images/images-1671172290.png
Sejarah

Berhati Mulia, Sukarno Masih Mengampuni Maukar Calon Pembunuhnya

Pulung Ciptoaji

Dec 16, 2022

589 views

24 Comments

Save

Penulis : Pulung Ciptoaji

 

abad.id-Sebuah persekongkolan dan percobaan pembunuhan dilakukan Maukar bersaudara terhadap Presiden Sukarno pada 9 Maret 1960. Pagi-pagi itu Daniel Maukar melakukan pertemuan rahasia dengan Sam Karundeng di Bandara Halim Perdana Kusuma. Pihak Angkatan Udara tidak akan curiga, karena memang hari itu jadwal latihan rutin Daniel bersama pesawatnya MiG-17 yang baru beli. Hari itu memang ada jadwal supersonic boom, dengan sasaran selatan pangkalan Udara Halim Perdanakusumah. Daniel mendapat jatah terakhir setelah Letnan Satu Goenadi, Letnan Dua Sapoetro, dan Letnan Satu Sofjan Hamsjah. Bertindak sebagai komandan latihan Letnan Sofjan Hamsyah. Belakangan diketahui bahwa supersonic boom ternyata digunakan untuk aksi lain di luar Bandara Halim.

 

Daniel Maukar mengudara dengan tangkasnya. Sasaran pertama tembakan setelah mengudara adalah tangka bensin BPM. Daniel tahu persis bahwa kawasan BPM adalah daerah tertutup dan sepi. Tidak sulit untuk mengetahui kawasan itu karena Herman Maukar sang kakak bekerja di BPM. Dari ketinggian “800 meter dengan sudut 30 derajat. Ada tiga jenis senjata di pesawatnya. Namun, salah satunya rusak.

 

Setelah sasaran pertama beres, Daniel bergerak ke Istana Merdeka. Sebelumnya melakukan aksi serangan teror pagi hari itu, Sam Karundeng telah membisiki Daniel bahwa tiap hari kerja, Presiden Sukarno biasanya berada di ruangan sebelah kanan istana. Dari ketinggian 600 meter, Daniel Maukar menembak dari arah selatan. Istana dia beri tembakan satu kali. Setelahnya, pesawat Daniel langsung menuju ke Bogor. Sesampainya di kota hujan itu, MIG 17 meluncurkan kembali serangan ke Istana Bogor.

 

Setelah itu, Daniel Maukar terbang menuju Bandung, lalu ke Malangbong untuk terjun. Menurut rencana, Sam Karundeng dan Herman Maukar akan menantinya dengan memberi kode asap tempat pendaratan. Ternyata sampai di atas udara Malangbong, Daniel tak melihat asap. Padahal dalam pengakuan Sam Karundeng, asap yang dinyalakan Herman terlalu kecil sehingga tak terlihat Daniel. Serta di sekitar Malangbong, keduannya juga tak melihat pesawat Daniel. Hingga Sam Karundeng baru mendengar kabar dari berita radio bahwa sasaran Daniel sudah tereksekusi yaitu tiga titik serangan yaitu gudang BPM, istana negara dan istana bogor. Namun pesawat MIG 17 telah jatuh di pesawahan daerah Leles Garut. Sang pilot berhasil melompat dengan terjun payung, namun tertangkap tidak lama kemudian di posisi tidak jauh dari pesawat.

 

Pesawat MiG-17 rusak berat setelah mendatar di tengah sawah. Foto dok net

 

Pesawat MiG-17 tunggangan Daniel mendarat secara darurat pukul 2 siang. Menurut kesaksian Kapten udara Dudi Rahaju Kamarudin, sayap kiri pesawat itu terputus, sayap kanan tertutup lumpur, dan airbrake-nya rusak. Daniel Maukar sang pilot kelahiran Bandung, 20 April 1932 itu sengaja merusak pesawatnya dengan cara pendaratan darurat. Jika dalam kondisi sehat, malam itu juga pilot Daniel akan dibawa ke Jakarta untuk ditahan. Namun kondisi Daniel penuh luka, sehingga TNI baru bisa membawa besok paginya denganpengawalan ketat.

 

Dalam skenario awal, Daniel percaya pasukan bersenjata yang dimaksud Sam Karundeng berhasil masuk ke Jakarta dan sukses merebut kekuasaan. Sehingga pesawat yang dia kemudikan bisa kembali ke bandara Halim tanpa hambatan. Jika serangan itu gagal, maka Daniel Maukar akan masuk hutan, bersama Herman, Sam Karundeng dan Front Pemuda Sunda. Bahkan, ada kelompok Tentara Darul Islam yang diyakini akan bergabung mengamankan aksi Daniel. Namun semua skenario itu buyar. Daniel Maukar tetap ditahan dengan tuduhan makar.

 

Dalam persidangan Selasa 21 Juni 1960, aksi Maukar bersauda dinyatakan terkait dengan Permesta yang masih bergerilya di Sulawesi Utara.  Daniel Maukar dibela oleh Hadely Hasibuan, mantan Menteri Penurunan Harga sekaligus pembela Wahab Pena yang terkait aksi percobaan pembunuhan Sukarno di Peristiwa Cikini. “Perkara Wahab Pena dan perkara Maukar ini bagi saya sebuah kenang-kenangan tersendiri, karena dalam perkara besar seperti itu, saya sebagai advokat sering dipublikasikan dalam media-media,” kata Hadely Hasibuan. Namun siapapun pengacaranya, Danny Maukar tetap dijatuhi hukuman mati.

 

Aksi perwira muda Daniel Maukar ini benar benar membuat TNI Angakatan Udara sangat malu. Sukarno sedang menampar TNI AU dengan kewajiban para pemimpinnya bertanggung jawab. Sebab dalam pemeriksaan dan sudah, Daniel Maukar selalu menyebut keterlibatan Sam Karundeng dan Herman Maukar. Setelah siusut, dua orang ini terlibat dalam PRRI Permesta di Sulawesi yang memakan banyak korban jiwa.

 

Merasa bertanggung jawab dengan kejadian ini, Kepala Staf Angkatan Udara Surjadi Surjadarma memohon ijin mengundurkan diri dengan mengirim surat ke Sukarno. Namun sukarno menolak langkah Kepala Staf Angkatan Udara Surjadi Surjadarma tersebut, dan tetap meminta memperbaiki internal kesatuan. Namun terkait tuntutan para anggota TNI di daerah, rupanya membuat Sukarno sadar. Bahwa aksi Daniel Maukar ini ada hubungannnya dengan kebijakan politik keseimbangan antara pemerintah pusat dengan daerah. Maka sejak saat itu Sukarno lebih lunak dengan daerah dan sangat memperhatikan TNI. Sedangkan vonis hukuman mati untuk Daniel tak pernah dijatuhkan. Namun nasib Daniel sangat beruntung. Disebutkan bahwa Daniel dibebaskan pada Rabu 20 Maret 1968 seiring masa rendupnya pengaruh Sukarno, dan diberhentikan sebagai anggota TNI. Pada masa Orde Baru, nama Daniel mulai muncul lagi sebagai tokoh lokal asal Minahasa. Daniel tutup usia pada 16 April 2007

 

Hubungan Daniel Maukar dan Kelompok Manguni

 

Dalam sidang aksi percobaan pembunuhan terhadap Sukarno itu, disebutkan Daniel Maukar terlibat operasi kelompok Manguni. Kelompok ini awalnya dibentuk anggota para militer asal Sulawesi yang cinta perdamaian, namun belakangan punya hubungan dengan aksi PRRI Permesta. Dalam sidang itu, Daniel benar benar jujur tidak mengenal Manguni. Dirinya merasa diperalat Sam dan Herman atas kemampuan pilotnya. Masa depan dan karir sebagai penerbang hancur sudah, karena kebodohannya.

 

Padahal menurut keterangan Nasution dalam Memenuhi Panggilan Tugas Jilid 4, Maukar memperoleh uang sebesar 20 ribu dari kelompok Manguni untuk aksi ini. Setelah TH Tombang tertangkap pada 11 Februari 1960, diketahui Kelompok Manguni punya organisasi bawahan bernama Manimporok, Masarang, Mahatus, Soputan dan Mahawu.

 

Dalam sidang itu disebutkan kronologis persahabatan Sam, Herman dan Daniel. Sam Karundeng pindah dari Makassar ke Jakarta pada 1947. Laki-laki kelahiran 1929 ini tinggal di Jalan Lumandan Blok C nomor 28, Kebayoran. Dua belas tahun kemudian, yakni pada 1959, ia terlibat dalam salah satu petualangan politik paling berbahaya di Indonesia.

 

Suatu waktu di Singapura, Sam bertemu dengan Boy Mamahit, sahabatnya sejak 1955. Boy mengajak Sam untuk berhubungan dengan orang-orang Permesta. Sam sendiri mengaku pernah menginap di rumah Kolonel Kawilarang. Oleh seseorang bernama Willy Pantouw, Sam diperingatkan untuk tidak berhubungan dengan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) yang berbasis di Sumatra.  Willy Pantouw memberi kesanggupan untuk bantuan dana dan membiayai gerakan.

 

Masih menurut Nasution, kembali Sam melancong ke Singapura pada Juni 1959. Boy Mamahit memperkenalkan Sam kepada Kolonel Sukanda Bratamanggala. Berkali-kali, Sam bikin rapat gelap. Untuk rencana aksi berikutnya ini, Sam mengajak koleganya Herman Maukar dan Daniel Alexander Maukar alias Danny. Keduanya anak dari Enna Talumepa dan Karel Herman Maukar, seorang perwira polisi. Sam dan si anak polisi ini sudah berkenalan sejak zaman Jepang. Kala itu, Daniel sudah jadi letnan penerbang di Angkatan Udara.

 

Awalnya Daniel sudah menolak ajakan Sam. Sikap berbeda ditunjukkan sang kakak Herman Maukar, yang memang sudah sejak awal ikut gerakan bawah tanah Sam Karundeng.  Belakangan setelah ditangkap Februari 1960, barulah Daniel Maukar tahu bahwa nama gerakan Sam Karundeng adalah Manguni, yang bertujuan “menuntut perdamaian nasional”. Terkait Manguni, Sam Karundeng dalam kesaksiannya di Pengadilan Maukar pada 21 Juni 1960,  mengaku sejak bulan Februari 1960 Manguni menggabung dengan organisasi–organisasi yang sudah ada di bawah Bratamanggala. Maka tujuan perdamaian atau perang dalam agenda besar PRRI Permesta ini ditentukan oleh Manguni.

 

Di kalangan militer, seperti diakui Daniel dalam persidangannya pada Senin 20 tanggal 20-23 1960, mengatakan ada banyak perwira-perwira yang lebih tinggi pangkatnya dan lebih berpengalaman ikut terlibat di dalamnya Manguni ini. Maka Daniel sangat percaya aksinya tidak akan menimbulkan efek buruk dan ada pihal lain yang bertanggung jawab.

 

Daniel juga menyebut keberadaan kekuatan bersenjata akan memasuki Jakarta dengan tujuan “perdamaian nasional”. Sam Karundeng bahkan menjelaskan ada kelompok militer dari Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang terlibat. Rencananya, kelompok ini akan dipimpin oleh Mayor Bunjamin dan Kolonel Bratamanggala.

 

Kelompok Manguni ini punya rencana rapi untuk menggulingkan kekuasaan Sukarno. suatu malam sebelum 2 Maret 1960, Sam Karundeng, Herman Maukar, dan Daniel Maukar sudah menyusun sebuah rencana. Sam Karundeng mengusulkan agar Daniel menembaki tangka-tangki minyak BPM di Prumpang dan Istana Negara sebagai gertakan kepada pemerintahan Sukarno.

 

Setelah menembaki obyek vital disuruh melompat ke Malangbong. Di pengadilan 21 Juni 1960 itu, Sam Karundeng mengaku jika daerah Malangbong adalah tempat operasi Batalyon 3 Mei. Di Batalion tersebut banyak anggota asal Manado. Aksi itu awalnya dirancang pada 2 Maret, namun diundur hingga 9 Maret. Rencananya, penembakan tersebut akan disusul oleh pasukan yang bergerak ke Jakarta. Sam Karundeng berencana menculik Presiden Sukarno, Perdana Menteri Djuanda, Kepala Staf Angkatan Darat Nasution, dan Kepala Staf Angkatan Udara Surjadi Surjadarma. (pul)

 

 

Artikel lainnya

Hari Listrik Nasional dan Sejarah Penerangan di Surabaya

Author1 Abad1

Oct 20, 2022

Puputan Bayu, Perang Agama Akibat Adu Domba Belanda

Malika D. Ana

Jul 03, 2023

Maradia Depu Pahlawan Nasional 28 Kali Pindah Penjara

Pulung Ciptoaji

Feb 20, 2023

Cerita Rosihan Anwar Saat Meliput Sidang Kabinet Syahrir III

Pulung Ciptoaji

Feb 06, 2023

H. P. Berlage dan Von Hemert. Siapa Von Hemert?

Author1 Abad1

Dec 20, 2022

Max Meijer: Sisa Tembok Kota Surabaya Bisa Menjadi Penunjang Wisata

Author1 Abad1

Nov 27, 2022