images/images-1671878305.png
Sejarah
Pariwisata

Legenda Joko Jumput dan Babat Alas Surabaya

Pulung Ciptoaji

Dec 25, 2022

3243 views

24 Comments

Save

Penulis : Pulung Ciptoaji

 

abad.id-Kalau kita jalan ke sekitar Praban pasti kita bisa dengan mudah menemui makam Joko Jumput. Makam Joko Jumput terletak diapit dua toko dan pintu gerbangnya mudah terlihat di pinggir jalan utama praban. Jika masuk ke makam tersebut, terdapat sebuah lorong sempit menuju makam. di dalam komplek makam terdapat 4 makam. Keempat makam itu adalah makam Joko Jumput dan ibu angkat bernama Mbok Rondo Praban Kinco. Lalu makam Putri Purbowati yang diketahui sebagai istri Joko Jumput. Putri Purbowati adalah anak raja pertama Surabaya Adipati Jayengkrono. Sedangkan makam satunya lagi adalah makam ibu kandung Joko Jumput.

 

Penemuan makam Joko Jumput di kawasan padat pertokoan ini karena kejadian luar biasa. Sebab sebelumnya nama Joko Jumput berkali-kali disebutkan dalam legenda cerita rakyat. Bahkan di serat babad tanah jawa juga disebutkan nama Joko Jumput, namun tidak pernah ditemukan dimana petilasannya. Joko Jumput seperti hilang ditelan bumi, setelah peristiwa pertarungan melawan Joko Taruno.

 

Menurut informasi Farid Faiza tokoh masyarakat Praban Surabaya, Joko Jumput ini masih ada hubungan darah dengan Raden Patah, Raja Demak. Joko Jumput masih salah satu pangeran di Kerajaan Majapahit yang diasuh oleh ibu angkat bernama Mbok Rondo Praban Kinco. Ibu Joko Jumput dikenal sebagai pembuat jamu. Bukti bahwa kawasan Praban memiliki peran penting dalam perluasan wilayah Surabaya, yaitu ditemukan sebuah lesung dan pipihan untuk membuat jamu. Kedua benda ini diyakini sebagai barang peninggalan Mbok Rondo Praban Kinco.

 

Sedangkan penemuan makam Joko Jumput berawal dari peristiwa kebakaran hebat tahun 1984 di kawasan pertokoan Praban. Kusnandar saksi yang masih hidup dari peristiwa tersebut menceritakan, kebakaran hebat melalap habis pertokoan. Setelah api berhasil dipadamkan, warga dan pemilik bangunan mulai mencari bongkahan bangunan atau barang yang bisa diselamatkan. Dari puluhan bangunan yang hancur jadi debu itu, terdapat sebuah tempat kamar seorang pembantu yang masih utuh tanpa dilalap api. Warga semakin penasaran  karena dibawah tempat tidur tersebut terdapat 4 buah maesan. Takut pernah terjadi peristiwa sesuatu, warga secara swadaya berusaha menggali kuburan tersebut. Sementara warga lain lebih percaya mendatangkan orang pintar dari kawasan Ampel untuk menyelidiki siapa yang dikubur ditempat itu. “hasil penerawangan sesepuh Ampel dan keterangan dari banyak orang pintar, orang yang dikubur bernama Joko Jumput. Tokoh ini sudah lama dianggap hilang mesipun namanya sangat melegenda,” kata Kusnandar.

 

Penemuan makam Joko Jumput di kawasan padat pertokoan setelah kejadian luar biasa. Foto Pulung

 

Sejak awal pemilik toko yang terbakar tidak pernah mengetahui bagian kamar belakang itu ternyata sebuah kuburan. Pemilik toko tersebut membeli dari pihak lain dan melewati banyak generasi kepemilikan. Ada dugaan pada masa pemerintahan Hindia Belanda sengaja merahasiakan makam Joko Jumput ini, sebab dianggap para pengikutnya bisa menggelorakan semangat perlawanan. Sejak penemuan makam Joko Jumput, pemilik rumah merelakan sebagian tanahnya untuk jalan menuju makam. Serta bagian kamar yang sebelumnya menjadi satu dari toko tersebut dijadikan cagar budaya makam Joko Jumput.

 

Kisah Joko Jumput Terlibat Legenda Perluasan Wilayah Kadipaten Surabaya

 

Salah satu kisah yang terkenal dari legenda Joko Jumput adalah kisah Sayembara yang diadakan oleh Kusumaning Ayu Purbowati putri dari Adipati Jayengrono II. Di mana dalam Babad menurut catatan Dian Roesmiati dari FIB Unair cerita masyarakat kampung Praban, bahwa ada dua orang pemuda yang ingin meminang Purbawati.  Orang pertama yang ingin meminang seorang putra Bupati Sampang yaitu Raden Situbondo. Tubuhnya memang cacat tetapi jangan ditanya soal kesaktian, Raden Situbondo ini kesaktianya luar biasa. Pihak lain yang ingin meminang adalah Putra Bupati Kediri Raden Joko Taruno. Dilamar dua pemuda putra bupati membuat sulit membuat keputusan, akhirnya Purbowati berkonsultasi dengan ayahnya. Lantas dibuatlah sebuah sayembara.

 

Mengingat wilayah kadipaten Surabaya yang masih sempit dan dikelilingi hutan belantara, maka bagi siapa saja yang mampu mbabat alas sebanyak – banyaknya untuk diajadikan pemukiman penduduk dialah yang akan dijadikan suami oleh Dewi Purbowati. Syarat lain, tidak saat melakukan babat alas perluasan wilayah kadipaten ini peserta tidak boleh membawa benda pusaka.

 

Bagi Raden Situbondo hal ini bukanlah hal yang sulit mengingat akan kesaktianaya. Dengan mudah ia membabat alas kawasan utara Surabaya. Padahal wilayah hutan disekitar kadipaten Surabaya terkenal sangat angker. Tidak hanya binatang buas akan tetapi terkenal sebagai tempat jin buang anak.  Ada beberapa kisah yang menarik dari Raden Situbondo ketika ia mbabat alas di hutan Surabaya diantaranya adalah saat ia bertemu dengan singa jadi – jadian yang berasal dari kerajaan Jin – Trung. Keduanya bertarung dan akhirnya singa jadi jadian itu kalah dan mengaku takluk pada anak Bupati Sampang tersebut. Setelah kejadian tersebut penduduk setempat memberikan nama Simo Katrungan. Nama Simo berasal dari bahasa jawa Singa sedangkan Katrungan diambil dari Jin – Trung. Tidak kalah sakti dari Raden Situbondo, Joko Taruno melakukan babat alas dari sisi selatan. Dengan kemampuan saktinya, Raden Taruno dengan mudah menaklukan semua hambatan. Sekali tangan diangkat ke atas, maka seketika pohon-pohon besar tumbang. Hingga suatu ketika keduanya bertemu di sebuah titik yang sama sama hendak dibabat alasnya.

 

Merasa sudah kerja keras, keduanya bertarung dengan kesaktiannya masing-masing. Rupanya kemampuan bela diri tangan kosong Raden Situbondo jauh lebih tinggi dari pada lawannya. Sehingga dengan sekali pukulan, tubuh Joko Taruno melayang jauh dan tersangkut di sebuah pohon besar.

 

Ditempat lain Desa Untaran wilayah Tandes, hidup seorang janda penjual jamu bernama Mbok Rondo Praban Kinco. Dia tingal bersama anak angkat laki-laki yang ditemukannya dari hutan. Namanya Joko Jumput, yang diartikan anak pungut. Melihat ibunya yang sudah renta, Joko Jumput menggantikan perannya mencari bahan jamu di hutan. Hutan menjadi satu satunya lahan hidup bagi keluarga Joko Jumput ini.

 

Saat Joko Jumput mencari bahan jamu di hutan, sayup-sayup dia mendengar suara orang merintih minta pertolongan. Joko Jumput mendekati suara tersebut, dan ditemukan tubuh Joko Taruno sedang tersangkut di sebuah pohon yang sangat tua dan tinggi. Melihat orang kesakitan, Joko Jumput langsung memanjat pohon untuk menolong Joko Samudra. Setelah turun, dengan kemampuan membuat ramuan jamu Joko Jumput berhasil menyembuhkan luka di tubuh JokoTaruno.

“Sekarang ceritakan kepadaaku, apa yang terjadi sehingga engkau tersangkut di atas pohon,” tanya Joko Jumput

“ Sebelumnya saya bertemu dengan pemuda bernama Raden Situbondo di dalam hutan dan dia terlihat ingin merusak hutan,” kata Joko Taruno berbohong.

 

Mendengar cerita tersebut, tentu Joko Jumput marah. Sebab hutan yang dia tempati merupakan rumah dan sumber kehidupannya. Bagi keluarga Mbok Praban ini, semua bahan jamu dan ramuan tumbuh subur di hutan. Maka jika hutan punah, dipastikan tidak lagi mendapatkan bahan jamu yang menjadi mata pencahariannya.

 

Keduanya sepakat bergegas mencari Raden Situbondo untuk membuat perhitungan. Raden Situbondo ditemukan tidak jauh dari lokasi Joko Taruno tersangkut. Secara kebetulan Raden Situbondo sedang beristirahat di dekat pohon besar yang sudah rusak dan tumbang.

“ Hai bangun, ayo lawan aku”

“ Kamu siapa, berani sekali membangunkan aku yang sedang istirahat” kata Raden Situbondo.

“Namaku Joko Jumput dari Desa Tandes. Aku  tidak terima hutan tempat aku tinggali ini kamu babat habis”

“Aku memang ingin membabas habis hutan ini karena untuk pemukiman, aku akan membuat desa baru di hutan ini. Kalau kamu tidak terima, memangnya kamu siapa,” hardik Raden Situbondo.

 

Mendengar tantangan Raden Situbondo itu membuat Joko Jumput sangat marah. Kemudian terjadi perrtarungan antar keduanya. Kemampuan bela diri tangan kosong Raden Situbondo sering membuat Joko Jumput kewalahan. Padahal Raden Situbondo sama sekali tidak mengeluarkan pusaka, sebab dalam aturan peserta sayembara tidak diperbolehkan babat alas tanah Suroboyo membawa pusaka. Saat situasi terdesak, dengan terpaksa Joko Jumput mengeluarkan senjata pusaka berupa cemeti lanang peninggalan ayah angkatnya seorang sais kuda. Secara sekilas cemeti lanang ini berukuran kecil. Namun jika diayunkan ke udara ujung cambuk mengeluarkan bara api seperti petir menyala. Melihat ukuran cemeti yang kecil itu dengan sombong Raden Situbondo justru meremehkan dan mempersilahkan Joko Jumput mencambuk tubuhnya. Seketika Joko Jumput mengayunkan cambuk dan mengenahi bagian kaki. Seketika tubuh Raden Situbondo yang sudah kerasukan roh singo tersebut lunglai tidak berdaya. Melihat Raden Situbondo tidak berdaya dan mengakui kekalahannya itu, Raden Taruno yang sebelumnya sembunyi di semak semak langsung muncul dan mengambil ikat kepala Pangeran Situbondo. Kemudian dengan liciknya, Joko Taruno berlari menuju hutan sambil membawa ikat kepala Raden Situbondo itu. rupanya Raden Taruno tengah menuju pendopo Kadipaten suroboyo untuk menemui Adipati Jayengrono, sambil meninggalkan Joko Jumput dan Raden Situbondo di tengah hutan.

 

Kedatangan Joko Taruno di pendopo kadipaten mengejutkan Adipati bersama Putri Dewi Purbowati. Rasa heran itu bertambah dengan disertakan ikat kepala Pangeran Situbondo kepada Adipati, yang menandakan bahwa Joko Taruno berhasil mengalahkan saingan beratnya Raden Situbondo. Tanpa menaruh curiga sekalipun, Adipati Jayengrono menerima ikat kepala  tersebut untuk diputuskan pemenang sayembara. Namun belum sempat diumumkan, tiba-tiba datanglah Joko Jumput yang mengikuti larinya Joko Taruno. Kedatangan Joko Jumput ini juga mengadu telah dibohongi Joko Taruno yang mengaku telah mengalahkan Raden Situbondo. Mendengar dua cerita yang berbeda itu, adipati meminta keduanya untuk membuktikan kesaktiannya.

 

Sejak penemuan makam Joko Jumput, pemilik rumah merelakan sebagian tanahnya untuk jalan menuju makam.Foto Pulung

Menurut versi Farid Faiza juru kunci makam, Joko Taruno merasa malu di hadapan Adipati Jayengrono atas kedatangan Joko Jumput. Dengan penuh kemarahannya, Joko Taruno menyerang Joko Jumput dengan senjata sakti keris kolomunyeng. Meresa mendapat serangan mendadak, Joko Jumput mempertahankan diri dengan cambuk lanang yang bisa menyala api. “ Pertarungan berlangsung selama 7 hari 7 malam di kawasan alas Praban. Beberapa kali cambuk lanang diayunkan membuat pohon-pohon besar roboh dan bertumpang tindih (malang). Sejak saat itulah kawasan tersebut dikenal menjadi Embong Malang yang artinya pohon roboh yang malang melintang,” cerita Farid.

 

Pertarungan penuh emosi Joko Taruno ini membuat tenaganya semakin terkuras habis. Lama kelamaan Joko Taruno lengah, dan cambuk lanang mengenahi tubuh Joko Taruno hingga membuatnya jatuh tersugkur. Setelah Joko Taruno dikalahkan oleh Joko Jumput, semakin yakin pula Adipati Jayengrono terhadap siapa pemenang sayembara. Adipati menepati janjinya akan menikahkan dengan Putri Purbowati dan mengundang Mbok Praban  ke kadipaten. Kepada Raden Situbondo diperintahkan untuk babat alas di wilayah pesisir utara Pulau Jawa. Sementara Joko Taruno memilih pulang ke Kerajaan Kediri. (pul)

 

 

Artikel lainnya

Reaktualisasi Nilai Kejuangan dari Gedong Nasional Indonesia (GNI)

Author Abad

Oct 29, 2022

Epigrafer Abimardha: "Jika Hujunggaluh ada di Surabaya, itu perlu dipertanyakan"

Malika D. Ana

Feb 11, 2023

Surabaya Dalam Jejak Kubilai Khan, Cheng Ho dan Marga Han

Malika D. Ana

Jan 14, 2023

Peringatan Hari Pahlawan Tonggak Inspirasi Pembangunan Masa Depan

Malika D. Ana

Nov 12, 2022

Kapan Indonesia Siap Berdemokrasi?

Author Abad

Nov 01, 2022

Dekrit Untuk Kembali ke UUD 45 Asli

Malika D. Ana

Jul 06, 2023