abad.id-Terlalu lama dijajah lebih dari 300 tahun oleh Belanda mengakibatkan nusantara memiliki kisah sejarah yang panjang dan beragam. Salah satunya kisah Pieter Erberveld. Memang, namanya tak setenar kisah lainnya yang menjadi berita di koran Batavia seperti Pitung atau si Jampang.
Namun sosok Pieter Erberveld diabadikan dalam 3 simbol yang berbeda. Pemberontak terkutuk bagi Belanda, simbol perlawanan terhadap kolonial bagi Jepang dan pejuang kemerdekaan bagi Indonesia. Bahkan bagi kaum pergerakan pada masa itu, sosok Peter dianggap pejuang kemerdekaan sejati bagi Indonesia. Tapi mengapa sosok berdarah Indo – Belanda – Jerman ini justru sama sekali tidak dikenal di buku-buku sejarah tanah air.
Namanya malah tenggelam oleh kebesaran Douwes Dekker, Laksamana Maeda dan tokoh-tokoh pejuang berdarah asing lainnya. Mengapa Erberveld layak disebut pejuang kemerdekaan sejati? Siapa dan bagaimana sepak terjang Erberveld sebenarnya?
Karena Peter Erberveld telah mengobarkan perlawanannya kepada negara-negara penjajah negeri kita Indonesia. Bagi Belanda, Peter disebut pemberontak terkutuk yang telah mengobarkan perlawanan kepada Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC). Pun demikian bagi bangsa Jepang yang menganggapnya sebagai simbol perlawanan terhadap kolonial. Hanya Indonesia saja yang menjadikannya sebagai pejuang kemerdekaan meski namanya tak setenar Max Havelaar dan para warga asing pendukung perjuangan Indonesia lainnya.
Kisahnya hanya sejengkal dengan nasib tragis yang harus dialami Peter Erberveld. Ia divonis mati VOC dengan ditarik empat ekor kuda dari arah berlawanan hingga kulitnya terlepas dari raga. Tak berhenti di situ, kegeraman tentara VOC masih dilanjutkan dengan menancapkan kepala Erberveld di tombak dan didirikan depan rumah Erberveld. Hukuman paling sadis dengan sempurna yaitu rumahnya pun dihancurkan oleh VOC.
Karena kebiadaban eksekusi VOC inilah, Erberveld dikenang para pejuang dan diberi julukan Pangeran Pecah Kulit. Konon, lokasi eksekusi Erberveld itu menjadi cikal bakal Kampung Pecah Kulit di kawasan Jakarta Utara.
"Sebagai kenang-kenangan yang menjijikan atas dihukumnya sang pengkhianat Pieter Erberveld. Karena itu dipermaklumkan kepada siapapun, mulai sekarang tidak diperkenankan untuk membangun dengan kayu, meletakan batu bata dan menanam apapun di tempat ini dan sekitarnya. Batavia, 14 April 1722," demikian terjemahan bebas dari bunyi huruf-huruf berbahasa Belanda dan Jawa di tugu peringatan itu.
Sosok Peter Erberveld Dekat Dengan Pribumi
Pieter Erberveld dilahirkan di Ceylon, Belanda. Lelaki tampan itu lahir dari ibu berdarah Siam, meski dalam versi lain sejarawan Betawi, Alwi Shahab menyebut ibunya merupakan perempuan Jawa. Nama Erberveld menunjukkan bahwa keluarganya berasal dari Elberfeld yang sekarang menjadi Kota Wuppertal di Nordrhein-Westfalen (NRW), Negara Bagian Jerman. Ayahnya hijrah ke Batavia sebagai penyamak kulit, yang kemudian diangkat sebagai anggota Heemraad atau pejabat lokal Belanda untuk mengurusi kepemilikan tanah di daerah Ancol.
Ayah Erberveld merantau dari Jerman ke Amsterdam pada 1670 untuk bergabung dengan VOC dan menjadi prajurit kavaleri. Pieter Erberveld senior juga menjadi salah satu orang kepercayaan Cornelis Speelman, Gubernur Jenderal Hindia-Belanda kala itu.
Keluarga Erberveld tinggal di Kawasan elit Jacatraweg yang kini dikenal dengan kawasan Pangeran Jayakarta di Jakarta Utara. Di kawasan itu merupakan tempat favorit para pejabat Hindia Belanda untuk bermukim. Keluarganya dikenal kaya-raya lantaran menjadi tuan tanah. Kekayaan inilah yang akhirnya diwariskan kepada anaknya, Peter Erberveld Junior yang kemudian meneruskan usaha ayahnya sebagai tuan tanah di sana.