Dengan dibantu warga lokal, Tim SAR dan TNI berusaha mengumpulkan korban tewas. Medan yang sulit membuat proses evakuasi berjalan sangat lambat. Foto 30 Tahun Indonesia Merdeka
abad.id-Tim penyelamat dan warga sipil Nepal sedang berkumpul di sekitar puing-puing pesawat Yeti Airlines yang jatuh di Pokhara, Minggu (15/1/2023). Pihak berwenang di Nepal memastikan, 68 orang tewas setelah pesawat yang mengangkut 72 orang itu jatuh ke jurang. Pesawat ATR 72-500 bermesin ganda dengan penerbangan domestik dari Kathmandu ke Pokhara mengangkut penumpang lokal, lima orang India, empat orang Rusia, satu orang Irlandia, dua orang Korea Selatan, satu orang Australia, satu orang Perancis, dan satu orang Argentina. Di antara para penumpang terdapat tiga bayi dan tiga anak.
Tragedi ini merupakan kecelakaan udara terburuk dalam 30 tahun terakhir di Nepal. Jaringan Keselamatan Penerbangan menunjukkan, tragedi pesawat jatuh di Nepal merupakan kecelakaan udara paling mematikan sejak 1992. Saat itu pesawat Airbus A300 Pakistan International Airlines jatuh ke lereng bukit saat mendekati Kathmandu, menewaskan semua 167 orang di dalamnya. Kemudian peristiwa tahun 2000, hampir 350 orang menjadi korban tewas dalam berbagai kecelakaan udara di Nepal, akibat perubahan cuaca yang tiba-tiba dapat menyebabkan kondisi berbahaya. Sedangkan saat kecelakaan pesawat Yeti Airlines ini, udara cuaca sedang carah. Sehingga banyak pihak ingin tahu penyebab kecelakaan yang sebenarnya dari kotak hitam.
Sebenarnya peristiwa pesawat jatuh di negara yang sedang berkembang bukan barang baru. Banyak aspek yang menjadi penyebab, mulai rendahnya pengawasan terhadap aspek keselamataan penerbangan, usia pesawat, pengaruh medan dan jarak tempuh serta regulasi internal di perusahaan maskapai.
Di Indonesia hampir tiap tahun terjadi kecelakaan pesawat hingga menyebabkan banyak korban jiwa. Pada 16 Januari 2002 misalnya, peristiwa pesawat Garuda Indonesia penerbangan 421 yang terbang dari Ampenan menuju Yogyakarta, jatuh di Sungai Bengawan Solo. Kecelakaan ini menewaskan seorang awak, sementara 54 penumpang dan 5 awak lainnya selamat. Peristiwa tragis lainnya hilangnya pesawat Air Asia QZ8501 pada awal tahun 2014. Serta kejadian di tahun yang sama masih melibatkan negara Malaysia pada 8 Maret, yaitu hilangnya Malaysia Airlines MH370 yang sampai saat ini masih menjadi misteri. Serta insiden Malaysia Airlines MH17 yang ditembak jatuh di Ukraina pada 17 Juli 2014.
Sementara itu bagi orang bali, peristiwa kecelakaan pesawat registrasi N446PA Boeing 707 Pan American World yang menabrak pada 22 April 1974 akan selalu diingat. Pesawat PANAM menabrak gunung, lima menit menjelang mendarat di bandar udara Ngurah Rai.
Sebenanya sejak dulu pulau Bali memiliki daya magnet bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. Selain melalui jalur darat menyebrang melalui Selat Bali, menuju pulau dewata itu bisa menggunakan jalur udara. Salah satu yang mememiliki jadwal penerbangan ke Bali yaitu PANAM Perusahaan Penerbangan milik Amerika Serikat.
Saat hendak mendarat pukul 12.23 waktu Bali, PANAM Flight 812 sedang dalam final approaching . Pesawat dilaporkan berada di ketinggian 2.500 kaki. Menara Bali di Bandara Ngurah Rai memberikan instruksi untuk melanjutkan final approaching dan melaporkan ketika landasan sudah terlihat.
Meskipun keadaan lapangan yang sulit, petugas akhirnya menemukan titik lokasi jatuhnya pesawat PANAM. Foto 30 Tahun Indonesia Merdeka
Kapten Zinke tidak menemui kesulitan dalam prosedur pendekatan ke Bandara Ngurah Rai. Prosedur tersebut menyatakan bahwa sebelum mereka dapat mendarat di bandara, penerbangan harus mempertahankan ketinggian 12.000 kaki dan kemudian mereka harus melaksanakan prosedur penurunan ADF secara penuh.
Pilot Zinke menyadari ada daerah pegunungan di utara bandara. Maka jika penerbangan level 120 pasti membebaskan mereka dari jaur pegunungan. Awak kemudian memberi tahu pengontrol ETA Flight 812, dan menyatakan niat untuk berbelok ke kanan dalam jarak 25 mil dari suar untuk trek keluar pada 261 derajat, turun hingga 1.500 kaki, diikuti prosedur untuk membalikkan air. pendekatan terakhir di Runway 09.
Penunjuk ADF menunjuk ke arah NDB (non-directional beacon). Pada 15:18 UTC, awak pesawat memperhatikan bahwa ADF nomor satu "berayun" sedangkan ADF nomor dua tetap stabil.
Beberapa detik kemudian, awak pesawat Flight 812 melapor ke Bali Control bahwa dia berada di atas stasiun dan keluar untuk turun ke level penerbangan 120. Pemberitahuan itu diakui oleh Bali Control. Maka Flight 812 diinstruksikan untuk pindah ke Menara Bali. Setelah menjalin kontak dengan Menara Bali, Flight 812 melaporkan bahwa mereka melakukan prosedur keluar di level penerbangan 110 dan meminta ketinggian yang lebih rendah. Mereka kemudian diizinkan untuk ketinggian yang lebih rendah. Awak Flight 812 kemudian memutuskan untuk melakukan belokan kanan awal pada 263 derajat. Kemudian Flight 812 membalas, "Check inbound". Pada pukul 15:26 UTC, pilot-in-command meminta visibilitas dengan memanggil, "Menara kontrol Bali, bagaimana dengan visibilitas di luar saat ini?"
Namun apa yang terjadi, rupanya transkripsi perekam suara Air Traffic Control menyatakan , ternyata panggilan ini tidak pernah ada kelanjutan. Rupanya ini pesan terakhir yang dikirimkan pesawat PANAM. Seketika petugas menara Bali langsung melakukan langkah-langkah. Pertama terus berusaha menghubungi pesawat dengan meneriakkan, "Clipper delapan satu dua, Menara Bali", dan "Clipper delapan satu dua, Menara Bali, apakah pesan diterima?". Namun, tidak ada jawaban yang diterima, semuanya telah hening. Menara Bali kehilangan kontak dengan pesawat dan menyatakan bahwa pesawat hilang.
Tidak lama kemudian, ada kabar pesawat mengalami nahas menabrak daerah pegunungan. Lokasi kecelakaan sekitar 42,5 mil laut (48,9 mi; 78,7 km) barat laut Bandara Internasional Ngurah Rai, tepatnya di Desa Tinga-Tinga Buleleng Bali.
Melihat posisi pesawat yang sangat sulit berada di tebing gunung, tim evakuasi dan SAR mendatangkan pasukan terjun payung. tim SAR menemukan pesawat menabrak gunung sekitar 37 mil barat laut dari bandara Bali. Puing-puing ditemukan dua warga desa setempat. Mereka melaporkan bahwa tidak ada yang selamat. Seluruh penumpang, 107 orang tewas bersama kru pesawat.
Evakuasi jenazah segera dilakukan, namun terhambat akibat medan lokasi yang sangat sulit. Maka tim SAR terpaksa membatalkan proses evakuasi lewat udara. Seorang perwira TNI yang terlibat dalam langkah SAR menyatakan, medan yang sulit membutuhkan waktu 4 hari untuk melakukan operasi penyelamatan. Maka proses evakuasi baru bisa dimulai pada 26 April, dan langsung menemukan 43 jenazah yang hangus terbakar.
Rincian manifes pesawat 96 penumpang dari sembilan negara, 70 penumpang menuju Bali, 24 orang transit Bali menuju Sydney, dan dua penumpang menuju Nadi. Penumpang yang menuju Bali semuanya wisatwan yang hendak berlibur. Sedangkan krue pesawat terdiri pilot Kapten Donald Zinke (52) mengantongi jam terbang total 18.247 jam termasuk 7.192 jam di pesawat Boeing 707/720. Co-pilotnya Perwira Pertama John Schroeder. Dia memegang peringkat Boeing 707 yang valid dan memiliki total jam terbang 6.312 jam termasuk 4.776 jam di pesawat Boeing 707/720. Pilot lainnya Melvin Pratt, memegang lisensi pilot komersial yang valid dan peringkat instrumen saat itu. Pada saat kecelakaan itu dia telah terbang total 4.255 jam termasuk 3.964 jam di pesawat Boeing 707/720. Anggota kru kokpit lainnya insinyur penerbangan Timothy Crowley dan insinyur penerbangan Edward Keating.
Pesawat yang membawa 107 penumpang jatuh di sebuah tempat yang belum pernah dijamah manusia dan hanya menyisakan puing-puing kecil. Foto 30 tahun Indonesia Merdeka
Langkah dari pihak pemerintah Amerika Serikat segera mengirim FBI dan mendirikan crisis centre di sebuah hanggar. Black box penerbangan ditemukan pada 16 Juli dan perekam suara kokpit ditemukan pada 18 Juli 1974. CVR ditemukan dalam kondisi baik, sedangkan FDR mengalami beberapa kerusakan pada bagian luarnya karena kecelakaan. sedangkan pemeriksaan rongsokan puing pesawat 812 menyimpulkan bahwa pesawat tidak pecah dalam penerbangan, karena puing-puing pesawat terkonsentrasi di area tertentu, bukan tersebar. NTSB tidak menemukan kerusakan mesin, dan tidak menemukan bukti yang menunjukkan pesawat itu tidak layak terbang.
Penerbangan PANAM Flight 812 ini merupakan penerbangan 707 ketiga yang hilang di Pasifik dalam waktu kurang dari setahun setelah PANAM Flight 806 di Pago Pago pada 30 Januari 1974, dan PANAM Flight 816 di Papeete pada 22 Juli 1973. Setelah kecelakaan itu, PANAM mengusulkan ke Manajemen untuk membangun Sumber Daya Kru. Penerbangan 812 adalah 707 terakhir yang hilang setelah peningkatan keselamatan. Serta setelah kecelakaan itu, PANAM menghentikan penerbangan HongKong ke Sydney melalui Bali. (pul)
Abad.id Seorang pria paruh baya lunglai setelah dihujani peluru. Tak lama setelahnya, dia menghembuskan nafas terakhirnya. Peluru-peluru tersebut telah mengakhiri kisah perjuangannya melawan kapitalis.
Tepat 9 Oktober 1967, Che Guevara tewas setelah peluru menghujam tubuhnya. Tokoh revolusioner ini meninggal dunia oleh hukuman tembak setelah sehari sebelumnya ditangkap tentara Bolivia.
Sejak itu nama Che Guevara terus terkenang hingga kini. Sebagian orang mengingatnya sebagai pemberontak, namun sebagian besar lainnya menganggapnya sebagai pahlawan. Kisah perjuangannya akan selaku dikenang.
Che Guevara akan selalu dianggap sebagai pejuang revolusi Marxis di Argentina. Lelaki ini terlahir pada 14 Juni 1928 dengan nama Ernesto Guevara Lynch de La Serna. Dia lahir di Rosario, kota terbesar di provinsi Santa Fe, di pusat Argentina (300 km barat laut dari Buenos Aires).
Sejak usia dua tahun, anak dari keluarga berdarah campuran Irlandia, Basque dan Spanyol menderita penyakit asma akut. Kondisi kesehatan Che yang demikian membuat orangtuanya mencari daerah yang lebih kering. Mereka ingin Che sehat dan daerah yang dipilihnya adalah Alta Gracia (Córdoba). Sayangnya kesehatan Che tak mengalami perubahan yang berarti.
Che lahir dari keluarga kaya, awalnya ia tak berminat di bidang politik, seluruh pikirannya hanya terpusat pada penyakitnya ‘asma’. Ia sangat tersiksa dengan penyakitnya ini, ia terus mencari tahu informasi tentang penyembuhan penyakitnya.
Hobi membacanya tumbuh karena ibunya Celia de la Serna, amat berminat di bidang sastra, ia ingin anaknya menyukai membaca, Celia tak hanya mengajari anaknya tentang huruf, ia mengajari kosa kata yang hidup, dari ibunya-lah pertama kali Che, mengenali bahwa ‘dibalik aksara’ ada kehidupan.
Karena itulah ia banyak membaca literatur tokoh dunia di perpustakaannya. Di umur 12 tahun ia suka sekali berkutat di ruang perpustakaan ayahnya. Dan ada satu buku yang amat menarik, sebuah buku berbahasa Spanyol terjemahan dari bahasa Jerman. Judulnya ‘Das Kapital’ karangan Karl Marx.
Ia menggeluti buku ini, ia mendefinisikan kemanusiaan, ia mendefinisikan bagaimana komoditi kemudian berkembang bukan sebagai ‘alat yang memudahkan manusia’ tapi sebagai alat penindasan–manusia terasingkan oleh kehidupannya.
Minat baca yang demikian tinggi telah menjadikannya seorang pemuda yang cerdas dan mengetahui tokoh-tokoh revolusioner dunia seperti Karl Marx, Engels, dan Sigmund Freud.
Untuk melanjutkan tingkat pendidikan dasarnya, Che kemudian dimasukan ke sekolah menengah pertama Colegio Nacional Deán Funes di Cordoba (1941). Di sekolah ini mendapat predikat terbaik untuk bidang sastra dan olahraga.
Terjunnya Che ke kancah perjuangan rakyat berawal saat dirinya melihat para pengungsi perang sipil Spanyol akibat rentetan krisis politik di Argentina. Krisis yang kemudian semakin memuncak di bawah pemerintahan diktator fasis Juan Peron.
Kondisi ini membuat hati Che tergerak untuk melakukan perlawanan. Terlebih, Juan Peron merupakan pemimpin yang paling ditentangnya.
Sebagai wujud perlawanan pertamanya terhadap pemerintah fasis, Che mengangkatnya dalam sebuah karya sastra, pantomin.
Dia menuangkan kebencian akan politisi militer dan kaum kapitalis di sebuah pertunjukan pantomin Demokrasi di parlemen.
Namun, Che masih terlalu muda untuk terjun langsung ke dunia politik dan memimpin rekan-rekannya untuk melawan kapitalisme. Karenanya Che muda tidak bergabung dalam gerakan pelajar revolusioner.
Minat politiknya saat itu masih sangat sedikit. Dan itu dipelajarinya saat dia menuntut ilmu kedokteran di Universitas Buenos Aires, (1947).
Che memilih dunia kedokteran karena ingin mempelajari penyakit yang dideritanya sejak kecil. Namun, sayangnya dia justru tertarik pada penyakit kusta.
Perjalanan ke Beberapa Negara
Usianya telah memasuki 21 tahun. Che muda memutuskan untuk melakukan perjalanan panjang menjelajahi Argentina Utara pada 1949. Dengan menggunakan sepeda motor, Che mulai menelusuri desa-desa dan kota-kota terpencil dan terpelosok di Argentina Utara.
Ia mengajak kawannya Alberto Granado keliling Argentina. Semua hutan dimasukinya, melewati sungai, melihat perkampungan-perkampungan yang tak terlihat dengan motornya. Ia menaiki rakit dan berjalan terus menantang sinar matahari, dan tangannya mencoba meraih bulan di angkasa, hatinya penuh, ia bergembira sekaligus bertanya ‘kemanusiaan, kemanusiaan…’.
Ya, Che, menemukan kebahagiaan di atas tunggangannya, kuda besi dan dengan buku berlapis kulit ia mencatat seluruh yang ia lihat, orang miskin, para Indian yang terpinggirkan, mereka yang terlupakan, mereka yang harus berkutat dengan kehidupan, seluruh dari mereka yang tak bebas dan harus dibebaskan.
Dari situlah Che menyadari betapa sulitnya hidup di negara yang dipimpin oleh kaum kapitalis. Dalam perjalanannya, Che bersentuhan langsung dengan orang miskin dan sisa suku Indian.
Pengalaman dan pemikirannya dalam dunia politik mulai berkembang. Setelah menempuh ujian pertengahan semester, Che melanjutkan perjalanan panjangnya menjelajah Argentina dan beberapa negara Amerika Selatan lainnya pada 1951. Pada perjalanan keduanya, Che bersama seorang teman.
Dalam perjalanannya tersebut, dia bertemu dengan Salvador Allende saat berada di Chili dan di Peru. Dia bekerja sama selama beberapa minggu di Leprasorium San Pablo. Kala berada di Kolombia, Che dapat merasakan bagaimana hebatnya La Violencia (perang sipil) yang terjadi pada 1948-1958.
Che Guevara dikenal sebagai pribadi yang sederhana. Foto: ist
Namun kala berada di Venezuela, dia ditangkap tetapi dilepaskan kembali. Setelah itu dia mengunjungi Miami.
Kisah perjalanan Che ini kemudian diterbitkan dalam sebuah buku dengan judul The Motorcycle Diaries, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris pada 1996 dan kemudian difilmkan dengan judul yang sama pada 2004.
Setelah melakukan perjalanan panjang, Che kembali ke daerah asalnya.Namun, kehidupannya sebagai spesialis penyakit kulit tak membuatnya bahagia. Saat berada dalam masa revolusi nasional, Che kemudian pergi ke La Paz, Bolivia. Namun, dia justru dituduh sebagai seorang oportunis.
Tak berlama-lama berada di Bolivia, Che kemudian melanjutkan perjalanannya ke Guatemala. Kala itu Guatemala dipimpin oleh Presiden Jacobo Arbenz Guzman yang merupakan seorang sosialis. Meski sepaham, Che tidak serta merta bergabung dengan Partai Komunis pimpinan Jacobo. Karena itulah dia ditolak untuk menjadi tenaga medis pemerintah.
Che pun kemudian terpuruk dalam kemiskinan. Untuk mnyambung hidupnya dia memilih bertahan hidup dengan menjadi seorang penulis arkeologi tentang reruntuhan Indian Maya dan Inca.
Yakin Revolusi Menang
Guatemala menjadi awal perjalanan karirnya di dunia politik. Selama berada di Guatemala dan menjadi penulis arkeologi, Che lalu berkenalan dengan Hilda Gadea, penganut paham Marxis keturunan Indian lulusan pendidikan politik. Bahkan mereka pun tinggal bersama.
Perjalanan politiknya dimulai. Kepada Che, Hilda kemudian mengenalkannya dengan Nico Lopez, salah satu Letnan Fidel Castro. Che lantas banyak belajar tentang revolusi. Dia melihat dan memperhatikan cara kerja CIA sebagai agen kontrarevolusi.
Dari situlah keyakinannya akan kemenangan sebuah revolusi harus dilakukan dengan jaminan persenjataan.
Perjalanan politiknya di Guatemala berakhir, ketika Presiden Arbenz turun jabatan, Che lantas hijrah ke Kota Meksiko (September 1954) dan bekerja di rumah sakit umum. Demikian pula dengan Hilda Gadea dan Nico Lopez yang mengikuti Che ke Meksiko.
Rupanya Meksiko membawa perubahan besar dalam perjalanan hidup dari karir politiknya. Che bertemu dengan tokoh revolusioner Raul Castro dan Fidel Castro.
Che yakin Fidel Castro adalah sosok pemimpin yang patut diikutinya. Che pun memutuskan bergabung dengan pengikut Castro.
Bersama pengikut lainnya, dia dilatih perang gerilya oleh kapten tentara Republik Spanyol Alberto Bayo. Alberto Bayo juga merupakan seorang penulis buku Ciento cincuenta preguntas a un guerilleo (Seratus lima puluh pertanyaan kepada seorang gerilyawan) di Havana, tahun 1959.
Bayo tidak hanya mengajarkan pengalaman pribadinya tetapi juga ajaran Mao Ze Dong. Kecerdasan Che membuat Bayo kagum dan menjadikannya murid kesayangan. Che pun ditunjuk sebagai pemimpin.
Pada Juni 1956, Che dan pasukannya menyerbu Kuba. Dalam penyerbuan Che diangkat menjadi komandan tentara revolusioner Barbutos.
Kepemimpinan Che semakin disegani. Che dinilai sebagai seorang pemimpin yang berdisiplin tinggi. Dia kerap menembak mati anggotanya yang ceroboh dan bisa membahayakan perjuangan demi melawan presiden Batista.
Revolusi pun dimenangkan. Che pun mendapat penghargaan sebagai orang kedua di bawah Fidel Castro untuk memimpin Kuba. Dalam pemerintahan ini, Che bertanggung jawab menggiring Castro ke komunisme merdeka bukan komunisme ortodoks.
Dalam perjalanannya menuju komunisme merdeka, Che memimpin Instituto Nacional de la Forma Agraria dan kemudian menyusun hukum agraria.
Dalam hukum agraria besutan Che, pemerintah menyita tanah-tanah milik kaum feodal (tuan tanah), mendirikan Departemen Industri dan ditunjuk sebagai Presiden Bank Nasional Kuba dan menggusur orang orang komunis dari pemerintahan serta pos-pos strategis.
Ia bertindak keras melawan dua ekonom Perancis yang beraliran Marxis yang dimintai nasehatnya oleh Fidel Castro dan yang menginginkan Che bertindak lebih perlahan. Che pula yang melawan para penasihat Uni Soviet.
Dia mengantarkan perekonomian Kuba begitu cepat ke komunisme total, menggandakan panen dan mendiversifikasikan produksi yang ia hancurkan secara temporer.
Che dan Indonesia
Setelah menjadi salah satu pemimpin di Kuba, Che melepas lanjang. Dia mempersunting Aledia March pada 1959. Tiga bulan setelah itu atau tepatnya 12 Juni 1959, Castro mengutusnya untuk mengunjungi 14 negara Asia.
Negara-negara yang dikunjungi kebanyakan peserta Konferensi Asia Afrika di Bandung 1955. Salah satunya Indonesia.
Che berkunjung ke Jakarta dan menyempatkan diri ke Borobudur. Aksi kunjungan Che dibalas oleh Soekarno. Presiden pertama Indonesia itu melakukan kunjungan balasan ke Kuba setahun kemudian atau tepatnya 13 Mei 1960.
Che Guevara bersama idolanya Bung Karno. Foto: ist
Setibanya di Bandara Jose Marti, Havana, Soekarno disambut oleh Presiden Kuba Fidel Castro dan Che Guevara.
Usai mengunjungi 14 negara Asia, Che diangkat menjadi Menteri Perindustrian. Setelah menjabat, pada Februari 1960, Che menandatangani pakta perdagangan dengan Uni Soviet dan melepaskan industri gula Kuba pada ketergantungan pasar Amerika.
Che yakin perjuangannya akan membawa keberhasilan bagi revolusi Kuba. “Tidaklah penting menunggu sampai kondisi yang memungkinkan sebuah revolusi terwujud sebab fokus instruksional dapat mewujudkannya,” ucap Che sesuai dengan ajaran Mao Ze Dong.
Che percaya daerah pasti membawa revolusi ke kota yang sebagian besar penduduknya adalah petani.
Namun, aksinya itu justru mendatangkan petaka. Pada acara Solidaritas Asia-Afrika di Aljazair (Februari 1965), Che menuduh Uni Soviet sebagai kaki tangan imperialisme. Ia juga menyerang pemerintahan Soviet atas kebijakan hidup bertetangga dan juga atas Revisionisme.
Sebagai wujud pertentangannya dengan Uni Soviet, Che mengadakan konferensi Tiga Benua. Tujuannya konferensi tersebut adalah merealisasikan program revolusioner, pemberontakan, kerjasama gerilya dari Afrika, Asia dan Amerika Selatan.
Sikap Che yang tidak kenal kompromi pada negara kapitalis mendorong negara-negara komunis meminta Castro memberhentikan Che. Akhirnya pada 1965, Che diberhentikan.
Che pun terbang ke Kongo, Afrika. Namun dia dikabarkan telah tewas. Target Che di Kongo adalah mengadakan survei akan kemungkinan mengubah pemberontakan Kinshasa menjadi sebuah revolusi komunis dengan taktik gerilya Kuba. Untuk menerapkan taktiknya dia mengirim 120 orang Kuba ke Kongo.
Sayangnya, niatnya tak semulus kenyataan. Che dan pasukannya gagal di Kongo. Mereka sia-sia saja melawan kekejaman Belgia. Che pun pada 1965, meminta Castro untuk menarik mundur bantuan dari Kuba.
Penghargaan Melawan Kapitalisme
Perjalanan panjang Che Guevara berakhir pada 9 Oktober 1967. Dia bergerilya ke Bolivia. Namun malang, Che ditangkap oleh tentara Bolivia pada 8 Oktober 1967. Sehari setelah penangkapan, Che mendapat hukuman tembak.
Berita kematian Che pun lantas tersebar. Berbagai penghormatan atas kegigihannya melawan kapitalisme mendapat apresiasi dari berbagai kalangan.
Berbagai tokoh sastra, musik dan seni telah mempersembahkan komposisinya kepada Che Guevara. Penyair Chili Pablo Neruda mempersembahkan kepadanya puisi Tristeza en la Muerte de unHéroe (Kesedihan karena kematian seorang pahlawan) dalam karyanya Fin del Mundo (Akhir dunia) pada 1969.
Pengarang Uruguay, Mario Benedetti menerbitkan pada 1967 serangkaian puisi yang dipersembahkan kepadanya dengan judul A Ras del Sueño (Pada tingkat impian). Penyanyi Carlos Puebla mempersembahkan sebuah lagu Hasta Siempre Comandante Che Guevara (Untuk selamanya komandan Che Guevara) dan Los Fabulosos Cadillacs, Gallo Rojo (Ayam jantan merah), yang muncul dalam album El León (Singa) pada 1991.
Pada 12 Juli 1997, jenazahnya dikuburkan kembali dengan upacara kemiliteran di Santa Clara di provinsi Las Villas, di mana Guevara mengalami kemenangan dalam pertempuran ketika revolusi Kuba.
Che menjadi legenda. Ia dikenang karena kehebatannya dalam memimpin sebuah revolusi. Ia juga idola para pejuang revolusi dan bahkan kaum muda generasi 1960-1970 atas tindakan revolusi yang berani yang tampak oleh jutaan orang muda sebagai satu-satunya harapan dalam perombakan lingkup borjuis kapitalisme, industri dan komunisme.
Che, bukanlah pemimpin yang senang hidup nyaman, ia berjuang hanya karena “harus” berjuang. Ia melihat bagian dunia lain masih sengsara, ia ingin membebaskan dunia, tapi kadang-kadang manusia punya kenaifannya, mungkin di Kuba Revolusi menemukan momentum-nya, tapi tidak di dunia lain.
Che gagal di Kongo, Afrika begitu juga saat ia memasuki Bolivia, Che ditangkap tentara pemerintah Bolivia, ia mati dengan kepala ditembusi peluru, peluru penindasan……
Itulah Che, seorang pejuang abadi, seorang yang menolak kemapanan, memilih revolusi angkat bersenjata sebagai jalan hidupnya, seorang yang berkata kepada isterinya,
“Kuberikan kebebasanku pada dunia, tapi aku tak bisa membebaskan dunia, aku mencintaimu sekali lagi mencintaimu”.
Dan seorang bapak yang amat mencintai anaknya seperti surat yang ia kirimkan kepada anak sulungnya Hildita, di hari ulangtahun Hildita :
Anakku, kau musti berjuang menjadi yang terbaik di sekolah, terbaik dalam setiap pengertian, dan kau akan mengetahuinya kelak: belajar dan bersikaplah revolusioner.
Apa itu sikap revolusioner? Sikap itu adalah kelakuanmu yang baik, cintamu yang tulus pada revolusi, pada persamaan manusia, persaudaraan.
Aku sendiri tidak bersikap demikian disaat usiaku sama denganmu, aku hidup dalam masyarakat yang berbeda, masyarakat yang kolot dan berpaham sempit, ‘dimana manusia menjadi ancaman bagi manusia lainnya’. Tapi kau nak, hidup dalam masa yang indah, memiliki kemudahan hidup di jaman yang lain dari jaman bapak-mu, kau harus bersyukur soal itu.
Bermainlah dalam dunia kanak-kanakmu, bermainlah ke rumah tetanggamu untuk menyapa mereka dan ceritakan pada mereka bagaimana kelakuan baik seharusnya dijalankan. Dekati adikmu Aleidita, ajarkan bagaimana bertindak baik, yang butuh perhatian besar darimu, sebagai anak tertua.
Oke, Tuan Putri……Sekali lagi aku berharap hatimu mekar berbahagia di hari ulang tahunmu ini, Peluk mesra untuk ibumu dan Gina. Aku memelukmu, memeluk dengan keabadian, memeluk sebagai rasa cinta bapak kepada anaknya hingga akhirnya kita berpisah. Papamu, Che Guevara.@dbs/nov
abad.id-The Begandring Institute, sebuah divisi baru di bawah Perkumpulan Begandring Soerabaia, tancap gas. Divisi ini bertugas mensupply data yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan kegiatan Begandring. Salah satunya adalah kegiatan wisata sejarah, Surabaya Urban Track (Subtrack).
Secara umum Begandring Soerabaia dalam berkegiatan tidak lepas dari data dan sumber. Apalagi kegiatan kegiatan yang berbasis sejarah. Maka narasi narasi, yang dibangun, harus memiliki dasar. The Begandring Institute itulah yang bertugas menyediakan data data sebagai dasar narasi.
Subtrack Special Imlek di kawasan Pecinan Surabaya. Foto dok begandring
Misalnya, dalam kegiatan wisata sejarah Subtrack di kawasan Kampung Pecinan dalam rangka meramaikan Tahun Baru Imlek pada Minggu 22 Januari 2023, disajikan kemasan baru yang berbeda dari kegiatan serupa sebelumnya.
Biasanya the Walking Heritage Tour, Subtract, dinikmati sambil berjalan kaki menyusuri jalan dan lorong perkampungan. Yang tidak biasa adalah jika tour ini diselingi dengan kelas sejarah. Kelas sejarah adalah sesi presentasi melalui power point yang berisi tentang materi sejarah terkait dengan tema wisata sejarah yang disuguhkan. Presentasi power point ini bertempat di Rumah Abu Han di jalan Karet.
Melalui cara demikian, belajar sejarah menjadi lebih menyenangkan. Mereka bisa belajar sejarah sambil mengamati obyek obyek bersejarah terkait. Misalnya belajar sejarah tentang marga Han dan jejaknya langsung di Rumah Abu Han. Dengan begitu para pembelajar, yang tidak lain adalah para peserta tur, dapat melakukan pengamatan langsung terhadap benda benda yang menjadi saksi bisu keluarga Han.
Bagi pewaris keluarga Han, Robert Han dan Mega Tanuwijaya (istri), perpaduan model wisata dan belajar sejarah ini adalah wujud pelestarian dan pemanfaatan peninggalan sejarah. Peninggalan sejarah tidak hanya dipandang sebagai sebuah fisik obyek, tetapi ada nilai nilai di balik obyek bersejarah yang tidak kalah pentingnya.
Melintasi jaman di jalan Karet, jalan tertua di kawasan Pecinan Surabaya. Foto dok begandring
Bagi Robert Han menjaga dan melestarikan peninggalan leluhur adalah cost oriented tetapi ini adalah a long live cultural preservation oriented yang tidak hanya penting bagi keluarga, tetapi juga penting bagi peradaban kota Surabaya. Selama ini, semua effort baik materiil dan non materiil dilakukan oleh keluarga demi menjaga dan menghormati leluhur yang telah membuat tempat bagi keluarganya pada jamannya.
Karenanya Robert Han selalu mengajak anaknya Hubert ketika mengunjungi dan berfikir tentang rumah peninggalan leluhur di jalan Karet itu.
"Yang kami lakukan ini jelas bukan profit oriented, tapi cost oriented. Namun semua demi menghargai dan menghormati leluhur kami yang telah berbuat sedemikian rupa", jelas Robert ketika ditemui di Rumah Abu Han menjelang Hari Raya Imlek.
Rumah Abu Han tidak hanya wujud peninggalan fisik, tetapi di sana ada pesan pesan luhur dari nenek moyang kepada generasi Han kapan pun.
"Dirumah ini masih banyak pesan pesan yang kami belum tahu maknanya karena pesan pesan itu disampaikan dalam bahasa yang sangat puitis. Ada makna makna tersirat. Yang saya tau adalah pesan hormatilah orang tuamu dan kamu akan bahagia di masa depanmu", terang Robert.
Subtrack Special Imlek 2023
Kukuh Yudha Karnanta, dosen Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga (Unair), mengaku bahwa ia sudah pernah mengikuti wisata sejarah Subtrack beberapa kali sebelumnya dan kali ini memang berbeda.
Sesi kelas sejarah di Rumah Abu Han. Foto dok begandring
"Dengan adanya sesi presentasi dan diskusi interaktif dengan peserta, Subtrack menawarkan wisata sekaligus praktik aktivisme pemanfaatan warisan budaya dan sejarah kepada publik dengan cara yang elegan", jelas Kukuh.
Kukuh menambahkan bahwa sebagai giat wisata warisan sejarah dan budaya, peserta mendapatkan pengalaman berkesan bukan semata dari objek yang dikunjungi, namun dari interaksi antara sesama peserta maupun peserta dengan guidenya.
"Menariknya, seluruh informasi, itinerary, guide book, dan lain lain menggunakan arsip dan data yang sahih. Peserta seperti diajak menelusuri labirin masa lalu, dengan peta, kompas, serta navigator yang ulung dan bersahabat", imbuh Kukuh.
Subtrack Spesial dalam mengisi Tahun Baru Imlek ini diikuti oleh 35 peserta ditambah krew dan panitia pelaksana sekitar 15 orang.
Yuska Harimurti, salah seorang peserta, yang juga aktivis Gusdurian, mengaku bahwa Subtrack di kawasan Pecinan Surabaya ini memberi gambaran tentang masa masa mula Surabaya dengan nilai nilai kearifan lokal dan upaya dalam menjaga kearifan lokal itu sehingga Surabaya sekarang memiliki warna tersendiri diantara daerah daerah lainnya.
"Dari kawasan Pecinan ini kita bisa belajar dan mengenal bagaimana bangsa (kota) ini berproses dan menjaga dirinya sendiri. Ada yang tetap terjaga, ada juga yang sudah punah karena termakan zaman", kata Yuska.
Dari Subtrack di Pecinan, Yuska juga mengaku bahwa dirinya bisa melihat dan belajar bagaimana kota ini bermula dan bertumbuh. Kawasan Pecinan menjadi aset yang penting sebagai saksi bagaimana kota ini semakin bertumbuh.
Sementara peserta lainnya, Listya Damayanti mengatakan bahwa Subtrack selalu ngangeni.
"Subtrack bisa mendongeng sambil jalan jalan dan disisipi canda tawa hangat dan interaktif antara peserta dan pemandunya. Ini cara yang
menarik sekaligus seru untuk belajar sejarah. Pengalaman ini menambah kecintaan saya kepada Kota Surabaya khususnya, juga kepada Indonesia pada umumnya. Selain menambah wawasan saya, kegiatan ini menambah teman", kesan Listya yang sudah beberapa kali ikut Subtrack.
Tanggung Jawab Bersama
Sekarang, terhadap aset bersejarah yang ada tentu menjadi tanggungjawab bersama. Tidak hanya tanggung jawab dalam hal perlindungan, tapi juga pelestarian dan pemanfaatan agar keberadaannya semakin memberi nilai nilai tambah di bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, penelitian, kebudayaan dan pariwisata kota.
Ketika Rumah Abu Han tampil sebagai obyek bangunan cagar budaya yang terawat dengan baik dan bisa dimanfaatkan oleh publik, namun jika di sekitarnya (kiri dan kanan bangunan) terlihat kumuh dan apalagi membahayakan bagi Rumah Abu Han, maka perlu ada upaya bersama untuk mengamankan bangunan cagar budaya ini.
Menikmati lesehan di atas marmer Italia. Foto dok begandring
"Tolong sampaikan kepada pemerintah bahwa ada bangunan sebelah yang kosong, di sana ada balok balok yang rapuh yang membahayakan bagi Rumah Abu Han. Saya akan tangani, tapi ini masuk wilayah properti orang lain. Sementara kami tidak tau siapa pemiliknya", terang Robert yang berharap Pemerintah Kota bisa melakukan tindakan dalam hal penyelamatan aset yang bersejarah bagi kota Surabaya.
"Pemerintah tentu tau siapa pemiliknya, dan jika tidak jelas serta tidak ada respon dari pemiliknya, maka pemkot bisa melakukan tindakan preventif untuk melindungi aset bersama, yaitu Rumah Abu Han", tambah Robert.
Lestari, termanfaatkan dan aman menjadi unsur keberlangsungan kegiatan bagi semua. Diantaranya adalah kegiatan wisata sejarah di Rumah Abu Han. Beragam pengunjung sudah masuk ke Rumah Abu Han ini dan akan semakin banyak lagi pengunjung seiring dengan program pemerintah kota Surabaya yang mengembangan kawasan Pecinan sebagai kawasan wisata sejarah kota Surabaya.
Wisata jalan jalan Subtrack Special Imlek 2023 di kawasan Pecinan Surabaya ini mengunjungi beberapa spot peradaban penting. Acara ini diawali dari Klenteng Hok An Kiong di jalan Coklat, kemudian berjalan ke bekas Kuburan Pecinan, Bong, yang saat ini telah berubah manjadi pasar. Namanya Pasar Bong.
Dari sana perjalanan dilanjutkan ke jalan Kembang Jepun yang dikenal sebagai pusat perdagangan dari jaman ke jaman. Di sana Subtrack memasuki gedung kolonial yang dulu adalah sebuah bank. Uni Bank. Kini ditempati harian Radar Surabaya.
Selanjutnya Subtrack menyisir Jalan Karet, jalan tertua di kawasan Pecinan. Letaknya ditepian sungai Kalimas yang dikenal sebagai jalur urat nadi perekonomian, perdagangan, perhubungan dan pembangunan kala itu. Di jalan Karet inilah, Subtrack mengunjungi rumah rumah peradaban kuno etnis Pecinan. Ada Rumah Abu Han, The dan Tjoa.
Kunjungan terakhir adalah klenteng Hok An Kiong di pojokan jalan Coklat dan Slompretan. Di sana peserta langsung menyaksikan aktivitas perayaan Imlek. (nng/pul)
Penulis : Nanang Purwono
Pameran Foto Membuka Wadah Kreativitas dan Ekonomi Kreatif
Penulis : Nanang Purwono
Gelaran Pameran Foto yang diselingi oleh serangkaian kegiatan pendukung dalam rangkaian Road to Gala Premier film Soera ing Baja, Gemuruh Revolusi '45, menjadi ajang pengembang potensi diri, kreativitas dan ekonomi kreatif. Pameran ini berlangsung di Basement Balai Pemuda Surabaya mulai 4 sampai 18 Desember 2022.
Dalam pameran ini ditampilkan 90 lembar foto, yang sebagian dalam ukuran poster. Pemasangan poster dan foto foto nya dibuat sedemikian rupa seolah menghadirkan suasana ruang tunggu di gedong bioskop. Apalagi di tengah ruangan dipasang layar monitor LCD yang menayangkan filler film "Soera ing Baja".
Foto foto nya menyajikan suasana kegiatan di balik layar (Behind the Scene), frame yang sesuai dengan frame foto dokumen serta foto foto dokumen dari beberapa sumber. Adapun sumber terkini adalah para fotografer yang mengikuti dan mendokumentasikan jalannya proses produksi film. Para fotografer ini adalah Hengky Purwoko, Ithok dan Andre Arisotya.
Menurut kurator pameran foto, Yayan Indrayana yang juga pegiat dari Komunitas Begandring Soerabaia, sebetulnya ada lebih dari seribu foto foto hasil jepretan para fotografer, namun dari semua itu dipilih yang terbaik dari yang terbaik. Akhirnya terseleksi sekitar 100 foto.
Pemberdayaan Komunitas
Selama pameran, mulai dari 4 hingga 18 Desember 2022, ajang pameran ini menjadi media pembelajaran baik bagi pengunjung, maupun panitia. Panitia ini adalah gabungan dari unsur komunitas sejarah dan mahasiswa Unair. Ada Reenactor Djawa Timoer, Reenactor Jombang, Reenactor Mojokerto, Bangiler, Reenactor Bali yang dikoordinir oleh Begandring Soerabaia.
Mereka selama pameran terlibat sebagai pemandu pamer. Setiap hari ada jadwal tugas sebagai pemandu pameran. Ada dua shift setiap hari: pagi-siang dan sore-malam. Dengan berpakaian lengkap seperti yang digunakan oleh pelaku sejarah pertempuran Surabaya baik dari pihak Republik maupun pihak Sekutu, mereka dengan aktif melayani pengunjung dengan memberikan penjelasan di seputar foto dan kegiatan pembuatan film termasuk tentang isi film yang berjudul Soera ing Baja.
Selain dari komunitas sejarah, para pemandu pameran ini juga berasal dari Fakultas Fisip dan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga. Adalah Bagas dari Fisip Unair yang ikut tampil sebagai pemandu. Ia berpakaian seorang perwira Jepang. Baginya bisa terlibat dalam kegiatan kesejarahan ini menjadi ajang aktualisasi hobi dan passion.
"Saya bisa berinteraksi dengan pengunjung dan berbagi cerita sejarah kota Pahlawan Surabaya", ujar mahasiswa Fisip jurusan Hubungan Internasional ini. Ia menambahkan bahwa ada tiga mahasiswa Fisip Unair yang ikut kegiatan edukasi bersama Begandring Soerabaia.
Sementara itu Jihan, mahasiswi dari Fakultas Ilmu Budaya, Unair yang juga menjadi relawan pemandu pameran mengatakan bahwa ia mendapat wadah pembelajaran di luar kuliah.
Tidak hanya mereka berdua yang mengakui bahwa pameran ini menjadi ajang aktualisasi diri. Secara konstruktif dan tematik, mereka berlatih berinteraksi dengan publik dan berdiskusi sesuai tema pameran.
Ada juga relawan relawan dari komunitas reenactment yang menjadi pemandu. Bagi mereka kesempatan ini adalah momen untuk bisa berbagi pengetahuan tentang sejarah Pertempuran Surabaya kepada orang lain.
Dari pengamatan media ini, pameran dengan kegiatan kegiatan pendukungnya memberi peluang bagi mereka untuk mengembangkan kemampuan dan meningkatkan kapasitas diri di bidang kesejarahan kota Surabaya.
Tidak cuma kegiatan kepemanduan yang berlangsung harian, ada juga yang dijadwal secara insidentil seperti seminar. Pada 7 Desember diselenggarakan seminar tentang pakaian dalam peristiwa Pertempuran Surabaya. Kemudian pada 10 Desember digelar teatrikal reka ulang komando Keramat dan diskusi peristiwa asli dalam potongan film. Pada kegiatan insidentil terakhir, 15 Desember, diselenggarakan diskusi Behind the Scene film Soera ing Baja. Semua pengunjung pada acara acara itu bisa menjadi audience acara.
Tidak ketinggalan, ajang pameran ini juga menjadi wadah ekonomi kreatif dari para pegiat sejarah. Adalah Dedy "Kopral" Risdianto yang membuka atraksi produksi aksesoris berbahan kulit.
"Berawal dari hoby yang bersifat vintage dan historis, saya memulai membuat aksesoris yang dibutuhkan kawan kawan dalam beraktivitas. Awalnya dalam paguyuban sepeda onthel dimana banyak aksesoris yang dibutuhkan terbuat dari kulit. Saat itu saya mulai berkreasi membuat kerajinan aksesoris dari bahan kulit", cerita Dedy yang kini kegiatan itu menjadi sandaran hidupnya.
Banyak pesanan yang datang dari luar kota seperti Bandung, Bogor dan Jakarta. Bahkan pada malam kegiatan di ajang pameran pada Rabo, 7 Desember 2022, ada pemesan dari Bangil yang datang untuk mengambil pesanan.
Ajang atraksi produksi kerajinan dari kulit seperti sarung sangkur, pedang, peluru, ikat pinggang dan lain lain ikut meramaikan kegiatan pameran foto.
"Biasanya saya mengerjakan di rumah. Sekarang ada momen, saya mengerjakan di ajang pameran. Ke depan wadah komunitas Begandring ini berpotensi sebagai etalase berkreasi secara publik", pungkas Dedy Risdianto yang melabeli produknya DrCreation. (nng/pul)
Dengan dibantu warga lokal, Tim SAR dan TNI berusaha mengumpulkan korban tewas. Medan yang sulit membuat proses evakuasi berjalan sangat lambat. Foto 30 Tahun Indonesia Merdeka
abad.id-Tim penyelamat dan warga sipil Nepal sedang berkumpul di sekitar puing-puing pesawat Yeti Airlines yang jatuh di Pokhara, Minggu (15/1/2023). Pihak berwenang di Nepal memastikan, 68 orang tewas setelah pesawat yang mengangkut 72 orang itu jatuh ke jurang. Pesawat ATR 72-500 bermesin ganda dengan penerbangan domestik dari Kathmandu ke Pokhara mengangkut penumpang lokal, lima orang India, empat orang Rusia, satu orang Irlandia, dua orang Korea Selatan, satu orang Australia, satu orang Perancis, dan satu orang Argentina. Di antara para penumpang terdapat tiga bayi dan tiga anak.
Tragedi ini merupakan kecelakaan udara terburuk dalam 30 tahun terakhir di Nepal. Jaringan Keselamatan Penerbangan menunjukkan, tragedi pesawat jatuh di Nepal merupakan kecelakaan udara paling mematikan sejak 1992. Saat itu pesawat Airbus A300 Pakistan International Airlines jatuh ke lereng bukit saat mendekati Kathmandu, menewaskan semua 167 orang di dalamnya. Kemudian peristiwa tahun 2000, hampir 350 orang menjadi korban tewas dalam berbagai kecelakaan udara di Nepal, akibat perubahan cuaca yang tiba-tiba dapat menyebabkan kondisi berbahaya. Sedangkan saat kecelakaan pesawat Yeti Airlines ini, udara cuaca sedang carah. Sehingga banyak pihak ingin tahu penyebab kecelakaan yang sebenarnya dari kotak hitam.
Sebenarnya peristiwa pesawat jatuh di negara yang sedang berkembang bukan barang baru. Banyak aspek yang menjadi penyebab, mulai rendahnya pengawasan terhadap aspek keselamataan penerbangan, usia pesawat, pengaruh medan dan jarak tempuh serta regulasi internal di perusahaan maskapai.
Di Indonesia hampir tiap tahun terjadi kecelakaan pesawat hingga menyebabkan banyak korban jiwa. Pada 16 Januari 2002 misalnya, peristiwa pesawat Garuda Indonesia penerbangan 421 yang terbang dari Ampenan menuju Yogyakarta, jatuh di Sungai Bengawan Solo. Kecelakaan ini menewaskan seorang awak, sementara 54 penumpang dan 5 awak lainnya selamat. Peristiwa tragis lainnya hilangnya pesawat Air Asia QZ8501 pada awal tahun 2014. Serta kejadian di tahun yang sama masih melibatkan negara Malaysia pada 8 Maret, yaitu hilangnya Malaysia Airlines MH370 yang sampai saat ini masih menjadi misteri. Serta insiden Malaysia Airlines MH17 yang ditembak jatuh di Ukraina pada 17 Juli 2014.
Sementara itu bagi orang bali, peristiwa kecelakaan pesawat registrasi N446PA Boeing 707 Pan American World yang menabrak pada 22 April 1974 akan selalu diingat. Pesawat PANAM menabrak gunung, lima menit menjelang mendarat di bandar udara Ngurah Rai.
Sebenanya sejak dulu pulau Bali memiliki daya magnet bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. Selain melalui jalur darat menyebrang melalui Selat Bali, menuju pulau dewata itu bisa menggunakan jalur udara. Salah satu yang mememiliki jadwal penerbangan ke Bali yaitu PANAM Perusahaan Penerbangan milik Amerika Serikat.
Saat hendak mendarat pukul 12.23 waktu Bali, PANAM Flight 812 sedang dalam final approaching . Pesawat dilaporkan berada di ketinggian 2.500 kaki. Menara Bali di Bandara Ngurah Rai memberikan instruksi untuk melanjutkan final approaching dan melaporkan ketika landasan sudah terlihat.
Meskipun keadaan lapangan yang sulit, petugas akhirnya menemukan titik lokasi jatuhnya pesawat PANAM. Foto 30 Tahun Indonesia Merdeka
Kapten Zinke tidak menemui kesulitan dalam prosedur pendekatan ke Bandara Ngurah Rai. Prosedur tersebut menyatakan bahwa sebelum mereka dapat mendarat di bandara, penerbangan harus mempertahankan ketinggian 12.000 kaki dan kemudian mereka harus melaksanakan prosedur penurunan ADF secara penuh.
Pilot Zinke menyadari ada daerah pegunungan di utara bandara. Maka jika penerbangan level 120 pasti membebaskan mereka dari jaur pegunungan. Awak kemudian memberi tahu pengontrol ETA Flight 812, dan menyatakan niat untuk berbelok ke kanan dalam jarak 25 mil dari suar untuk trek keluar pada 261 derajat, turun hingga 1.500 kaki, diikuti prosedur untuk membalikkan air. pendekatan terakhir di Runway 09.
Penunjuk ADF menunjuk ke arah NDB (non-directional beacon). Pada 15:18 UTC, awak pesawat memperhatikan bahwa ADF nomor satu "berayun" sedangkan ADF nomor dua tetap stabil.
Beberapa detik kemudian, awak pesawat Flight 812 melapor ke Bali Control bahwa dia berada di atas stasiun dan keluar untuk turun ke level penerbangan 120. Pemberitahuan itu diakui oleh Bali Control. Maka Flight 812 diinstruksikan untuk pindah ke Menara Bali. Setelah menjalin kontak dengan Menara Bali, Flight 812 melaporkan bahwa mereka melakukan prosedur keluar di level penerbangan 110 dan meminta ketinggian yang lebih rendah. Mereka kemudian diizinkan untuk ketinggian yang lebih rendah. Awak Flight 812 kemudian memutuskan untuk melakukan belokan kanan awal pada 263 derajat. Kemudian Flight 812 membalas, "Check inbound". Pada pukul 15:26 UTC, pilot-in-command meminta visibilitas dengan memanggil, "Menara kontrol Bali, bagaimana dengan visibilitas di luar saat ini?"
Namun apa yang terjadi, rupanya transkripsi perekam suara Air Traffic Control menyatakan , ternyata panggilan ini tidak pernah ada kelanjutan. Rupanya ini pesan terakhir yang dikirimkan pesawat PANAM. Seketika petugas menara Bali langsung melakukan langkah-langkah. Pertama terus berusaha menghubungi pesawat dengan meneriakkan, "Clipper delapan satu dua, Menara Bali", dan "Clipper delapan satu dua, Menara Bali, apakah pesan diterima?". Namun, tidak ada jawaban yang diterima, semuanya telah hening. Menara Bali kehilangan kontak dengan pesawat dan menyatakan bahwa pesawat hilang.
Tidak lama kemudian, ada kabar pesawat mengalami nahas menabrak daerah pegunungan. Lokasi kecelakaan sekitar 42,5 mil laut (48,9 mi; 78,7 km) barat laut Bandara Internasional Ngurah Rai, tepatnya di Desa Tinga-Tinga Buleleng Bali.
Melihat posisi pesawat yang sangat sulit berada di tebing gunung, tim evakuasi dan SAR mendatangkan pasukan terjun payung. tim SAR menemukan pesawat menabrak gunung sekitar 37 mil barat laut dari bandara Bali. Puing-puing ditemukan dua warga desa setempat. Mereka melaporkan bahwa tidak ada yang selamat. Seluruh penumpang, 107 orang tewas bersama kru pesawat.
Evakuasi jenazah segera dilakukan, namun terhambat akibat medan lokasi yang sangat sulit. Maka tim SAR terpaksa membatalkan proses evakuasi lewat udara. Seorang perwira TNI yang terlibat dalam langkah SAR menyatakan, medan yang sulit membutuhkan waktu 4 hari untuk melakukan operasi penyelamatan. Maka proses evakuasi baru bisa dimulai pada 26 April, dan langsung menemukan 43 jenazah yang hangus terbakar.
Rincian manifes pesawat 96 penumpang dari sembilan negara, 70 penumpang menuju Bali, 24 orang transit Bali menuju Sydney, dan dua penumpang menuju Nadi. Penumpang yang menuju Bali semuanya wisatwan yang hendak berlibur. Sedangkan krue pesawat terdiri pilot Kapten Donald Zinke (52) mengantongi jam terbang total 18.247 jam termasuk 7.192 jam di pesawat Boeing 707/720. Co-pilotnya Perwira Pertama John Schroeder. Dia memegang peringkat Boeing 707 yang valid dan memiliki total jam terbang 6.312 jam termasuk 4.776 jam di pesawat Boeing 707/720. Pilot lainnya Melvin Pratt, memegang lisensi pilot komersial yang valid dan peringkat instrumen saat itu. Pada saat kecelakaan itu dia telah terbang total 4.255 jam termasuk 3.964 jam di pesawat Boeing 707/720. Anggota kru kokpit lainnya insinyur penerbangan Timothy Crowley dan insinyur penerbangan Edward Keating.
Pesawat yang membawa 107 penumpang jatuh di sebuah tempat yang belum pernah dijamah manusia dan hanya menyisakan puing-puing kecil. Foto 30 tahun Indonesia Merdeka
Langkah dari pihak pemerintah Amerika Serikat segera mengirim FBI dan mendirikan crisis centre di sebuah hanggar. Black box penerbangan ditemukan pada 16 Juli dan perekam suara kokpit ditemukan pada 18 Juli 1974. CVR ditemukan dalam kondisi baik, sedangkan FDR mengalami beberapa kerusakan pada bagian luarnya karena kecelakaan. sedangkan pemeriksaan rongsokan puing pesawat 812 menyimpulkan bahwa pesawat tidak pecah dalam penerbangan, karena puing-puing pesawat terkonsentrasi di area tertentu, bukan tersebar. NTSB tidak menemukan kerusakan mesin, dan tidak menemukan bukti yang menunjukkan pesawat itu tidak layak terbang.
Penerbangan PANAM Flight 812 ini merupakan penerbangan 707 ketiga yang hilang di Pasifik dalam waktu kurang dari setahun setelah PANAM Flight 806 di Pago Pago pada 30 Januari 1974, dan PANAM Flight 816 di Papeete pada 22 Juli 1973. Setelah kecelakaan itu, PANAM mengusulkan ke Manajemen untuk membangun Sumber Daya Kru. Penerbangan 812 adalah 707 terakhir yang hilang setelah peningkatan keselamatan. Serta setelah kecelakaan itu, PANAM menghentikan penerbangan HongKong ke Sydney melalui Bali. (pul)
Abad.id Seorang pria paruh baya lunglai setelah dihujani peluru. Tak lama setelahnya, dia menghembuskan nafas terakhirnya. Peluru-peluru tersebut telah mengakhiri kisah perjuangannya melawan kapitalis.
Tepat 9 Oktober 1967, Che Guevara tewas setelah peluru menghujam tubuhnya. Tokoh revolusioner ini meninggal dunia oleh hukuman tembak setelah sehari sebelumnya ditangkap tentara Bolivia.
Sejak itu nama Che Guevara terus terkenang hingga kini. Sebagian orang mengingatnya sebagai pemberontak, namun sebagian besar lainnya menganggapnya sebagai pahlawan. Kisah perjuangannya akan selaku dikenang.
Che Guevara akan selalu dianggap sebagai pejuang revolusi Marxis di Argentina. Lelaki ini terlahir pada 14 Juni 1928 dengan nama Ernesto Guevara Lynch de La Serna. Dia lahir di Rosario, kota terbesar di provinsi Santa Fe, di pusat Argentina (300 km barat laut dari Buenos Aires).
Sejak usia dua tahun, anak dari keluarga berdarah campuran Irlandia, Basque dan Spanyol menderita penyakit asma akut. Kondisi kesehatan Che yang demikian membuat orangtuanya mencari daerah yang lebih kering. Mereka ingin Che sehat dan daerah yang dipilihnya adalah Alta Gracia (Córdoba). Sayangnya kesehatan Che tak mengalami perubahan yang berarti.
Che lahir dari keluarga kaya, awalnya ia tak berminat di bidang politik, seluruh pikirannya hanya terpusat pada penyakitnya ‘asma’. Ia sangat tersiksa dengan penyakitnya ini, ia terus mencari tahu informasi tentang penyembuhan penyakitnya.
Hobi membacanya tumbuh karena ibunya Celia de la Serna, amat berminat di bidang sastra, ia ingin anaknya menyukai membaca, Celia tak hanya mengajari anaknya tentang huruf, ia mengajari kosa kata yang hidup, dari ibunya-lah pertama kali Che, mengenali bahwa ‘dibalik aksara’ ada kehidupan.
Karena itulah ia banyak membaca literatur tokoh dunia di perpustakaannya. Di umur 12 tahun ia suka sekali berkutat di ruang perpustakaan ayahnya. Dan ada satu buku yang amat menarik, sebuah buku berbahasa Spanyol terjemahan dari bahasa Jerman. Judulnya ‘Das Kapital’ karangan Karl Marx.
Ia menggeluti buku ini, ia mendefinisikan kemanusiaan, ia mendefinisikan bagaimana komoditi kemudian berkembang bukan sebagai ‘alat yang memudahkan manusia’ tapi sebagai alat penindasan–manusia terasingkan oleh kehidupannya.
Minat baca yang demikian tinggi telah menjadikannya seorang pemuda yang cerdas dan mengetahui tokoh-tokoh revolusioner dunia seperti Karl Marx, Engels, dan Sigmund Freud.
Untuk melanjutkan tingkat pendidikan dasarnya, Che kemudian dimasukan ke sekolah menengah pertama Colegio Nacional Deán Funes di Cordoba (1941). Di sekolah ini mendapat predikat terbaik untuk bidang sastra dan olahraga.
Terjunnya Che ke kancah perjuangan rakyat berawal saat dirinya melihat para pengungsi perang sipil Spanyol akibat rentetan krisis politik di Argentina. Krisis yang kemudian semakin memuncak di bawah pemerintahan diktator fasis Juan Peron.
Kondisi ini membuat hati Che tergerak untuk melakukan perlawanan. Terlebih, Juan Peron merupakan pemimpin yang paling ditentangnya.
Sebagai wujud perlawanan pertamanya terhadap pemerintah fasis, Che mengangkatnya dalam sebuah karya sastra, pantomin.
Dia menuangkan kebencian akan politisi militer dan kaum kapitalis di sebuah pertunjukan pantomin Demokrasi di parlemen.
Namun, Che masih terlalu muda untuk terjun langsung ke dunia politik dan memimpin rekan-rekannya untuk melawan kapitalisme. Karenanya Che muda tidak bergabung dalam gerakan pelajar revolusioner.
Minat politiknya saat itu masih sangat sedikit. Dan itu dipelajarinya saat dia menuntut ilmu kedokteran di Universitas Buenos Aires, (1947).
Che memilih dunia kedokteran karena ingin mempelajari penyakit yang dideritanya sejak kecil. Namun, sayangnya dia justru tertarik pada penyakit kusta.
Perjalanan ke Beberapa Negara
Usianya telah memasuki 21 tahun. Che muda memutuskan untuk melakukan perjalanan panjang menjelajahi Argentina Utara pada 1949. Dengan menggunakan sepeda motor, Che mulai menelusuri desa-desa dan kota-kota terpencil dan terpelosok di Argentina Utara.
Ia mengajak kawannya Alberto Granado keliling Argentina. Semua hutan dimasukinya, melewati sungai, melihat perkampungan-perkampungan yang tak terlihat dengan motornya. Ia menaiki rakit dan berjalan terus menantang sinar matahari, dan tangannya mencoba meraih bulan di angkasa, hatinya penuh, ia bergembira sekaligus bertanya ‘kemanusiaan, kemanusiaan…’.
Ya, Che, menemukan kebahagiaan di atas tunggangannya, kuda besi dan dengan buku berlapis kulit ia mencatat seluruh yang ia lihat, orang miskin, para Indian yang terpinggirkan, mereka yang terlupakan, mereka yang harus berkutat dengan kehidupan, seluruh dari mereka yang tak bebas dan harus dibebaskan.
Dari situlah Che menyadari betapa sulitnya hidup di negara yang dipimpin oleh kaum kapitalis. Dalam perjalanannya, Che bersentuhan langsung dengan orang miskin dan sisa suku Indian.
Pengalaman dan pemikirannya dalam dunia politik mulai berkembang. Setelah menempuh ujian pertengahan semester, Che melanjutkan perjalanan panjangnya menjelajah Argentina dan beberapa negara Amerika Selatan lainnya pada 1951. Pada perjalanan keduanya, Che bersama seorang teman.
Dalam perjalanannya tersebut, dia bertemu dengan Salvador Allende saat berada di Chili dan di Peru. Dia bekerja sama selama beberapa minggu di Leprasorium San Pablo. Kala berada di Kolombia, Che dapat merasakan bagaimana hebatnya La Violencia (perang sipil) yang terjadi pada 1948-1958.
Che Guevara dikenal sebagai pribadi yang sederhana. Foto: ist
Namun kala berada di Venezuela, dia ditangkap tetapi dilepaskan kembali. Setelah itu dia mengunjungi Miami.
Kisah perjalanan Che ini kemudian diterbitkan dalam sebuah buku dengan judul The Motorcycle Diaries, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris pada 1996 dan kemudian difilmkan dengan judul yang sama pada 2004.
Setelah melakukan perjalanan panjang, Che kembali ke daerah asalnya.Namun, kehidupannya sebagai spesialis penyakit kulit tak membuatnya bahagia. Saat berada dalam masa revolusi nasional, Che kemudian pergi ke La Paz, Bolivia. Namun, dia justru dituduh sebagai seorang oportunis.
Tak berlama-lama berada di Bolivia, Che kemudian melanjutkan perjalanannya ke Guatemala. Kala itu Guatemala dipimpin oleh Presiden Jacobo Arbenz Guzman yang merupakan seorang sosialis. Meski sepaham, Che tidak serta merta bergabung dengan Partai Komunis pimpinan Jacobo. Karena itulah dia ditolak untuk menjadi tenaga medis pemerintah.
Che pun kemudian terpuruk dalam kemiskinan. Untuk mnyambung hidupnya dia memilih bertahan hidup dengan menjadi seorang penulis arkeologi tentang reruntuhan Indian Maya dan Inca.
Yakin Revolusi Menang
Guatemala menjadi awal perjalanan karirnya di dunia politik. Selama berada di Guatemala dan menjadi penulis arkeologi, Che lalu berkenalan dengan Hilda Gadea, penganut paham Marxis keturunan Indian lulusan pendidikan politik. Bahkan mereka pun tinggal bersama.
Perjalanan politiknya dimulai. Kepada Che, Hilda kemudian mengenalkannya dengan Nico Lopez, salah satu Letnan Fidel Castro. Che lantas banyak belajar tentang revolusi. Dia melihat dan memperhatikan cara kerja CIA sebagai agen kontrarevolusi.
Dari situlah keyakinannya akan kemenangan sebuah revolusi harus dilakukan dengan jaminan persenjataan.
Perjalanan politiknya di Guatemala berakhir, ketika Presiden Arbenz turun jabatan, Che lantas hijrah ke Kota Meksiko (September 1954) dan bekerja di rumah sakit umum. Demikian pula dengan Hilda Gadea dan Nico Lopez yang mengikuti Che ke Meksiko.
Rupanya Meksiko membawa perubahan besar dalam perjalanan hidup dari karir politiknya. Che bertemu dengan tokoh revolusioner Raul Castro dan Fidel Castro.
Che yakin Fidel Castro adalah sosok pemimpin yang patut diikutinya. Che pun memutuskan bergabung dengan pengikut Castro.
Bersama pengikut lainnya, dia dilatih perang gerilya oleh kapten tentara Republik Spanyol Alberto Bayo. Alberto Bayo juga merupakan seorang penulis buku Ciento cincuenta preguntas a un guerilleo (Seratus lima puluh pertanyaan kepada seorang gerilyawan) di Havana, tahun 1959.
Bayo tidak hanya mengajarkan pengalaman pribadinya tetapi juga ajaran Mao Ze Dong. Kecerdasan Che membuat Bayo kagum dan menjadikannya murid kesayangan. Che pun ditunjuk sebagai pemimpin.
Pada Juni 1956, Che dan pasukannya menyerbu Kuba. Dalam penyerbuan Che diangkat menjadi komandan tentara revolusioner Barbutos.
Kepemimpinan Che semakin disegani. Che dinilai sebagai seorang pemimpin yang berdisiplin tinggi. Dia kerap menembak mati anggotanya yang ceroboh dan bisa membahayakan perjuangan demi melawan presiden Batista.
Revolusi pun dimenangkan. Che pun mendapat penghargaan sebagai orang kedua di bawah Fidel Castro untuk memimpin Kuba. Dalam pemerintahan ini, Che bertanggung jawab menggiring Castro ke komunisme merdeka bukan komunisme ortodoks.
Dalam perjalanannya menuju komunisme merdeka, Che memimpin Instituto Nacional de la Forma Agraria dan kemudian menyusun hukum agraria.
Dalam hukum agraria besutan Che, pemerintah menyita tanah-tanah milik kaum feodal (tuan tanah), mendirikan Departemen Industri dan ditunjuk sebagai Presiden Bank Nasional Kuba dan menggusur orang orang komunis dari pemerintahan serta pos-pos strategis.
Ia bertindak keras melawan dua ekonom Perancis yang beraliran Marxis yang dimintai nasehatnya oleh Fidel Castro dan yang menginginkan Che bertindak lebih perlahan. Che pula yang melawan para penasihat Uni Soviet.
Dia mengantarkan perekonomian Kuba begitu cepat ke komunisme total, menggandakan panen dan mendiversifikasikan produksi yang ia hancurkan secara temporer.
Che dan Indonesia
Setelah menjadi salah satu pemimpin di Kuba, Che melepas lanjang. Dia mempersunting Aledia March pada 1959. Tiga bulan setelah itu atau tepatnya 12 Juni 1959, Castro mengutusnya untuk mengunjungi 14 negara Asia.
Negara-negara yang dikunjungi kebanyakan peserta Konferensi Asia Afrika di Bandung 1955. Salah satunya Indonesia.
Che berkunjung ke Jakarta dan menyempatkan diri ke Borobudur. Aksi kunjungan Che dibalas oleh Soekarno. Presiden pertama Indonesia itu melakukan kunjungan balasan ke Kuba setahun kemudian atau tepatnya 13 Mei 1960.
Che Guevara bersama idolanya Bung Karno. Foto: ist
Setibanya di Bandara Jose Marti, Havana, Soekarno disambut oleh Presiden Kuba Fidel Castro dan Che Guevara.
Usai mengunjungi 14 negara Asia, Che diangkat menjadi Menteri Perindustrian. Setelah menjabat, pada Februari 1960, Che menandatangani pakta perdagangan dengan Uni Soviet dan melepaskan industri gula Kuba pada ketergantungan pasar Amerika.
Che yakin perjuangannya akan membawa keberhasilan bagi revolusi Kuba. “Tidaklah penting menunggu sampai kondisi yang memungkinkan sebuah revolusi terwujud sebab fokus instruksional dapat mewujudkannya,” ucap Che sesuai dengan ajaran Mao Ze Dong.
Che percaya daerah pasti membawa revolusi ke kota yang sebagian besar penduduknya adalah petani.
Namun, aksinya itu justru mendatangkan petaka. Pada acara Solidaritas Asia-Afrika di Aljazair (Februari 1965), Che menuduh Uni Soviet sebagai kaki tangan imperialisme. Ia juga menyerang pemerintahan Soviet atas kebijakan hidup bertetangga dan juga atas Revisionisme.
Sebagai wujud pertentangannya dengan Uni Soviet, Che mengadakan konferensi Tiga Benua. Tujuannya konferensi tersebut adalah merealisasikan program revolusioner, pemberontakan, kerjasama gerilya dari Afrika, Asia dan Amerika Selatan.
Sikap Che yang tidak kenal kompromi pada negara kapitalis mendorong negara-negara komunis meminta Castro memberhentikan Che. Akhirnya pada 1965, Che diberhentikan.
Che pun terbang ke Kongo, Afrika. Namun dia dikabarkan telah tewas. Target Che di Kongo adalah mengadakan survei akan kemungkinan mengubah pemberontakan Kinshasa menjadi sebuah revolusi komunis dengan taktik gerilya Kuba. Untuk menerapkan taktiknya dia mengirim 120 orang Kuba ke Kongo.
Sayangnya, niatnya tak semulus kenyataan. Che dan pasukannya gagal di Kongo. Mereka sia-sia saja melawan kekejaman Belgia. Che pun pada 1965, meminta Castro untuk menarik mundur bantuan dari Kuba.
Penghargaan Melawan Kapitalisme
Perjalanan panjang Che Guevara berakhir pada 9 Oktober 1967. Dia bergerilya ke Bolivia. Namun malang, Che ditangkap oleh tentara Bolivia pada 8 Oktober 1967. Sehari setelah penangkapan, Che mendapat hukuman tembak.
Berita kematian Che pun lantas tersebar. Berbagai penghormatan atas kegigihannya melawan kapitalisme mendapat apresiasi dari berbagai kalangan.
Berbagai tokoh sastra, musik dan seni telah mempersembahkan komposisinya kepada Che Guevara. Penyair Chili Pablo Neruda mempersembahkan kepadanya puisi Tristeza en la Muerte de unHéroe (Kesedihan karena kematian seorang pahlawan) dalam karyanya Fin del Mundo (Akhir dunia) pada 1969.
Pengarang Uruguay, Mario Benedetti menerbitkan pada 1967 serangkaian puisi yang dipersembahkan kepadanya dengan judul A Ras del Sueño (Pada tingkat impian). Penyanyi Carlos Puebla mempersembahkan sebuah lagu Hasta Siempre Comandante Che Guevara (Untuk selamanya komandan Che Guevara) dan Los Fabulosos Cadillacs, Gallo Rojo (Ayam jantan merah), yang muncul dalam album El León (Singa) pada 1991.
Pada 12 Juli 1997, jenazahnya dikuburkan kembali dengan upacara kemiliteran di Santa Clara di provinsi Las Villas, di mana Guevara mengalami kemenangan dalam pertempuran ketika revolusi Kuba.
Che menjadi legenda. Ia dikenang karena kehebatannya dalam memimpin sebuah revolusi. Ia juga idola para pejuang revolusi dan bahkan kaum muda generasi 1960-1970 atas tindakan revolusi yang berani yang tampak oleh jutaan orang muda sebagai satu-satunya harapan dalam perombakan lingkup borjuis kapitalisme, industri dan komunisme.
Che, bukanlah pemimpin yang senang hidup nyaman, ia berjuang hanya karena “harus” berjuang. Ia melihat bagian dunia lain masih sengsara, ia ingin membebaskan dunia, tapi kadang-kadang manusia punya kenaifannya, mungkin di Kuba Revolusi menemukan momentum-nya, tapi tidak di dunia lain.
Che gagal di Kongo, Afrika begitu juga saat ia memasuki Bolivia, Che ditangkap tentara pemerintah Bolivia, ia mati dengan kepala ditembusi peluru, peluru penindasan……
Itulah Che, seorang pejuang abadi, seorang yang menolak kemapanan, memilih revolusi angkat bersenjata sebagai jalan hidupnya, seorang yang berkata kepada isterinya,
“Kuberikan kebebasanku pada dunia, tapi aku tak bisa membebaskan dunia, aku mencintaimu sekali lagi mencintaimu”.
Dan seorang bapak yang amat mencintai anaknya seperti surat yang ia kirimkan kepada anak sulungnya Hildita, di hari ulangtahun Hildita :
Anakku, kau musti berjuang menjadi yang terbaik di sekolah, terbaik dalam setiap pengertian, dan kau akan mengetahuinya kelak: belajar dan bersikaplah revolusioner.
Apa itu sikap revolusioner? Sikap itu adalah kelakuanmu yang baik, cintamu yang tulus pada revolusi, pada persamaan manusia, persaudaraan.
Aku sendiri tidak bersikap demikian disaat usiaku sama denganmu, aku hidup dalam masyarakat yang berbeda, masyarakat yang kolot dan berpaham sempit, ‘dimana manusia menjadi ancaman bagi manusia lainnya’. Tapi kau nak, hidup dalam masa yang indah, memiliki kemudahan hidup di jaman yang lain dari jaman bapak-mu, kau harus bersyukur soal itu.
Bermainlah dalam dunia kanak-kanakmu, bermainlah ke rumah tetanggamu untuk menyapa mereka dan ceritakan pada mereka bagaimana kelakuan baik seharusnya dijalankan. Dekati adikmu Aleidita, ajarkan bagaimana bertindak baik, yang butuh perhatian besar darimu, sebagai anak tertua.
Oke, Tuan Putri……Sekali lagi aku berharap hatimu mekar berbahagia di hari ulang tahunmu ini, Peluk mesra untuk ibumu dan Gina. Aku memelukmu, memeluk dengan keabadian, memeluk sebagai rasa cinta bapak kepada anaknya hingga akhirnya kita berpisah. Papamu, Che Guevara.@dbs/nov
abad.id-The Begandring Institute, sebuah divisi baru di bawah Perkumpulan Begandring Soerabaia, tancap gas. Divisi ini bertugas mensupply data yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan kegiatan Begandring. Salah satunya adalah kegiatan wisata sejarah, Surabaya Urban Track (Subtrack).
Secara umum Begandring Soerabaia dalam berkegiatan tidak lepas dari data dan sumber. Apalagi kegiatan kegiatan yang berbasis sejarah. Maka narasi narasi, yang dibangun, harus memiliki dasar. The Begandring Institute itulah yang bertugas menyediakan data data sebagai dasar narasi.
Subtrack Special Imlek di kawasan Pecinan Surabaya. Foto dok begandring
Misalnya, dalam kegiatan wisata sejarah Subtrack di kawasan Kampung Pecinan dalam rangka meramaikan Tahun Baru Imlek pada Minggu 22 Januari 2023, disajikan kemasan baru yang berbeda dari kegiatan serupa sebelumnya.
Biasanya the Walking Heritage Tour, Subtract, dinikmati sambil berjalan kaki menyusuri jalan dan lorong perkampungan. Yang tidak biasa adalah jika tour ini diselingi dengan kelas sejarah. Kelas sejarah adalah sesi presentasi melalui power point yang berisi tentang materi sejarah terkait dengan tema wisata sejarah yang disuguhkan. Presentasi power point ini bertempat di Rumah Abu Han di jalan Karet.
Melalui cara demikian, belajar sejarah menjadi lebih menyenangkan. Mereka bisa belajar sejarah sambil mengamati obyek obyek bersejarah terkait. Misalnya belajar sejarah tentang marga Han dan jejaknya langsung di Rumah Abu Han. Dengan begitu para pembelajar, yang tidak lain adalah para peserta tur, dapat melakukan pengamatan langsung terhadap benda benda yang menjadi saksi bisu keluarga Han.
Bagi pewaris keluarga Han, Robert Han dan Mega Tanuwijaya (istri), perpaduan model wisata dan belajar sejarah ini adalah wujud pelestarian dan pemanfaatan peninggalan sejarah. Peninggalan sejarah tidak hanya dipandang sebagai sebuah fisik obyek, tetapi ada nilai nilai di balik obyek bersejarah yang tidak kalah pentingnya.
Melintasi jaman di jalan Karet, jalan tertua di kawasan Pecinan Surabaya. Foto dok begandring
Bagi Robert Han menjaga dan melestarikan peninggalan leluhur adalah cost oriented tetapi ini adalah a long live cultural preservation oriented yang tidak hanya penting bagi keluarga, tetapi juga penting bagi peradaban kota Surabaya. Selama ini, semua effort baik materiil dan non materiil dilakukan oleh keluarga demi menjaga dan menghormati leluhur yang telah membuat tempat bagi keluarganya pada jamannya.
Karenanya Robert Han selalu mengajak anaknya Hubert ketika mengunjungi dan berfikir tentang rumah peninggalan leluhur di jalan Karet itu.
"Yang kami lakukan ini jelas bukan profit oriented, tapi cost oriented. Namun semua demi menghargai dan menghormati leluhur kami yang telah berbuat sedemikian rupa", jelas Robert ketika ditemui di Rumah Abu Han menjelang Hari Raya Imlek.
Rumah Abu Han tidak hanya wujud peninggalan fisik, tetapi di sana ada pesan pesan luhur dari nenek moyang kepada generasi Han kapan pun.
"Dirumah ini masih banyak pesan pesan yang kami belum tahu maknanya karena pesan pesan itu disampaikan dalam bahasa yang sangat puitis. Ada makna makna tersirat. Yang saya tau adalah pesan hormatilah orang tuamu dan kamu akan bahagia di masa depanmu", terang Robert.
Subtrack Special Imlek 2023
Kukuh Yudha Karnanta, dosen Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga (Unair), mengaku bahwa ia sudah pernah mengikuti wisata sejarah Subtrack beberapa kali sebelumnya dan kali ini memang berbeda.
Sesi kelas sejarah di Rumah Abu Han. Foto dok begandring
"Dengan adanya sesi presentasi dan diskusi interaktif dengan peserta, Subtrack menawarkan wisata sekaligus praktik aktivisme pemanfaatan warisan budaya dan sejarah kepada publik dengan cara yang elegan", jelas Kukuh.
Kukuh menambahkan bahwa sebagai giat wisata warisan sejarah dan budaya, peserta mendapatkan pengalaman berkesan bukan semata dari objek yang dikunjungi, namun dari interaksi antara sesama peserta maupun peserta dengan guidenya.
"Menariknya, seluruh informasi, itinerary, guide book, dan lain lain menggunakan arsip dan data yang sahih. Peserta seperti diajak menelusuri labirin masa lalu, dengan peta, kompas, serta navigator yang ulung dan bersahabat", imbuh Kukuh.
Subtrack Spesial dalam mengisi Tahun Baru Imlek ini diikuti oleh 35 peserta ditambah krew dan panitia pelaksana sekitar 15 orang.
Yuska Harimurti, salah seorang peserta, yang juga aktivis Gusdurian, mengaku bahwa Subtrack di kawasan Pecinan Surabaya ini memberi gambaran tentang masa masa mula Surabaya dengan nilai nilai kearifan lokal dan upaya dalam menjaga kearifan lokal itu sehingga Surabaya sekarang memiliki warna tersendiri diantara daerah daerah lainnya.
"Dari kawasan Pecinan ini kita bisa belajar dan mengenal bagaimana bangsa (kota) ini berproses dan menjaga dirinya sendiri. Ada yang tetap terjaga, ada juga yang sudah punah karena termakan zaman", kata Yuska.
Dari Subtrack di Pecinan, Yuska juga mengaku bahwa dirinya bisa melihat dan belajar bagaimana kota ini bermula dan bertumbuh. Kawasan Pecinan menjadi aset yang penting sebagai saksi bagaimana kota ini semakin bertumbuh.
Sementara peserta lainnya, Listya Damayanti mengatakan bahwa Subtrack selalu ngangeni.
"Subtrack bisa mendongeng sambil jalan jalan dan disisipi canda tawa hangat dan interaktif antara peserta dan pemandunya. Ini cara yang
menarik sekaligus seru untuk belajar sejarah. Pengalaman ini menambah kecintaan saya kepada Kota Surabaya khususnya, juga kepada Indonesia pada umumnya. Selain menambah wawasan saya, kegiatan ini menambah teman", kesan Listya yang sudah beberapa kali ikut Subtrack.
Tanggung Jawab Bersama
Sekarang, terhadap aset bersejarah yang ada tentu menjadi tanggungjawab bersama. Tidak hanya tanggung jawab dalam hal perlindungan, tapi juga pelestarian dan pemanfaatan agar keberadaannya semakin memberi nilai nilai tambah di bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, penelitian, kebudayaan dan pariwisata kota.
Ketika Rumah Abu Han tampil sebagai obyek bangunan cagar budaya yang terawat dengan baik dan bisa dimanfaatkan oleh publik, namun jika di sekitarnya (kiri dan kanan bangunan) terlihat kumuh dan apalagi membahayakan bagi Rumah Abu Han, maka perlu ada upaya bersama untuk mengamankan bangunan cagar budaya ini.
Menikmati lesehan di atas marmer Italia. Foto dok begandring
"Tolong sampaikan kepada pemerintah bahwa ada bangunan sebelah yang kosong, di sana ada balok balok yang rapuh yang membahayakan bagi Rumah Abu Han. Saya akan tangani, tapi ini masuk wilayah properti orang lain. Sementara kami tidak tau siapa pemiliknya", terang Robert yang berharap Pemerintah Kota bisa melakukan tindakan dalam hal penyelamatan aset yang bersejarah bagi kota Surabaya.
"Pemerintah tentu tau siapa pemiliknya, dan jika tidak jelas serta tidak ada respon dari pemiliknya, maka pemkot bisa melakukan tindakan preventif untuk melindungi aset bersama, yaitu Rumah Abu Han", tambah Robert.
Lestari, termanfaatkan dan aman menjadi unsur keberlangsungan kegiatan bagi semua. Diantaranya adalah kegiatan wisata sejarah di Rumah Abu Han. Beragam pengunjung sudah masuk ke Rumah Abu Han ini dan akan semakin banyak lagi pengunjung seiring dengan program pemerintah kota Surabaya yang mengembangan kawasan Pecinan sebagai kawasan wisata sejarah kota Surabaya.
Wisata jalan jalan Subtrack Special Imlek 2023 di kawasan Pecinan Surabaya ini mengunjungi beberapa spot peradaban penting. Acara ini diawali dari Klenteng Hok An Kiong di jalan Coklat, kemudian berjalan ke bekas Kuburan Pecinan, Bong, yang saat ini telah berubah manjadi pasar. Namanya Pasar Bong.
Dari sana perjalanan dilanjutkan ke jalan Kembang Jepun yang dikenal sebagai pusat perdagangan dari jaman ke jaman. Di sana Subtrack memasuki gedung kolonial yang dulu adalah sebuah bank. Uni Bank. Kini ditempati harian Radar Surabaya.
Selanjutnya Subtrack menyisir Jalan Karet, jalan tertua di kawasan Pecinan. Letaknya ditepian sungai Kalimas yang dikenal sebagai jalur urat nadi perekonomian, perdagangan, perhubungan dan pembangunan kala itu. Di jalan Karet inilah, Subtrack mengunjungi rumah rumah peradaban kuno etnis Pecinan. Ada Rumah Abu Han, The dan Tjoa.
Kunjungan terakhir adalah klenteng Hok An Kiong di pojokan jalan Coklat dan Slompretan. Di sana peserta langsung menyaksikan aktivitas perayaan Imlek. (nng/pul)
Penulis : Nanang Purwono
Pameran Foto Membuka Wadah Kreativitas dan Ekonomi Kreatif
Penulis : Nanang Purwono
Gelaran Pameran Foto yang diselingi oleh serangkaian kegiatan pendukung dalam rangkaian Road to Gala Premier film Soera ing Baja, Gemuruh Revolusi '45, menjadi ajang pengembang potensi diri, kreativitas dan ekonomi kreatif. Pameran ini berlangsung di Basement Balai Pemuda Surabaya mulai 4 sampai 18 Desember 2022.
Dalam pameran ini ditampilkan 90 lembar foto, yang sebagian dalam ukuran poster. Pemasangan poster dan foto foto nya dibuat sedemikian rupa seolah menghadirkan suasana ruang tunggu di gedong bioskop. Apalagi di tengah ruangan dipasang layar monitor LCD yang menayangkan filler film "Soera ing Baja".
Foto foto nya menyajikan suasana kegiatan di balik layar (Behind the Scene), frame yang sesuai dengan frame foto dokumen serta foto foto dokumen dari beberapa sumber. Adapun sumber terkini adalah para fotografer yang mengikuti dan mendokumentasikan jalannya proses produksi film. Para fotografer ini adalah Hengky Purwoko, Ithok dan Andre Arisotya.
Menurut kurator pameran foto, Yayan Indrayana yang juga pegiat dari Komunitas Begandring Soerabaia, sebetulnya ada lebih dari seribu foto foto hasil jepretan para fotografer, namun dari semua itu dipilih yang terbaik dari yang terbaik. Akhirnya terseleksi sekitar 100 foto.
Pemberdayaan Komunitas
Selama pameran, mulai dari 4 hingga 18 Desember 2022, ajang pameran ini menjadi media pembelajaran baik bagi pengunjung, maupun panitia. Panitia ini adalah gabungan dari unsur komunitas sejarah dan mahasiswa Unair. Ada Reenactor Djawa Timoer, Reenactor Jombang, Reenactor Mojokerto, Bangiler, Reenactor Bali yang dikoordinir oleh Begandring Soerabaia.
Mereka selama pameran terlibat sebagai pemandu pamer. Setiap hari ada jadwal tugas sebagai pemandu pameran. Ada dua shift setiap hari: pagi-siang dan sore-malam. Dengan berpakaian lengkap seperti yang digunakan oleh pelaku sejarah pertempuran Surabaya baik dari pihak Republik maupun pihak Sekutu, mereka dengan aktif melayani pengunjung dengan memberikan penjelasan di seputar foto dan kegiatan pembuatan film termasuk tentang isi film yang berjudul Soera ing Baja.
Selain dari komunitas sejarah, para pemandu pameran ini juga berasal dari Fakultas Fisip dan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga. Adalah Bagas dari Fisip Unair yang ikut tampil sebagai pemandu. Ia berpakaian seorang perwira Jepang. Baginya bisa terlibat dalam kegiatan kesejarahan ini menjadi ajang aktualisasi hobi dan passion.
"Saya bisa berinteraksi dengan pengunjung dan berbagi cerita sejarah kota Pahlawan Surabaya", ujar mahasiswa Fisip jurusan Hubungan Internasional ini. Ia menambahkan bahwa ada tiga mahasiswa Fisip Unair yang ikut kegiatan edukasi bersama Begandring Soerabaia.
Sementara itu Jihan, mahasiswi dari Fakultas Ilmu Budaya, Unair yang juga menjadi relawan pemandu pameran mengatakan bahwa ia mendapat wadah pembelajaran di luar kuliah.
Tidak hanya mereka berdua yang mengakui bahwa pameran ini menjadi ajang aktualisasi diri. Secara konstruktif dan tematik, mereka berlatih berinteraksi dengan publik dan berdiskusi sesuai tema pameran.
Ada juga relawan relawan dari komunitas reenactment yang menjadi pemandu. Bagi mereka kesempatan ini adalah momen untuk bisa berbagi pengetahuan tentang sejarah Pertempuran Surabaya kepada orang lain.
Dari pengamatan media ini, pameran dengan kegiatan kegiatan pendukungnya memberi peluang bagi mereka untuk mengembangkan kemampuan dan meningkatkan kapasitas diri di bidang kesejarahan kota Surabaya.
Tidak cuma kegiatan kepemanduan yang berlangsung harian, ada juga yang dijadwal secara insidentil seperti seminar. Pada 7 Desember diselenggarakan seminar tentang pakaian dalam peristiwa Pertempuran Surabaya. Kemudian pada 10 Desember digelar teatrikal reka ulang komando Keramat dan diskusi peristiwa asli dalam potongan film. Pada kegiatan insidentil terakhir, 15 Desember, diselenggarakan diskusi Behind the Scene film Soera ing Baja. Semua pengunjung pada acara acara itu bisa menjadi audience acara.
Tidak ketinggalan, ajang pameran ini juga menjadi wadah ekonomi kreatif dari para pegiat sejarah. Adalah Dedy "Kopral" Risdianto yang membuka atraksi produksi aksesoris berbahan kulit.
"Berawal dari hoby yang bersifat vintage dan historis, saya memulai membuat aksesoris yang dibutuhkan kawan kawan dalam beraktivitas. Awalnya dalam paguyuban sepeda onthel dimana banyak aksesoris yang dibutuhkan terbuat dari kulit. Saat itu saya mulai berkreasi membuat kerajinan aksesoris dari bahan kulit", cerita Dedy yang kini kegiatan itu menjadi sandaran hidupnya.
Banyak pesanan yang datang dari luar kota seperti Bandung, Bogor dan Jakarta. Bahkan pada malam kegiatan di ajang pameran pada Rabo, 7 Desember 2022, ada pemesan dari Bangil yang datang untuk mengambil pesanan.
Ajang atraksi produksi kerajinan dari kulit seperti sarung sangkur, pedang, peluru, ikat pinggang dan lain lain ikut meramaikan kegiatan pameran foto.
"Biasanya saya mengerjakan di rumah. Sekarang ada momen, saya mengerjakan di ajang pameran. Ke depan wadah komunitas Begandring ini berpotensi sebagai etalase berkreasi secara publik", pungkas Dedy Risdianto yang melabeli produknya DrCreation. (nng/pul)