images/images-1672726569.jpeg
Liputan

Begandring Soerabaia Melesat Bersama TVRI Jatim dan RRI Surabaya di 2023

Malika D. Ana

Jan 03, 2023

430 views

24 Comments

Save

Begandring Soerabaia Melesat Bersama TVRI Jatim dan RRI Surabaya di 2023

 

Abad.id - Masuk Senin pertama tahun 2023, perkumpulan pegiat sejarah Begandring Soerabaia langsung ngegas, melesat, meninggalkan lainnya.

 

"Ini bukan curi start, tapi mesin sudah menyala, panas, full power dan gerbong sudah terisi. Begitu tahun 2023 dibuka, lokomototif dan rangkaian gerbong ini melesat meninggalkan lainnya. Martilnya adalah film Soera ing Baja", kata Nanang Purwono, Ketua Begandring Soerabaia usai nonton film dokumenter "Soera ing Baja" Senin siang di Cineplex XXI Tunjungan Plaza.

 

Film dokumenter drama (dokudrama), "Soera ing Baja, Gemuruh Revolusi '45", hasil produksi kolaboratif antara Begandring Soerabaia, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga, TVRI Jawa Timur dan Pemerintah Kota Surabaya memang ditayangkan perdana di Cineplex XXI Tunjungan Plaza untuk mengawali tahun 2023.

 

Wali kota Surabaya Eri Cahyadi bersama crew dan pemain film Soera ing Baja usai nonton bersama

 

Penayangan perdana di layar lebar ini membuat wali kota Surabaya Eri Cahyadi merinding. Ia terharu dengan pesan yang disampaikan dalam film itu.

 

Pesannya adalah Surabaya Wani (berani). Film yang disutradarai Faizal Anwar (TVRI) dengan co sutradara Ahmad Zaki Yamani (Ketua Divisi Pendidikan dan Latihan Begandring Soerabaia) memang memvisualkan sifat keberanian arek arek Surabaya dalam mempertahankan kemerdekaan pasca proklamasi 17 Agustus 1945.

 

"Tangan saya sampai merinding melihat film tadi. Terima kasih Begandring Soerabaia, yang sangat dan selalu konsisten merawat sejarah Surabaya", kata Eri Cahyadi dalam sambutannya usai nonton bersama tim Begandring, keluarga besar FIB Unair, OPD serta para camat, anggota DPRD Surabaya dan masyarakat Surabaya.

 

Suasana dalam gedung Cineplex XXI usai pemutaran Soera ing Baja

 

Begandring sebagai perkumpulan pegiat sejarah Surabaya memang selalu konsisten sejak didirikan pada November 2018 dan Eri Cahyadi sendiri menjadi motor pelecut lahirnya Begandring ketika ia masih sebagai Kepala Bappeko Surabaya.

 

Menurutnya, film Soera ing Baja adalah buah karya yang luar biasa karena mampu memvisualkan nilai nilai kejuangan dan kepahlawanan yang utuh mulai dari peristiwa proklamasi pada 17 Agustus 1945 hingga dibangunnya monumen kepahlawanan pada 10 November 1951 sebagai pengingat peristiwa besar yang terjadi di Surabaya pada 10 November 1945.

 

Eri Cahyadi yang dalam film itu berperan sebagai Presiden RI, Soekarno, ternyata masih terjiwai oleh sosok Soekarno. Dalam memberi sambutan usai nonton film, ia masih bergaya ala Soekarno.

 

"Kita telah ditunjukkan bagaimana arek arek Surabaya mempertahankan kemerdekaan dalam melawan penjajah kala itu. Sekarang kita bukan lagi melawan penjajah, tapi melawan kemiskinan, gizi buruk, stunting, putus sekolah dan kebodohan", demikian kata Eri berapi api.

 

Ia menambahkan bahwa film ini bisa digunakan sebagai sarana untuk menanamkan  nilai kepahlawanan pada generasi penerus bangsa sehingga film ini layak menjadi tontonan wajib bagi sekolah sekolah SD dan SMP yang ada di bawah kewenangan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya.

 

"Untuk itu akan kami sediakan tempat untuk nonton bareng (nobar) film ini. Nanti ada dua studio yang kita siapkan,” ujar Wali Kota Eri.

 

Dalam mengawali pemutaran film perdana ini, gala premier, selain dihadiri oleh Wali kota Eri Cahyadi beserta istri Rini Indriyani, juga dihadiri oleh perangkat OPD dan camat di lingkungan pemerintah kota, DPRD kota Surabaya, Dekan FIB Unair, para pendukung film serta masyarakat umum.

 

Hadir dari salah satu unsur DPRD Kota Surabaya adalah Wakil Ketua Dewan, Renny Astuti.

 

"Film Soera ing Baja ini sangat sarat akan nilai nilai kepahlawanan dan semangat kejuangan dan cocok menjadi tontonan serta tuntunan bagi generasi muda Surabaya", kata Renny Astuti, politisi PKS usai pemutaran film.

 

Menurutnya, selain dirinya, ada sekitar 10 anggota dewan yang datang dan nonton film Soera ing Baja ini.

 

Film yang diproduksi secara kolaboratif ini menjadi contoh bagaimana sejarah Surabaya dapat divisualkan untuk mempertegas kebenaran sejarah Surabaya. Bukan tidak mungkin akan ada film film lain yang bisa diproduksi untuk menggambarkan sejarah Surabaya.

 

Profesor Purnawan Basundoro, dekan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unair dalam obrolan santai tapi serius dengan Renny Astuti sebelum film dimulai menyampaikan bahwa temuan temuan  baru terkait sejarah Surabaya perlu mendapat perhatian. Misalnya terkait dengan temuan sumur Jobong di Kampung Pandean pada 2018.

 

Selain itu, sejarah kota lainnya adalah terkait dengan Hujunggaluh dan lokasi peristiwa perang dan terusirnya tentara Tartar dari Jawa pada 1293. Lantas muncul pertanyaan penting dan mendasar, apakah benar kali Jagir menjadi jalar keluar Tartar dari pulau Jawa?

 

"Tentara Tartar dalam sejarah Surabaya dituliskan bahwa mereka meninggalkan pulau Jawa dari kali Jagir pada 1293, padahal dalam peta 1719, kali itu belum ada. Bagaimana Tentara Tartar bisa keluar dari pulau Jawa dengan melewati Jagir?", tanya Kuncarsono Prasetyo yang bernada kritis dan korektif kepada Walik Ketua Dewan Renny Astuti sebelum pemutaran film dimulai.

 

Kiranya sejarah kota semacam itu yang kelak perlu divisualisasikan untuk memberikan kebenaran yang dapat dipertanggung jawabkan. Karenanya narasi sejarah harus benar benar berdasarkan data dan fakta serta bukti sejarah.

 

Dengan kolaborasi dan keterbukaan antar unsur unsur pentahelix, maka kedepan film film edukasi dapat diproduksi untuk mengisi dan menambah khasanah kepustakaan dalam bentuk film di kota Surabaya.

 

 

Kolaborasi Begandring Soerabaia dan RRI Surabaya

 

Seiring dengan peluncuran film Soera ing Baja yang merupakan hasil kolaboratif dengan TVRI Jawa Timur pada khususnya, Begandring Soerabaia pada hari yang sama, Senin, 2 Januari 2023 juga meluncurkan program talkshow radio hasil kerjasama dengan Radio Republik Indonesia (RRI) Surabaya.

 

Program talkshow radio ini berjudul Ngobras (Ngobrol Santai Bersama Komunitas) yang mengudara setiap hari senin pada pukul 20.00 sepanjang tahun 2023. Sementara di program Begandring sendiri diberi judul BegandRRIngan (obrolan santai) yang nantinya dapat dilihat pada kanal yutube Heritage Walk.

 

Dalam siaran perdana pada Senin, 2 Januari 2023, hadir Nanang Purwono (Ketua Begandring Soerabaia), Yayan Indrayana (sekretaris) dan Ahmad Zaki Yamani (Kepala Divisi Pendidikan dan Latihan). Adapun tema yang diangkat pada siaran perdana itu adalah "Alun Alun Surabaya yang Sebenarnya".

 

Dari tema itu menunjukkan adanya kesan kritik terhadap adanya Alun alun Surabaya yang tidak sebenarnya. Begandring Soerabaia melalui program radio yang bergenre sejarah ini berupaya meluruskan sejarah yang bengkok atau salah kaprah (salah tapi dianggap benar).

 

Maka dimanakah Alun Alun Surabaya yang sebenarnya? Dari temuan dan penelusuran yang dilakukan Begandring baik secara kepustakaan maupun empiris, ditemukan keberadaan Alun alun yang sebenarnya. Kebenaran ini memiliki dasar yang kuat baik secara faktual maupun data data sejarah.

 

Ada dua lokasi Alun alun yang sebenarnya.. Pertama di kawasan Tugu Pahlawan, kelurahan Alun Alun Cobtong dan kedua di komplek Masjid Kemayoran di kelurahan Kemayoran. Masing masing keberadaan Alun alun ini tertuang dalam sumber sumber sejarah dan bukti bukti toponimi yang masih ada.

 

"Di kawasan Alun alun kedua, di Kemayoran, disana terpetakan tata ruang pusat pemerintahan klasik Surabaya. Misalnya ada kampung Kauman (Kemayoran Kauman, ada masjid (masjid Kemayoran), ada Alun alun (sekarang di lapangan Alun alun itu berdiri sekolahan Ta'miriyah dan SMPN 2) dan ada kantor Kabupaten Surabaya (sekarang berdiri gedung Kantor Pos Besar Surabaya)", jelas Nanang Purwono.

 

Kebenaran dan fakta sejarah ini penting diungkap untuk menjaga kesejarahan kota Surabaya. Salah satunya adalah sejarah pemerintahan Surabaya. Bahwa Surabaya yang sekarang berbentuk pemerintahan kota, sebelumnya pernah berbentuk pemerintahan kotamadya, pemerintahan Kabupaten hingga pemerintahan kadipaten.

 

"Ternyata bukti bukti dari Surabaya yang pernah berbentuk pemerintahan Kabupaten dan kadipaten masih bisa dikenali. Salah satunya adalah konsep Alun alun", jelas Yayan, seorang arsitek, yang selama ini melakukan penelusuran data data historis.

 

Tema "Alun Alun Surabaya yang Sebenarnya" menjadi pembuka serangkaian tema tema program obrolan santai (BegandRRIngan) sepanjang tahun 2023. Tema tema lainnya yang bergenre sejarah akan diisi oleh personil Begandring Soerabaia secara bergantian sesuai dengan porsi dan kapasitas masing masing.

 

Siaran perdana Begandring di RRI Surabaya dalam segmen sejarah program Ngobras (BegandRRIngan)

 

"Di Begandring ini ada orang orang yang membidangi kesejarahan masing masing. Ada yang spesifik di bidang sejarah perang kemerdekaan, sejarah kolonial, sejarah klasik, sejarah arsitektur bangunan cagar budaya, sejarah perkereta apian, sejarah punden punden di Surabaya, dan sejarah pergerakan nasional", pungkas Nanang mengakhiri siaran perdana di RRI Surabaya. (Tim Begandring)

Artikel lainnya

Kembali ke Jati Diri Adalah Kembali ke Kebun, Sawah dan Segenap Pertanian Rakyat

Malika D. Ana

Apr 03, 2023

Begini Pengaruh Marga Han di Jatim

Pulung Ciptoaji

Jan 09, 2023

Menyoal Aplikasi Android Untuk Penerima Subsidi

Author Abad

Nov 02, 2022

Benteng Budaya dan Derasnya Gelombang Modernisasi

Author Abad

Oct 03, 2022

Dekrit Untuk Kembali ke UUD 45 Asli

Malika D. Ana

Jul 06, 2023

hari selasa pagi

Reta author

Feb 21, 2023