images/images-1673849039.png
Sejarah
Pariwisata

Candi Brahu Bukti Toleransi Beragama di Majapahit

Pulung Ciptoaji

Jan 16, 2023

497 views

24 Comments

Save

abad.id-Candi Brahu merupakan salah satu situs peninggalan Kerajaan Majapahit, yang saat ditemukan ditumbuhi ilalang dan lumut. Candi Brahu  berlokasi yang terletak di Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto dan didirikan oleh Empu Sendok. Keberadaan candi dicatat pada tahun 1815 oleh Wardenaar. Saat itu ia mendapat tugas dari Raffles untuk mengadakan pencatatan peninggalan arkeologi di daerah Mojokerto. Hasil kerja Wardenaar tersebut dicantumkan oleh Raffles dalam bukunya “History of Java” (1817).

 

Candi ini diduga tertua yang ada di wilayah Trowulan. Dasar dugaan dari prasasti Alasantan yang ditemukan tidak jauh dari Candi Brahu. Prasasti tersebut dikeluarkan oleh Raja Mpu Sindok pada tahun 861 Saka atau 939 Masehi. Isinya menyebutkan nama sebuah bangunan suci yaitu Waharu atau Warahu. Nama inilah yang diduga sebagai asal nama Candi Brahu.

 

Sosok empu sendok seorang raja yang memboyong mataram kuno dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Diduga lankah Empu Sendok ini untuk menyelamatkan kerajaan dari bencana alam sangat besar di Jawa tengah. Kemudian pembangunan Candi Brahu dilanjutkan pada masa pemerintahan kerajaan Majapahit masa pemerintahan Hayam Wuruk. Sehingga candi ini dipastikan sudah ada pada masa pemerintahan Raja Brawijaya I.

 

Menurut laporan Belanda dalam Rapporten Oudheidkundigen Commissie (ROC) tahun 1907 dan Rapporten Oudheidkundigen Dienst (ROD) 1915 menyebutkan, di sekitar Candi Brahu dahulu pernah terdapat beberapa candi lain. Yaitu Candi Muteran, Candi Gedong, Candi Tengah dan Candi Gentong. Namun saat ini hanya ada dua candi yang tampak yaitu Candi Brahu dan Candi Gentong.

 

Serta Candi Brahu diperkirakan merupakan candi pertama yang dibangun di situs bersejarah di Trowulan. Sedangkan pada masa sejarah kerajaan Majapahit, Candi Brahu dianggap sebagai bangunan suci yang digunakan untuk sembahyang umat Budha.

 

Hal ini berdasarkan ditemukannya beberapa benda yang biasa digunakan dalam upacara keagamaan yang terbuat dari logam. Serta dilihat dari struktur bangunannya, sejarah Candi Brahu merupakan candi kerajaan Budha, dimana candi ini memiliki stupa yang menjadi ciri khas candi Budha. Serta saat temuan juga pernah ditemukannya benda-benda kuno di komplek candi, seperti arca-arca logam, alat upacara dari logam, perhiasan dari emas yang menunjukkan ciri-ciri agama Buddha. Hal ini bertolak belakang dengan banyak peninggalan kerajaan Majapahit yang bercorak Hindu.

 

Meskipun tidak ada arca Buddha, namun gaya bangunan serta profil alas stupa yang terdapat di sisi tenggara candi mempekuat dugaan Candi Brahu adalah candi Buddha. Pada saat kegiatan pemugaran, dilakukan penataan struktur bata pada bilik dan ditemukan sisa-sisa arang yang kemudian dianalisa di Pusat Penelitian Badan Tenaga Atom Nasional ( BATAN) Yogyakarta. Hasil Analisa menunjukkan bahwa pertanggaan radio carbon arang Candi Brahu berasal dari masa antara tahun 1410 hingga 1646. Sehingga memperkuat candi ini masih digunakan sembayang umat Budha pada masa kerajaan Majapahit.

 

Candi bersusun dua yang diperkirakan dihubungkan dengan tangga, namun saat ini tangga itu sudah tidak ada. Konon, ruang di dalam candi mampu menampung sekitar 30 orang. Foto Pulung

 

Menurut masyarakat sekitar candi Brahu, pada zaman dahulu candi ini digunakan sebagai tempat pembakaran jenazah raja-raja Majapahit, dari Raja Brawijaya 1 sampai Raja Brawijaya IV. Namun dari hasil penelitian menunjukkan tidak ada bekas abu atau mayat, kerena bilik candi sekarang sudah kosong.

 

Candi Brahu terdiri dari sebuah bangunan yang berdenah persegi berukuran 20,7 meter x 20,7 meter dengan komponen bangunan terdiri dari kaki, tubuh dan atap. Kaki candi polos tanpa hiasan. Tubuh candi berukuran 10,5 meter x 10 meter dan tinggi 9,6 meter dan mempunyai banyak penampil pada dinding serta mempunyai bilik yang pada bagian dalam atas berbentuk piramida. Pada bagian bilik berukuran 4 meter x 4 meter menghadap ke barat sehingga penampil lebih menjorok dari pada sisi-sisi lainnya. Bagian tubuh Candi Brahu sebagian merupakan susunan bata baru yang dipasang pada masa pemerintahan Belanda.

 

Sedangkan antara selasar dengan bilik tidak terdapat akses tangga naik. Atap candi berukuran tinggi kurang lebih 6 meter, pada bagian timur laut menunjukkan adanya menara sudut berdenah lingkaran yang bentuknya menyerupai bagian dari stupa. Selain bangunan juga ditemukan sebuah struktur bata kuno yang berada pada arah barat daya Candi Brahu.

 

Dari temuan Candi Brahu di trowulan ini, maka diambil kesimpulan bahwa Kerajaan Majapahit bukan kerajaan Hindu. Melainkan beberapa agama telah berkembang dan saling hidup berdampingan secara damai di masyarakat.  Pada waktu pemerintahan Raja Hayam Wuruk (1350-1389), kerajaan Majapahit berhasil mencapai puncak kejayaannya. Kemudian pasca reruntuhan majapahit, Candi Brahu masih digunakan sembahyang agama Buddha yang terbesar dan terakhir di Jawa Timur.

 

Kehancuran kerajaan Majapahit setelah Hayam Wuruk tutup usia, bukan karena masalah konflik agama. Kerajaan Majapahit mengalami kemunduran lantaran ada perang perebutan tahta ditambah dengan terjadinya bencana alam.

 

Upaya pelestarian yang dilakukan terhadap Candi Brahu adalah dengan melakukan pencatatan melalui kegiatan inventarisasi, melakukan kegiatan pemugaran, konservasi secara berkala dan menempatkan juru pelihara. Candi Brahu pernah dipugar pada tahun 1990 dan selesai pada tahun 1995. Upaya pelindungan hukum juga sudah dilakukan dengan menetapkan Candi Brahu sebagai Situs cagar budaya sejak 21 Juli 1998. (pul)

 

Penulis : Pulung Ciptoaji

 

 

Most Popular

Artikel lainnya

Puputan Bayu, Perang Agama Akibat Adu Domba Belanda

Malika D. Ana

Jul 03, 2023

test1234

Author1 Abad1

Mar 01, 2023

Maradia Depu Pahlawan Nasional 28 Kali Pindah Penjara

Pulung Ciptoaji

Feb 20, 2023

Cerita Rosihan Anwar Saat Meliput Sidang Kabinet Syahrir III

Pulung Ciptoaji

Feb 06, 2023

Duar..!  Pesawat PANAM Tabrak Gunung, 107 Penumpang tewas

Pulung Ciptoaji

Jan 17, 2023

Kegiatan Sosial Begandring Menutup Tahun 2022

Malika D. Ana

Jan 02, 2023