images/images-1676384032.png
Sejarah
Data

Cerita Petrus Akan Selalu Menjadi Misterius

Pulung Ciptoaji

Feb 15, 2023

672 views

24 Comments

Save

abad.id- Setiap berurusan dengan keamanan dan ketertiban, pemerintah Presiden Suharto sangat mengandalkan Benny Moerdani. Nama ini selalu mencuat dengan tangan dingin menyelesaikan persoalan dengan cepat dan tegas. Ada banyak pihak yang menganggap cara-cara itu cenderung kejam dan melanggar HAM. Namun pilihan memecahkan kebuntuhan dengan memakan korban dianggap sebuah resiko.

 

Misalnya pada kasus Penembakan Misterius (Petrus). Cara ini dilakukan Orde Baru dengan melakukan serangkaian pembunuhan misterius. Tercatat tahun 1983 sebanyak 532 orang tewas dan 367 tewas karena luka tembak diduga korban penembakan misterius.  Kemudian, pada 1984, ada 107 tewas dan pada 1985 sejumlah 74 orang tewas, 28 di antaranya tewas karena ditembak. 

 

Operasi besar akan dilakukan bulan Maret 1983 oleh Komandan Garnisun Yogyakarta, Letkol M Hasbi.  Namun, setelah berita ini tersebar, beberapa penjahat menyerahkan diri, beberapa ditembak, ada yang melarikan diri, dan yang lainnya berhenti melakukan kejahatan.  Ternyata, peristiwa Petrus ini membuat angka kejahatan menurun secara signifikan, khususnya tahun 1983. 

 

Intejilen polisi memberi informasi ke Komandan Garnisun daftar orang-orang yang termasuk jadi tersangka kejahatan.  Garnisun kemudian membuat daftar baru dan mengeluarkan ultimatum publik kepada semua galis (preman) untuk segera menyerah ke markas garnisun, tanpa perlu menyebutkan nama.  Mereka yang merasa preman, harus menandatangani pernyataan setuju menahan diri dari kegiatan kriminal.  Jika tidak, mereka akan menghadapi tindakan tegas dari pihak berwajib. 

 

Akan tetapi, karena daftar tersebut penuh dengan misteri, tanpa nama, warga mulai bertanya-tanya apakah mereka termasuk penjahat atau tidak. Rupanya, hal ini juga merupakan taktik pengawasan diri, agar orang-orang sadar akan tindakan mereka dan berhati-hati dalam bertindak.

 

OPK akan melakukan penyergapan. Setelah di eksekusi, mayat korban langsung dimasukkan karung atau dilempar ke lokasi yang mudah ditemukan.  Jasad korban penembakan atau pembunuhan misterius umumnya mengalami luka di kepala serta leher. Hari berikutnya tim OPK akan mengecek hasil operasinya lewat surat kabar yang terbit sambil memberikan penilaian terhadap kehebohan yang berlangsung di masyarakat.

 

Berita tentang terbunuhnya para tokoh gali akan menjadi heboh dan bahan pembicaraan di semua wilayah akan cepat menyebar. Meskipun merupakan pembunuhan misterius, hampir semua penduduk paham bahwa pelaku atau eksekutornya adalah para aparat militer dan tim OPK dan sasarannya adalah para gali.

 

Disebut sebagai gali terkenal karena tokoh di dunia kejahatan itu secara terang-terangan menguasai satu lokasi. Mereka  memungut uang dari lokasi yang menjadi kekuasaannya. Mereka bisa melakukan penganiayaan terhadap orang yang dianggap melawan. Bahkan mereka merampok dan melakukan kejahatan lainnya secara terang-terangan.

 

Seketika aksi kriminalitas di Yogyakarta menurun dari 57 menjadi 20, dan Semarang menurun dari 78 menjadi 50.  Berkat keberhasilan ini, pemerintah terus melanjutkan Petrus.  Sebab Petrus dengan cepat menimbulkan ketegangan dan teror bagi para pelaku kejahatan secara nasional, karena korban OPK di kota-kota lainnya juga mulai berjatuhan. 

 

Jusuf Wanandi dalam bukunya Menyibak Takbir Orde Baru,Memoar Politik Politik indonesia 1965-1998 mengaku kurang memahami mengapa geng preman itu semakin berani. Tokoh CSIS ini menghubungkan modus Petrus dengan kegiatan politik pasca Pemilu. Jika melihat alur politik tahun 1977 dan 1982, saat itu Partai Golkar kalah lihai dibanding partai lain. Golkar sebenarnya menjadi peleburan unsur ABRI, Birokrat dan Golongan (ABG), sehingga sangat tidak mungkin turun perolehan suara.

 

Namun banyak kejadian mosi tidak percaya terhadap golkar, sehingga muncul peristiwa anarkis dengan korban kader partai. Misalnya di Tanjung Priok, para pendukung Golkar dipukuli oleh kelompok partai lain. Setiap partai Golkar mengibarkan bendera  di jalan, keesokan harinya sudah banyak yang hilang. Golkar sadar tidak memiliki kelompok jalanan yang bisa dikendalikan.

 

Beberapa kader Golkar mulai melakukan mobilisasi kelompok jalanan tersebut, dan secara kebetulan mereka para residivis. Hasilnya mesin politik itu berhasil melindungi Golkar dan memenangkan Pemilu. Kelompok ini merasa bangga dan banyak jasa bagi pemerintah dan Golkar, sehingga boleh berbuat semaunya.

 

“Ketika Letkol M Hasbi mulai melakukan gerakan membasmi kelompok jalanan dan membuahkan hasil, gebrakan tersebut diikuti daerah lain. Benny Moerdani menganggap langkah itu efektif, sehingga terkesan melakukan pembiaran,” kata Jusuf Wanandi.

 

Pelaku pembunuhan terhadap preman tetap menjadi  misterius hingga kini. Siapapun para eksekutor yang tergabung dalam OPK dianggap orang yang paling berani menanggung dosa besar, membunuh tanpa proses hukum. Pemerintah tidak banyak berkomentar terhadap aksi-aksi OPK. Benny Moerdani pada suatu ketika mengeluarkan pendapat manipulatif, bahwa aksi banyak korban ini akibat pertempuran antar geng jalanan. Atau mereka melakukan perlawanan ketika hendak ditangkap. Benny tidak pernah mengakui kepada siapapun apa yang sebenarnya terjadi. Ia tahu bahwa cara ini merupakan preseden buruk dan juga tahu bahwa sesuatu yang buruk sebaiknya tidak perlu diungkap.

 

Keluarga Presiden Suharto saat berlatih menembak. Foto Istimewa

 

Namun penjelasan Benny yang tidak masuk akal membuat kelompok CSIS berkesipulan harus segara diakhiri. Meskipun cara tersebut berhasil membuat preman jalanan lari ketakutan, namun dianggap jika dibiakan bisa menciptakan simbul perlawanan baru  dari jalanan. “ Semula memang para pelaku kriminal yang menjadi target, tetapi bisa berkembang menjadi pembunuhan politik. Lalu mau dibawa kemana negara ini,” kata Jusuf Wanandi dalam catatannya.

 

Beruntung kedekatan CSIS dengan Benny Moerdani berhasil membuka ruang berbicara secara terbuka. Jusuf Wanandi menyampaikan pendapaat kepada Benny di sebuah pertemuan. “ Saya tidak mengerti apa yang terjadi, dan penjelasan bapak yang tidak masuk akal, namun patut diingat kalau bapak mulai dengan tindakan seperti itu, kelak akan masuk ke ranah politik dan bisa terjadi pembunuhan-pembunuhan politik. Bapak harus menghentikan sebelum meluas atau ditiru oleh pihak lain. Jangan menjadikan Indonesia seperti negara-negara Amerika Latin” kata Jusuf wanandi.

 

“Orang-orang menyukainya. Mereka mendambakan keamanan,” jawab Benny.

“Tapi Bapak harus memikirkan konsekuensinya dalam jangka panjang, Bapak tidak bisa membiarkan seperti itu. suatu saat nanti akan mulai membunuh untuk kepentingan politik,” tambah Jusuf Wanandi

 

Benny terdiam, tetapi kelihatannya dia berfikir. Tak lama kemduaian pembunuhan berhenti. Namun setelah peristiwa ini ada reaksi yang aneh dari Suharto. Sebenarnya dia tidak pernah mengetahui tentang Petrus. Benny sengaja menutupi perisitwa Petrus agar Suharto tidak dianggap bertanggung jawab.

 

Taktik ini berhasil, Soeharto tidak pernah mengakui bahwa aksi pembunuhan dan fakta mengenai Petrus yang sudah terjadi dilakukan oleh militer.  Bagi Soeharto, meteka para pelaku kriminal yang melawan, harus ditembak.  Namun, setelah terjadi banyak silang pendapat serta mendapat tekanan dari internasional, operasi Petrus berakhir pada 1985.   (pul)  

 

 

 

 

Artikel lainnya

Kembali ke Jati Diri Adalah Kembali ke Kebun, Sawah dan Segenap Pertanian Rakyat

Malika D. Ana

Apr 03, 2023

hari selasa pagi

Reta author

Feb 21, 2023

Subtrack, Belajar Sejarah Dengan Mudah

Pulung Ciptoaji

Jan 23, 2023

Menjelajah Tempat Industri Gerabah Era Majapahit

Pulung Ciptoaji

Dec 21, 2022

Benteng Budaya dan Derasnya Gelombang Modernisasi

Author Abad

Oct 03, 2022

Epigrafer Abimardha: "Jika Hujunggaluh ada di Surabaya, itu perlu dipertanyakan"

Malika D. Ana

Feb 11, 2023