images/images-1664872146.jpg
Sejarah
Museum Online

Jujugan Wisata Ziarah Yaitu Makam Sayyid Kariman Gresik

Author1 Abad1

Oct 04, 2022

892 views

24 Comments

Save

Penulis : Pulung Ciptoaji

 

Surabaya, Tidak hanya makam Sunan Giri, di Kabupaten Gresik juga terdapat tujuan wisata religi lain yaitu makam Sayyid Kariman. Tepatnya berada di desa Kesamben Kulon Kecamatan Wringinanom Gresik. Untuk menuju lokasi tersebut, akses transportasi desa sudah sangat mudah. Jalan lebar dengan paving membuat akses bisa dijangkau kendaraan berpenumpang banyak. 

 

 

Desa Kesamben Kulon Kecamatan Wriginanom terletak 30 kilometer dari pusat kota Gresik. Namun lokasi ini lebih dekat dengan akses menuju Kabupaten Mojokerto yang berjarak 10 kilometer. Sudah banyak tanda arah menuju lokasi itu. Bahkan di aplikasi google map, jujugan wisata ziarah makam Sayyid Kariman, bisa dibuka lengkap dengan share lok. Khusus pada hari Kamis, jumlah pengunjung makam bisa meningkat hingga 100 orang. Para pengunjung dari berbagai daerah itu melakukan pengajian hingga tengah malam di sekitar lokasi makam. Para pejiarah ini yakin akan mendapat kharomah dan berkah dari Allah SWT di makam Sayyid Kariman tersebut.

 

Punya Darah Keturunan Nabi Muhammad SAW

 

Sayyid Kariman memiliki garis keturunan langsung dengan Nabi Muhammad SAW. Tidak ada keterangan jelas angka kelahirannya, namun diduga sudah hidup sejak awal mendirikan kerajaan Majapahit. Memang saat itu jumlah umat Islam di Majapahit tidak banyak, dan hanya dianut pendatang warga keturunan arab saja. Begitu juga Sayyid Kariman beserta keluarga yang datang dari Batu Ampar Sumenep untuk ikut babat alas di hutan tarik yang menjadi cikal bakal kerajaan Majapahit. 

 

 

Menurut Mbah Misto juru kunci makam, Sayyid Kariman datang ke Jawa tidak sendiri namun rombongan. Setelah bahu membahu membangun kerajaan, Sayyid Kariman mendapat tempat sebagai pegawai kerajaan Majapahit dan tinggal di Griyo Dalem Istana. Sayyid Kariman menikah dengan warga setempat, sambil menyebarkan Islam dan memiliki beberapa santri. Namun kebijakan istana kerajaan Majapahit  hanya mengakui 2 agama besar yaitu Hindu dan Budha, maka kegiatan Sayyid Kariman ini dicurigai oleh sebagian abdi istana dan dianggap kegiatan berbahaya. 

 

 

“Sadar akan bahaya itu, Sayyid Kariman memilih keluar dari Griyo Dalem  istana beserta para santrinya. Sayyid Kariman mengajak keluarga untuk pindah di pinggiran kota di kawasan Wringinanom,” kata Mbah Misto. 

 

 

Di tepat ini, Sayyid Kariman membangun padepokan untuk menyebarkan Islam. Namun ancaman masih juga datang. Maka Sayyid Kariman memilih pulang ke asalnya Batu Ampar Madura secara diam diam untuk menemui orang tuanya. Sesampai di tempat tujuan Madura, bukannya mendapat perlindungan namun justru mendapat perintah untuk lebih gigih berdakwah menyebarkan Islam yang minoritas di tanah Jawa. Sayyid Kariman diperintahkan pulang ke Jawa sambil membawa pohon sambi. Yaitu sejenis pohon yang berbuah kecil yang bisa melindungi mata air dan kawasan habitat hutan. Pohon tersebut harus ditanam disisi kulon atau barat dari rumah tinggal Sayyid Kariman. 

 

Dengan semangat karena mendapatkan perintah dakwah, Sayyid Kariman kembali ke kawasan Wringianom. Setiba di padepokan, pohon sambi itu ditanam di sisi barat rumah. “Maka sejak saat itu, kawasan tersebut diberi nama Desa Kesamben Kulon, dari kata pohon sambi. Pohon itu masih berdiri kukuh di lokasi makam Sayyid Kariman dan membuat rindang kawasan tersebut,” tambah Mbah Misto. 



Dakwah Islam Dengan Ancaman Majapahit

 

Menurut Mbah Misto juru kunci makam, tidak banyak warga keturunan Arab yang tinggal di Jawa pada masa itu. Apalagi Sayyid Kariman yang masih memiliki garis keturunan Nabi Muhammad SAW, tentu sangat minoritas di sebuah negeri yang sedang berkembang agama Hindu dan Budha. Kebijakan kerajaan Majapahit sebenarnya tidak pernah mempermasalahkan perkembangan agama apapun. Sebab juga muncul agama lain yang dibawa oleh pendatang China yaitu Khong Hu Chu atau agama Thao di Majapahit. Hanya saja tidak semua punggawa atau warga Majapahit pada masa itu bisa menerima Islam. Mereka masih menganggap Islam agama yang berbahaya, dan perlu dihambat perkembangannya. 

 

Sering kali padepokan tempat singgah Sayyid Kariman didatangi tentara Majapahit. Apapun alasannya, tentara yang diperintah oleh punggawa kerajaan yang membenci Islam itu sengaja mencari keberadaan Sayyid Kariman. Namun mereka selalu menemui para santri yang sedang mengaji atau sedang sholat di langgar. Sikap angkuh para tentara Majapahit ini justru tidak mendapatkan simpati. “Yang terjadi jumlah santri justru semakin bertambah hingga mencapai ratusan. Bahkan banyak santri nginap di padepokan, yang mungkin saat ini seperti pesantren,” kata Mbah Misto.

 

 

Kemarahan pasukan Majapahit memuncak di padepokan. Saat yang diburu tidak ada, mereka merusak apapun yang ada di padepokan. Salah satu tempat yang dirusak itu bangunan langgar yang lebih dikenal persujutan. Belum puas, salah satu batu persujutan yang biasa dijadikan alas Sayyid Kariman diangkut ke pendopo kerajaan Majapahit. 

 

 

Memang pergantian kepemimpinan kerajaan Majapahit juga mempengarui kebijakan terhadap perkembangan Islam.  Namun perkembangan dakwah Sayyid Kariman yang masih dianggap berbahaya oleh sebagian kalangan kerajaan. Menurut mbah Misto, Sayyid Kariman berakhir muksa atau hilang tanpa jejak. Sedangkan kuburan yang ada di kawasan makam Sayyid Kariman itu hanya petilasan saja. Sementara kuburan asli Sayyid Kariman sendiri tidak pernah ditemukan. (pul)

 

Artikel lainnya

Minangkabau Sudah Pancasilais sebelum Kemerdekaan RI

Malika D. Ana

Dec 31, 2022

Asisten II Kota Surabaya Mengunjungi Begandring Soerabaia di Peneleh

Malika D. Ana

Dec 24, 2022

Penyelamatan dan Pemanfaatan Bangunan Langka di Kota Tua Surabaya

Author1 Abad1

Nov 28, 2022

H.P. Berlage dan G.C. Citroen Untuk Surabaya. Apa hubungannya?

Author1 Abad1

Nov 27, 2022

Mengasumsikan Demokrasi di Indonesia

Author1 Abad1

Nov 26, 2022

Krue Film Koesno Road To Batavia

Author1 Abad1

Nov 22, 2022