images/images-1676404465.png
Sejarah
Riset

Indonesia Tinggalkan PBB dan Bentuk Poros Baru Dunia

Pulung Ciptoaji

Feb 15, 2023

411 views

24 Comments

Save

Setelah menanggapi keputusan PBB untuk mengakui kedaulatan Malaysia dan menjadikan Malaysia anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB pada 7 Januari 1965, Sukarno menyatakan Indonesia mundur dari keanggotaan PBB. Foto 30 tahun Indonesia Merdeka

 

abad.id- Saat rapat umum Anti Pangkalan Militer Asing yang diselenggarakan di Jakarta pada 7 Januari 1965,  Presiden Sukarno mengomandokan Indonesia keluar dari PBB. Alasan Sukarno sebagai reaksi atas terpilihnya Malaysia menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB.

 

Indonesia sebelumnya telah berusaha mencegah masuknya Malaysia ke dalam keanggotaan Dewan Keamanan. Gagalnya usaha tersebut menjadi pukulan terhadap politik konfrotasi Indonesia.

 

Politik konfrotasi terhadap Malaysia dan keluarnya Indonesia dari PBB tentu telah mengecilkan negara Indonesia dalam pergaulan masyarakat dunia. Sebagai akibat peristiwa itu, Sukarno lebih mendekatkan Indonesia kepada China yang selama bertahun-tahun tidak pernah berhasil menjadi anggota PBB. Di dalam politik luar negeri terjalin kerjasama yang menuju arah terbentuknya poros Jakarta Peking, sebagai poros utama perjuangan. “ The New Emerging Force ( Nefo) melawan The Old Established Force (Oldefo) dan Neokolonialisme/Imperialisme (Nekolim)

 

Dalam pidato yang dirangkum dalam buku Bung Karno dan Tata Dunia baru, mengaku sangat kecewa dengan PBB. "Mana kala komando saya beberapa hari yang lalu berbunyi, jikalau Malaysia menjadi anggota daripada Dewan Keamanan PBB, maka saya komandokan Indonesia keluar dari PBB, maka sekarang oleh karena ternyata Malaysia dijadikan anggota daripada Dewan Keamanan PBB, saya nyatakan Indonesia keluar dari PBB!" tegas Sukarno

 

Sukarno menyebut juga telah diingatkan untuk mempertimbangkan lagi keputusan keluar dari PBB ini. Salah satunya dari Karim D.P Ketua PWI. Namun Sukarno tetap yakin atas keputusan itu, sekaligus memerintahkan Indonesia tidak perlu menghadiri sidang apapun di PBB.  “ Saya bilang, ya, apa maksudnya keluar dari PBB. Maksudnya Keluar ya keluar,” tegas Sukarno.

 

Sukarno sangat percaya diri atas keputusannya. Meskipun pihak Neokolim menuduh menjalankan kemauannya sendini. Jika ada Menteri atau pihak tertentu yang tidak setuju, maka dia tidak akan menggubrisnya. “Seluruh rakyat Indonesia membenarkan keputusan saya ini dan mereka berdiri di belakang saya. Sebab saya adalah penyambung lidah daripada rakyat Indonesia,” tegas Sukarno.

 

Sukarno yakin dengan keputusannya itu tidak akan menimbulkan kesulitan bagi bangsa Indonesia. Jika ada kesulitan yang dihadapi bangsa Indonesia akan siap diganyang. “Hei, rakyat Indonesia, saudara-saudara kita semua dari Sabang sampai Merauke 104 juta manusia, kita sekarang bukan lagi anggota daripada PBB, mari kita berdiri di atas kaki kita sendiri. Jikalau kita memang satu bangsa yang merdeka, dan memang kita adalah satu bangsa yang merdeka, mari kita berdiri di atas kaki kita sendiri!” jelas Sukano.

 

Dalam pikiran Sukano, jika Indonesia bukan anggota dari PBB, maka special agencies PBB seperti Unesco, Unicef, FAO, harus ikut pergi dari Indonesia. Sukarno menganggap sudah tidak ada lagi punya hubungan dengan lembaga itu. Toh, sebetulnya tidak ada untungnya adanya Unicef di Indonesia. Program Indonesia bebas buta huruf tidak perlu lagi meminta pertolongan ke Unesco. Sebab Sukarno yakin bisa memberantas buta huruf dengan kekuatan sendiri. Lalu untuk FAO, ternyata yang dikirim para ahli food, ahli pangan, ahli pertanian. Namun ketika bekerja  ternyata mereka tidak tahu tentang pertanian Indonesia.  Bahkan tanpa bantuan FAO, justru bangsa Indonesia berhasil memproduksi padi dari 5/2 juta ton menjadi 12 juta ton.

 

Maka sudah sepantasnya bangsa Indonesia menjadi bangsa yang bebas, bebas berdiri di atas kaki sendiri. Menurut Sukarno, dengan mandiri bisa menjadi suatu keuntungan besar untuk mendidik menjadi satu bangsa yang merdeka. “Bukan lagi satu bangsa yang suka minta-minta. Bukan lagi satu bangsa yang selalu minta aid, please, please give us aid, please give us aid. Beberapa waktu yang lalu saya sudahberkata, go to hell with your aid. Kita tidak memerlukan aid,” tegas Sukarno.

 

Sebagai contoh, Sukarno membandingkan bangsa-bangsa yang dirongrong dan dihantam oleh kekuatan besar justru menjadi bangsa yang kuat. China telah dirongrong dan digempur justru menjadi kuat. Begitu pula dengan Vietnam dan Korea yang makin kuat. Berbeda dengan bangsa yang selalu  disuapin, makin lama makin lemah, makin sengsara, dan tidak bisa berdiri di atas kaki sendiri.

 

Sukarno juga mengajak ganjang pangkalan-pangkalan militer asing. Sebab dituding  keberadaan mereka bagian dari blok kapitalis yang hendak mengepung golongan komunis dan sosialis. Secara historis sosiologis, kapitalisme yang hendak dipertahankan itu akan beranak menjadi imperialisme. Serta imperealisme itu telah ditolak bangsa-bangsa Asia, Afrika dan Amerika Latin.

 

Terkait Kalimantan Utara, Sukarno dan Presiden Macapagal, dan Tengku Abdul Rahman telah melakukan penyelesaian secara demokratis. Cara itu sesuai dengan anjuran PBB. Jika memang dengan cara demokrasi ternyata rakyat Kalimantan Utara mau atau setuju kepada Malaysia, maka Pemerintah Republik siap mengakuinya. Namun yang terjadi, PBB mengirim seorang yang bernama Michelmore ke Kalimantan Utara dengan agenda penyelidikan perasaan dan kehendak rakyat Kalimantan Utara. Cara ini dinilai Sukarno sudah tidak demokratis, tidak sesuai dengan resolusi 1541 United Nations. Kemudian dari laporan Michelmore ini, langsung diterima U Thant Sekjen PBB. U Thant langsung mengklaim rakyat Kalimantan Utara sudah pro Malaysia. Sejak saat itu Sukarno sudah tidak percaya agi dengan PBB dan tidak mau mengakui Malaysia. Malahan dengan tegas Indonesia menyatakan Malaysia does not exist. “Malaysia itu tidak ada. Malaysia ada, jikalau Malaysia itu benar-benar dikehendaki oleh Rakyat Kalimantan Utara dengan cara demokratis,” kata Sukarno.

 

Setelah Soeharto mengambil tampuk kekuasaan dari Sukarno, hubungan internasional Indonesia kembali membaik. Indonesia tak lagi berkonfrontasi dengan Malaysia dan kembali aktif di PBB. Indonesia menjadi negara pertama dan satu-satunya yang pernah keluar dari PBB. Foto 30 Tahun Indonesia Merdeka 

 

Pada 1 Desember 1964, wakil Indonesia di PBB menyampaikan pernyataan keras kepada Sekretaris Jenderal PBB U Thant. Isi pernyataan, para anggota PBB tidak mendukung Malaysia menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan. Serta para anggota berharap Indonesia tidak meninggalkan PBB, jika  Malaysia masuk menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan. Namun ancaman tersebut tidak berhasil. Pada 7 Januari 1965, Malaysia Akhirnya diterima sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB.

 

Sejak saat itu Sukarno memutuskan keluar dari PBB, melalui surat Menteri Luar Negeri Subandrio. Surat Indonesia keluar dari PBB sejak tanggal 1 Januari 1965. “ Ini kedua kalinya kami dihina, dipendeklah,  dianggap apa ini. Malaysia dijadikan anggota daripada Dewan Keamanan. Lah, itu sudah tidak bisa kami telan lagi saudara-saudara, kami tidak bisa telan lagi. Oleh karena itu maka kami mengambil keputusan kami keluar dari PBB,” tegas Sukarno.

 

Sukarno juga mengajak rakyat Indonesia untuk siap menghadapi kesulitan saat keluar dari PBB. Dia yakin, bangsa Indonesia sudah diuji dengan banyak kesulitan sejak 17 Agustus1945. Bahkan sudah membawa korban ratusan ribu nyawa rakyat  selama revolusi. “Justru karena korban itulah, mental rakyat makin kuat, makin lama makin menjadi mercusuar daripada seluruh manusia progresif di dunia ini,” kata Sukarno. (pul)

 

Penulis : Pulung Ciptoaji

 

 

 

 

 

 

 

 

Artikel lainnya

Pelestraian Cagar Budaya Tematik di Surabaya

Author Abad

Oct 19, 2022

Subtrack, Belajar Sejarah Dengan Mudah

Pulung Ciptoaji

Jan 23, 2023

H. P. Berlage dan Von Hemert. Siapa Von Hemert?

Author Abad

Dec 20, 2022

Peringatan Hari Pahlawan Tonggak Inspirasi Pembangunan Masa Depan

Malika D. Ana

Nov 12, 2022

Banjir di Gorontalo Cukup Diserahkan ke BOW

Author Abad

Oct 30, 2022

Benteng Budaya dan Derasnya Gelombang Modernisasi

Author Abad

Oct 03, 2022