images/images-1666687184.jpg
Data

Dr Maria E Thomas, Dokter Perempuan Pertama di Bumi Nusantara

Author Abad

Oct 25, 2022

483 views

24 Comments

Save

Penulis : Pulung Ciptoaji

 

Abad.id. Hari Dokter Nasional di Indonesia diperingati kemarin 24 Oktober 2022 yang ke 72. Hari Ikatan Dokter Indonesia ini dirayakan untuk menghargai jasa-jasa para dokter atas dedikasi dan pengabdian terhadap kemanusiaan.  Sedangkan tema peringatan Hari Dokter Nasional 2022 telah dirilis melalui unggahan Instagram resmi IDI @ikatandokterindonesia, yaitu 'Berbakti untuk Negeri, Mengabdi untuk Rakyat'.

 

Adapun arti tema tersebut, yakni, IDI menginisiasi dan merealisasi segala bentuk program, terobosan maupun regulasi kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan rakyat Indonesia, menuju masyarakat sehat dan sejahtera. Sedangkan maksud Mengabdi untuk Rakyat, yaitu pembangunan kesehatan masyarakat dilakukan secara berkesinambungan dan melibatkan semua lini kehidupan.

 

IDI beridiri pada 24 Oktober 1950. Sebagai organisasi profesi kedokteran dengan para pemimpin dan anggotanya hanya dokter Indonesia. Hari Dokter Nasional menjadi bukti bahwa profesi dokter merupakan profesi mulia dan sekaligus menjadi sarana bagi kelompok profesi untuk menjaga tradisi kemuliaan.

 

Namun, nun jauh sebeum IDI terbentuk, tugas mulia tentang kemanusiaan sudah dilakukan oleh para dokter sejak pemerintahan Hindia Belanda. Mereka adalah para dokter yang bekerja secara humanis, dengan memikul nilai nilai kebangsaan dan kejujuran. Tersebutlah pendiri kelompok Budi Utomo 1908 yaitu para lulusan STOVIA para dokter pribumi. Yaitu dr Sutomo, dr Wahidin Sudirohusodo dan dr Soeradji.  Profesi dokter dengan yang bekerja sebagai pejuang kemanusiaan, seiring dengan semangat menuju bangsa yang merdeka, beradap dan berkeadilan.

Dr Maria E Thomas

Pejuang kemanusiaan lainnya jauh sebelum IDI terbentuk adalah tokoh dokter perempuan pertama di bumi nusantara, yaitu Maria E Thomas. Sosok Maria E Thomas lahir di Manado pada tahun 1896. Terdaftar sebagai mahasiswi STOVIA Jakarta pada 22 September 1912 dan menyelesaikan studinya 26 April 1922. Gelar yang diperoleh adalah Indische Arts (dokter pribumi). Dokter Maria menikah dengan teman sekolahnya dr Muhamad Yoesoef. Dokter Muhamad Yoesoef lahir di Solok Sumatra Barat pada tahun 1898. Setelah menikah pasangan muda ini bekerja dan tinggal di Bukittinggi sampai akhir hayatnya. Dokter dr Muhamad Yoesoef meninggal dunia tahun 1956 sedangkan dr Maria Thomas meninggal dunia tahun 1966. Dedikasi yang mereka lakukan yaitu mendirikan sekolah bidan dan keparawatan pertama di Sumatra, serta penggagas program IUD sejak pemerintahan Hindia Belanda.

 

Dokter perempuan lain yang juga lulusan STOVIA yaitu dr Anna Warouw, putri seorang guru sekolah dasar di Minahasa. Dokter Anna Warouw lahir tahun 1897 di Amurang Minahasa. Terdaftar sebagai mahasiswi di STOVIA pada 24 November 1914 dan menyelesaikan studinya pada 23 Agustus 1924. Butuh waktu 10 tahun bagi dr Anna Warouw untuk menyelesaikan kuliah hingga menjdi dokter pribumi. Dokter Anna Warouw menikah dengan teman kuliahnya di STOVIA asal Minahasa dr Jean Ed Karamoy. Pasangan dr Anna Warouw dan dr Jean Ed Karamoy mendapatkan tugas berpindah pindah tempat di tanah jajahan Hindia Belanda. Pada tahun 1924-1929 mereka tinggal di Makasar. Saat itu dr jean Ed Karamoy menjabat sebagai Wakil Walikota Makasar.

 

Haus akan keilmuan dan menuntut keadilan sebagai warga pribumi yang sama derajadnya, dilakukan pasangan ini dengan terus bersekolah untuk mendapatkan dokter penuh. Dokter jean Ed Karamoy melanjutkan studinya di Universitas Leiden dan memperoleh gelar dokter penuh (Arts). Pada tahun 1936 saat dr jean Ed Karampy sedang membuat promosi di Academic Dusseldorf Jerman dengan desertasi “Penerapan Ilmu Pengetahuan Tentang Kekekalan dari Penduduk Asli dan Mereka Yang Dilahirkan di Makasar”. Tidak mau ketingalan dr Anna Warouw juga melaanjutkan studinya di Universitas Utrecht dan mendapatkan gelar dokter penuh (Arts).

 

Dr Anna Marouw

Pada tahub 1937 keluarga ini kembali ke Indonesia dan ditempatkan di Semarang sampai tahun 1945. Usai proklamasi kemerdekaan, dr Anna Marouw pulang ke Manado dan diangkat sebagai Direktur Rumah Sakit Umum di Gunung Wenang. Sedangkan di tahun 1949 dr Jean Ed Karamoy diangkat menjadi Dewan Federal Sementara, yang membawahi Departemen Kesehatan di Jakarta. Maka keluarga ini harus pindah lagi ke Jakarta hingga pensiun sekitar tahun 1960. (pul)

 

 

 

 

 

Artikel lainnya

Sehat Bersama Pemerintah Baru 52,2 Juta Warga Indonesia Dapat Cek Kesehatan Gratis

Mahardika Adidaya

Oct 24, 2024

Salah Langkah Kebijakan Pangkas Nilai Tambah Ekonomi Hilirisasi Nikel

Author Abad

Jul 15, 2024

Menggali Dana Hibah Untuk Pensiun Dini PLTU

Author Abad

Jul 16, 2024

Begini Respon TACB Perihal Reklame di Lokasi Cagar Budaya

Author Abad

Feb 26, 2023

Duar..!  Pesawat PANAM Tabrak Gunung, 107 Penumpang tewas

Pulung Ciptoaji

Jan 17, 2023

Kegiatan Sosial Begandring Menutup Tahun 2022

Malika D. Ana

Jan 02, 2023