaitu membentuj sebuah pemerintahan  saat terjadi status quo kekuasaan pasca Jepang menyerah.

 

Sejak awal Sukarno dan Hatta memang sudah siap dengan resiko apapun. Pasangan presiden dan wakil yang baru dikukuhkan ini, merasa sudah kenyang asam garam dipenjara selama jaman kolonial Belanda. Bangkan Sukarno mengeluarkan kebijakan perlu digelorakan proklamasi kemerdekaan itu, agar semakin banyak dukungan dari negara lain. Salah satu cara yaitu dengan menerima wawancara wartawan asing. Orang asing pertama yang mendapat kesempatan bertemu dengan presiden legendaris itu wartawan asal Belanda bernama Bouwer.

 

Wartawan asing mengadakan tanya jawab dengan Bung Karno di Pegangsaan Timur no. 56 Jakarta tentang bentuk dan tujuan negara yang baru di proklamasikan. Sumber foto Buku IPPHOS remastered

 

Wartawan yang pernah bekerja di beberapa media selama masa kolonial Belanda dan menjadi koresponden United Press pada masa Jepang itu, sangat tidak asing dengan tanah Indonesia. Bouwer tidak pernah meninggalan Indonesia. Saat Jepang mengalahkan Belanda, Bouwer memilih menghilang tanpa jejak. Perawakannya tidak terlalu tinggi dan kurus, serta kulitnya tidak terlalu putih dan hidung tidak terlalu mancung, membuat Bouwer mudah beradaptasi. Bagi pemilik rumah yang dijadikan tempat persembunyian Bouwer, menganggap tamunya itu hanya pemuda indo keturunan. Selama 2 tahun 6 bulan itu, Bouwer tidak pulang ke Belanda atau menjadi tahanan tentara Jepang, namun bersembunyi di sebuah tenpat di Bandung. Dari tempat itu, Bouwer masih melakukan korespondensi dengan beberapa media di Belanda dan memberitakan kondisi Indonesia selama penjajahan Jepang. Setelah Jepang menyerah ke tangan sekutu, Bouwer berani keluar dari persembunyiannya dan melanjutkan pekerjaaannya di United Press.

 

Saat itu tanggal 2 September 1945, Bouwer untuk pertama kalinya keluar dari Bandung dan pergi ke Jakarta. Tugas Bouwer saat itu melakukan wawancara dengan presiden dan wakil presiden negara baru Indonesia. Setiba di Jakarta, sambil menunggu jadwal pertemuan, Bouwer tinggal di sebuah rumah milik warga pribumi. Setiap hari Bouwer berkeliling dengan naik sepeda untuk melihat situasi Jakarta pasca proklamasi sekaaligus menjadi bahan tulisnya.  Empat hari kemudian dia kembali naik sepedanya ke rumah Sukarno di jalan Pegangsaan Timur untuk mewawancarainya.

 

Rupanya Bouwer berhasil membujuk pengawal Sukarno yang bersenjata lengkap, bahwa ia tidak mempunyai niat jahat. Setelah menungggu kira-kira 30 menit, ia kemudian diantar masuk. Rupanya sudah menunggu diwawancarai Presiden Sukarno bersama Menteri Luar Negeri Subardjo. Awal pembicaraan keduanya dari pertemuan Soekarno dengan Touchi di Dalat. Kemudian Sukarno berbicara tentang peristiwa 18 Agustus 1945 terkait kapitulasi Jepang. “Kapitulasi itu suatu keuntungan” kata Sukarno.

 

Sukarno sadar bagaimana  jika di bawah pemerintahan Jepang dan mengikuti janji kemerdekaannya, maka Indonesia tidak akan mendapatkan kemerdekaan penuh. Sukarno sangat menyangkal bahwa Jepang terlibat dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia.

 

Pertanyaan terakhir sebelum Bouwer pulang, apakah Republik Indonesia akan melakukan perlawanan jika pasukan Inggris mendarat. Mendapat pertanyaan itu, Sukarno menjawab sangat diplomatis dan kurang tegas. ’’ Sama sekali tidak, kami hanya ingin hidup damai, tujuan kami untuk mendapatkan pengakuan internasional, kami akan berjuang tetapi secara mental tidak dengan senjata, ’’ kata Sukarno

 

Pasca pertemuan dengan wartawan Bouwer ternyata telah membawa kesan tersendiri bagi Sukarno. Kehadiran wartawan asing ini dianggap strategi untuk menyuarakan gagasan dan membangun solidaritas internasional untuk mendukung kemerdekaan Indonesia. Selain itu kehadiran Bouwer juga dianggap bisa menjadi pembuka pintu diplomasi dengan tentara Inggis. Sukarno merasa butuh kehadiran banyak wartawan asing untuk memfasilitasi perjuangan kemerdekaan Indonesia seutuhnya. Maka beberapa hari kemudian Bouwer diundanag datang untuk melakukan wawancara berikutnya.

 

Sukarno akrab dengan media asing yang dianggap strategis untuk menyampaikan pendapat dan menggalang dukungan kemerdekaan. Foto IPPHOS

 

Kali ini pertanyaan Bouwer terhadap Sukarno tentang beredarnya poster-poster sekelompok orang yang menamakan diri Angkatan Muda. Isi  tulisannya mengancam akan membunuh dan membasmi orang-orang Belanda. Kepada wartawan Sukarno menyangkal telah mengeluarkan perintah untuk anti Belanda. “ Angkatan Muda mengandung unsur-unsur yang menentang saya dan perintah saya” kata Sukarno dalam otobiografinya tulisan Lambert Giebels.

 

Wawancara kedua kalinya ini didampingi jajaran kabinet yang baru terbentuk. Menggambarkan posisi sedang terjepit dalam tekanaan dari kelompok pemuda yang dianggap Sukarno terlalu kompromis dengan sekutu. Serta terancam kemungkinan orang Inggris akan menangkap para kolaborator, seperti yang diumumkan melalui sebuah radio NIGIS dari Australia. Maka hari itu tanggal 29 September 1945 di hadapan para media Sukarno seperti mendapat kesempatan bertindak sebagai presiden. (pul)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Artikel lainnya

Reruntuhan St Paul's College Makau Sangat Memukau

Pulung Ciptoaji

Dec 27, 2022

Surabaya Sambut Kapal Pesiar MS Viking Mars

Author Abad

Dec 20, 2022

Jugun Ianfu Dipaksa Melayani Seks 10 Orang Sehari

Malika D. Ana

Nov 12, 2022

Peringatan Hari Pahlawan Tonggak Inspirasi Pembangunan Masa Depan

Malika D. Ana

Nov 12, 2022

Banjir di Gorontalo Cukup Diserahkan ke BOW

Author Abad

Oct 30, 2022

Dari Kolaborasi ke Nominasi

Author Abad

Oct 26, 2022