images/images-1671417385.png
Sejarah
Riset

Guru dan Cambuk, Dia Punya Kuasa Dunia

Author Abad

Nov 24, 2022

336 views

24 Comments

Save

Jasa guru jelas tidak dapat kita abaikan. Dari mereka kita bisa melek ilmu pengetahuan. Untuk memperingati hari guru ini, tidak ada yang salah perlu mengenang para guru yang membuka informasi dunia.

 

Salah satu guru yang berjasa itu guru sekolah rakyat di 1921 di Desa Soreang Kabupaten Bandung. Ada guru sangat populer karena dedikasinya bernama Haji Muhammad Suwardji. Guru tersebut dilahiRkan tahun 1880, dan menjadi guru sekolah rakyat hingga tahun 1937. Menjadi guru sekolah rakyat juga harus bisa beradaptasi dengan kondisi sebagai warga jajahan. Haji Suwarji pernah berpindah-pindah tempat tugas, mulai mengajar di Desa Cilillin , Desa Lewo di Kota Garut, Kota Pleret kota Subang, Pulau Kalimantan dan terakhir mengajar di Batujajar hingga wafat tahun 1957.

 

Busana yang digunakan para guru waktu itu menyesuaikan dengan para muridnya warga pribumi. Para guru laki-laki harus menggunakan jas putih dengan kota-kotak kecil, dan kemeja lengan panjang warna putih juga dengan bahan kain kaci. Tidak lupa guru wajib menggunakana dasi kupu-kupu kecil dengan motif kotak-kota hitam. Celana panjang mengunakan bahan gabardin yang bentuknya besar besar di bagian atas, dan makin sempit pada kaki bagian bawah. Saat berangkat kerja, para guru menggunakan alas kaki tarumpah atau sandal japit dengan bahan kulit. Pada bagian tumit alas sandal itu lebih tinggi dengan bahan kulit mentah. Maka jika berjalan dipastikan terdapat suara yang keras, dan langsung didengar para murid yang sedang ramai di kelas. Namun ketika masuk kelas, para guru wajib lepas alas kakinya.

 

Ada yang khas para guru pada masa itu menggenakan tutup kepala. Jika suku Jawa, model blangkonnya bermotif batik lebih gelap, sementara jika suku sunda tutup kepala itu berama Bendo dengan motif batik warna lebih terang coklat muda.

 

Dedikasi seorang guru juga digambarkan pada sosok Raden Soekemi Sosrodiharjo ayak kandung presiden ke 1 Sukarno. Sejak lulus pendidikan guru di Probolinggo, Soekemi muda sudah harus berpindah tugas. Awalnya dia mengajar di Buleleng Bali pada tahun 1890. Dalam buku Biografi Sukarno yang ditulis Lambert Giebels, di Bali sudah berdiri sekolah rakyat pada tahun 1875. Sekolah tersebut awalnya hanya diperuntukan untuk anak-anak pegawai Belanda dan bangsawan Bali agar mendapatkan pendidikan Dasar. Selama di Bali, Soekemi tinggal di rumah kos yang dekat dengan sekolah.

 

Gaji menjadi sekolah guru juga sangat menjanjikan. Pemerintah Hindia Belanda sangat menghargai jerih payah guru karena dan memberi penghargaan lebih. Selama pindah dan tinggal di Jalan Pahlawan 88 Surabaya, Raden Soekemi masih mengajar di sekolah rakyat. Meneer Soekemi setiap bulan mendapatkan gaji 25 gulden perbulan. Dalam hitungan pada masa itu, 1 USD nilainya 2 gulden 50 sen. Dengan gaji sebesar itu sudah dipastikan sangat cukup untuk menghidupi keluarga dan menyekolahkan anaknya. Dari gaji 25 gulden itu, harus dipotong 10 gulden untuk sewa rumah di Surabaya. Dalam hitungan pada masa itu, sewa rumah 10 gulden sudah dipastikan sudah sangat mewah bertembok dan beratap genting tengah kota.

 

Namun untuk menjadi guru tidaklah mudah. Seorang harus lulus dari Kweekschool atau Sekolah Guru. Berdirinya sekolah guru di Hindia Belanda dimulai pada akhir abad 19 dan awal abad 20.  Sekolah guru menjadi sebuah upaya dari pemerintah Hindia Belanda untuk memajukan pendidikan untuk warga pribumi.

 

Politik etis pemerinah belanda kepada warga pribumi ini bukan berarti siap merugi. Tujuannya warga jajahan di buat pintar dengan mendapat materi pendidikan untuk menggantikan tenaga terampil dari bangsa Belanda dan bangsa Barat lainnya. Tenaga terampil terutama dibutuhkan kelompok pengusaha swasta. Tenaga terampil warga pribumi ini diharapkan memiliki harga yang lebih terjangkau dari pada tenaga terampil dari bangsa Belanda dan bangsa Barat lainnya.

 

Pada tahun 1871, pemerintah mengeluarkan peraturan tentang pendidikan untuk guru bumiputra. Peraturan ini  diperlukan sebagai langkah awal dari pendirian sekolah dasar bumiputra. Praresta Sasmaya Dewi dalam artikel Perkembangan Kweekschool (Sekolah Guru) di Yogyakarta Tahun 1900-1927, menyebutkan bahwa Kweekschool dibuka tahun 1852.

 

Salah satunya pendirian Kweekschool voor Inlandsche Onderwijzers (Sekolah Pelatihan Guru-guru Pribumi) di Yogyakarta yang tertera dalam Staatsblad van Nederlandsch Indie No. 156 tahun 1894. Pembukaan sekolah baru dilakukan  pada tahun 1897.  Dalam Staatsblad ini memuat informasi dari jumlah siswa, gaji direktur, pengurangan formasi tenaga pengajar, biaya alat tulis, alat peraga dan perawatan perabotan serta gaji pegawai bawahan dan para pembantu yang bekerja di Kweekschool tersebut.

 

Sekolah ini menerima siswa yang berusia 12 sampai 16 tahun. Syarat untuk diterima dan belajar di sekolah tersebut  adalah lulus Sekolah Jawa kelas satu. Syarat lainnya adalah harus lulus ujian sejumlah materi di antaranya berhitung, berbahasa dan menulis Jawa, menulis indah, ilmu bumi dan bahasa Melayu dalam aksara latin. Ujian penerimaan tersebut dilakukan di hadapan komite sekolah oleh inspektur atau wakil inspektur yang dibantu para guru di sekolah tersebut.

 

Siswa yang belajar di Kweekschool ini tinggal di asrama yang sudah disediakan. Lembaga yang mengelola sekolah di masa Hindia Belanda ini  menyebutkan bahwa siswa yang belajar menerima materi pembelajaran dan alat tulis secara gratis dengan masa belajar 4 tahun. Saat para siswa masuk tingkat tinggi akan diberikan materi praktik mengajar. " Pendidikan agama diberikan sebagai ekstra kurikuler, disebukan KH. Ahmad Dahlan juga mengajar untuk memberi materi tentang agama Islam pada para siswa Kweekschool," tulis Sasmaya Dewi.

 

Lulusan dari sekolah Kweekschool voor Inlandsche Onderwijzers akan mendapat gelar setara diploma. Mereka akan memulai masa dinasnya sebagai guru pembantu pada sekolah dasar Jawa kelas satu.

 

Memang, kehadiran Kweekschool menjadi penanda positif dalam sejarah Pendidikan di Indonesia. Kweekschool mencetak guru pribumi yang membantu memenuhi keterbatasan tenaga pengajar. Kehadiran guru dibutuhkan untuk mengimbangi munculnya sejumlah sekolah pada masa itu.

 

Seperti sebuah foto yang dibuat tahun 1903 ini, menggambakan mereka yang baru lulus Kweekschool (sekolah guru). Mereka sangat percaya diri setelah dilantik menjadi guru. Semua berpose dengan gagahnya. Rantai jam saku merupakan hiasan yang khas pada masa itu. siapapun yang memiliki jam dalam rantai emas bisa diketahui kelas sosialnya. Tapak juga para guru ini harus tanpa alas kaki saat berada di kelas. Semua murid calon guru akan menghormati pengajarnya, sebab mereka dididik secara keras dan tegas. Para guru ini tinggal di asrama khusus sekolah. Setiap harinya mereka dipantau langsung oleh penjaga asrama.

 

Digambarkan pula para pengajar di sekolah calon guru tidak kalah tegasnya. Dulu belum ada aturan tentang kekerasan dalam lingkungan sekolah. Sebab bentuk kekerasan itu pasti punya tujuan positif, yaitu mendidik disiplin. Sebab para priyayi dari berbagai daerah ini dikenal sangat manja di lingkungan keluarganya. Maka ketika masuk disekolah guru, tidak ada pilihan lain harus beradaptasi dengan budaya baru, yaitu disiplin. Para pengajar memegang cambuk dari rotan atau bambu. Cambuk ini tidak hanya untuk menakuti para murid, namun juga motivasi agar serius belajar. (pul)

Artikel lainnya

Seru, 400 Orang Jawa Sedunia Bakal Kumpul di Surabaya

Author Abad

Oct 04, 2022

Subtrack, Belajar Sejarah Dengan Mudah

Pulung Ciptoaji

Jan 23, 2023

Politik Hukum, Tumbal dan Sumber Kegaduhan

Malika D. Ana

Jan 07, 2023

Pembangunan Balai Kota Surabaya Penuh Liku

Pulung Ciptoaji

Dec 18, 2022

Dekrit Untuk Kembali ke UUD 45 Asli

Malika D. Ana

Jul 06, 2023

Kembali ke Jati Diri Adalah Kembali ke Kebun, Sawah dan Segenap Pertanian Rakyat

Malika D. Ana

Apr 03, 2023