images/images-1691217159.jpg
Sejarah
Budaya
Indonesiana

Hubungan Bangunan Candi Dengan Sumber Air

Malika D. Ana

Aug 05, 2023

597 views

24 Comments

Save

Hubungan Bangunan Candi Dengan Sumber Air

 

 

Abad.id – Secara estetis dan religius, memang sangat indah dan magis seandainya candi berada di pinggir sungai, ataupun malah dtengah-tengah sungai/delta, yang memang pada waktu itu aliran sungainya memang dirasa tidak berbahaya dan membahayakan, baik saat musim hujan, apalagi saat kemarau.

 

Candi tidak harus di samping sungai, yang penting itu dekat sumber air, seperti sendang, mbelik, ataupun patirtan, dan sumber mata air ini juga gak harus dlm lingkup candi, bisa berjarak 100m, bahkan 500m dari TKP, yang penting akses air bisa dan mudah dibawa ke candi.

 

Karena jika dekat dengan DAS, justru berbahaya karena di Magelang, tepatnya sekitar daerah Blongkeng, pernah juga ditemukan percandian yang tertutup pasir, baik itu tepat di pinggir sungai, maupun delta sungai, saat para penambang pasir mengeksploitasi untuk diangkut sebagi bahan bangunan. Yang kita lihat adalah bukan DAS dihari ini, tetapi kondisi DAS pada saat candi tersebut dibangun, atau ada rekonstruksi ruangnya, dan sangat melihat pada factor-faktor geologis dan geohidrologis quarter-recent nya

 

Belum lama juga dtemukan kompleks percandian dilingkup universitas UII di Depok Sleman, yang ditengarai terpendam di bekas sungai kecil yang telah lama mengering, entah akibat sedimentasi atau banjir bandang.

 

Jadi, jika dikontekskan dengan jaman sekarang, barangkali karena era keemasannya wangsa Syailendra ataupun Sanjaya, banyak masyarakatnya lebay membangun candi secara sporadic dan ngawur yang tidak memperhatikan AMDAL.

 

Karena mungkin waktu itu, soal mitigasi bencana belum ada perhatian secara khusus dari kerajaan Mataram kuno, karena memang waktu itu alam masih sangat bersahabat dengan manusia, jarang dan mungkin belum pernah ada kejadian sungai meluap ataupun banjir bandang.

 

Bisa juga karena keperluan pembangunan candi, maka aliran sungai sengaja dibelokkan, agar kompleks percandian betul-betul presisi dan strategis dengan sumber air dari sungai.

 

Ini fatal sekali, karena sungai bentukan alam itu sangat natural, kalo ada hujan ekstrim, air akan mencari jalan alamiahnya.

 

Ini bukan sekedar asumsi, tapi memang beberapa tahun lalu terjadi banjir bandang, yang pasirnya menutup akses jalan propinsi Jateng dan Yogja, tepatnya di Kali Putih, Tempel Magelang, karena aliran sungai dibelokkan masyarakat mendekati lahan pertanian, sementara sungai bentukan alam malah ditimbun tanah.

 

Jadi sangat mafhum juga kalo banyak candi yang masih tertutup tanah dan pasir di daerah-tanah yang ditengarai sebagai kota kunonya Mataram.

 

Jika dikontekskan dengan jaman kiwari, ada banyak hal yang membuat segala kecerobohan pembangunan, mau itu candi, jalan, tower BTS atau lainnya. Mungkin ada "korupsi" soal pembangunan candi, misal soal legalitas AMDAL, kalo konteks perdesaan mungkin kong kalikong antara kasi perencanaan dengan kades, atau mungkin dengan cariknya, bisa juga kasi perencanaan dengan kasi pemerintahan mengajak pak dukuh. Kalau konteks negara ya bisa karena perencanaan yang kurang matang seperti kereta api cepat Jakarta-Bandung, IKN, food estate, dan lain-lain.(mda)

Artikel lainnya

Reaktualisasi Nilai Kejuangan dari Gedong Nasional Indonesia (GNI)

Author Abad

Oct 29, 2022

Epigrafer Abimardha: "Jika Hujunggaluh ada di Surabaya, itu perlu dipertanyakan"

Malika D. Ana

Feb 11, 2023

Surabaya Dalam Jejak Kubilai Khan, Cheng Ho dan Marga Han

Malika D. Ana

Jan 14, 2023

Peringatan Hari Pahlawan Tonggak Inspirasi Pembangunan Masa Depan

Malika D. Ana

Nov 12, 2022

Kapan Indonesia Siap Berdemokrasi?

Author Abad

Nov 01, 2022

Dekrit Untuk Kembali ke UUD 45 Asli

Malika D. Ana

Jul 06, 2023