images/images-1672824406.png
Liputan
Pariwisata

Makam Syekh Umar Sumbawa di Pucuk Surabaya

Pulung Ciptoaji

Jan 04, 2023

775 views

24 Comments

Save

Penulis : Pulung Ciptoaji

 

abad.id-Di ujung utara kota Surabaya dekat dengan Jembatan Suramadu, terdapat sebuah wisata religi yang belum banyak diketahui orang. Tempat tersebut Wisata makam Syekh Umar Sumbawa atau yang akrab disebut Mbah Sumbo.

 

Akses menuju makam Syekh Umar Sumbawa di kampung Nambangan Kecamatan Bulak Kota Surabaya  sangat mudah. Lokasi makam waliyulloh Syekh Umar Sumbawa berdekatan dengan Benteng Kedung Cowek. Jika masuk melewati Nambangan, pengunjung bisa mengikuti gang kecil perkampungan nelayan. Jika lurus, menuju jalan tersebut tembusan menuju Benteng Kedung Cowek peninggalan Belanda yang kini menjadi cagar budaya. Di sisi sepanjang jalan, pengunjung akan menikmati panorama laut dan di ujungnya terlihat pulau Madura.

 

Di sepanjang jalan banyak aktivitas nelayan yang menyambut pengunjung dengan ramah. Ada yang sedang menyiapkan prau dan jala, ada juga yang sedang mengolah ikan dan menjemurnya. Berkunjung ke kampung nelayan Nambangan dan mengikuti kegiatan nelayan bisa menambah pengalaman baru.

 

Lalu, tibalah di sebuah gapura putih bertuliskan makam Waliyullah Syekh Umar Sumbawa dan KH. Hasbullah. Gapura tersebut  belum lama dibangun oleh pemerintaa kota  Surabaya. Sebab dua tokoh yang dimakamkan ini menjadi bagian penting dalam sejaraah kota Surabaya. Setelah masuk ke area makam, tampak deretan bangunan yang sangat terawat menghadap ke pemandangan laut luas yang indah.

 

Menurut Suyanto salah satu warga setempat, kisah asal muasal makam Syekh Umar Sumbawa sekitar tahun pada tahun 1880.  Saat itu beberapa nelayan Surabaya sedang melaut menemukan jasad di pinggir pantai yang tidak diketahui jati dirinya. Kemudian oleh warga dibawalah jasad itu ke tengah laut agar tidak terdampar di tepi pantai utara Surabaya. "Jasad itu ditemukan nelayan di bibir pantai. Karena takut berurusan dengan aparat hukum pada masa kolonial Hindia Belanda, maka warga memutuskan jasad itu kembali dibawa ke tengah laut," kata Suyanto.

 

Namun keanehan terjadi, sebab jasad itu selalu menepi ke pantai. Bahkan saat warga nelayan yang hendak membuang belum sampai ke tepi pantai, jasad tersebut sudah lebih dahulu tiba di tempat semula. Lalu dibawa lagi untuk dibuang lebih jauh lagi, kenyataannya sebelum warga sampai ke tepi, jasad sudah sampai seperti semula. Hingga ke tiga kalinya, jasad itu dibuang yang paling jauh dan melawan arus. Akan tetapi sebelum warga sampai ke tepi pantai, jasad tersebut sudah lebih dulu tiba di tempat semula.

 

Akhirnya salah seorang warga melaporkan kejadian itu ke KH. Hasbullah, seorang tokoh penyebar agama Islam di Surabaya. KH Hasbullah ini dikenal salah satu santri Syekh Syaikhona Kholil Bangkalan yang tinggal di kawasan Nambangan. Kemudian KH Hasbullah mengajak warga menggelar sholat Istiqarah meminta petunjuk kepada Allah SWT. Setelah itu, betapa terkejudnya KH. Hasbullah, ternyata jenasah yang hendak di buang ke tengah laut tersebut bukan orang sembarang. Maka KH Hasbullah menyuruh warga nelayan segera menggali kubur. Keajaiban muncul lagi, saat warga baru memulai beberapa cangkulan, secara tiba-tiba tanah menjadi gembur dan mudah digali. Serta dalam kubur sudah ada Jedingan atau tempat untuk mayat. Tidak hanya itu, saat jasad hendak dimandikan, muncul bau harum melebihi minyak kasturi semerbak wangi. Setelah dikafani, disholati kemudian jenasah dikebumikan.

 

Firasat bahwa jenasah yang dikubur tersebut bukan orang sembarangan terbukti. Pada malamnya KH. Hasbullah seperti tengah bermimpi sedang berbincang bincang dengan Syekh Umar Sumbawa. Syekh Umar Sumbawa ini dikenal seorang saudagar yang menyebarkan agama Islam dengan cara berdagang. Syekh Umar Sumbawa berasal dari tanah Sumbawa yang datang hendak bertemu dengan Syekh Syaikhona Kholil. Namun belum sempat mendarat ke pulau Madura, perahu yang ditumpangi diserang bajak laut di selat Madura. Seluruh barang bawaan dan perahunya dirampas. Syekh Umar Sumbawa terbunuh dan jasadnya dibuang begitu saja ke laut. Merasa sangat mengenal dengan waliyullah ini, maka  KH. Hasbullah  berpesan kepada anak cucunya jika meninggal dunia kelak ingin dimakamkan bersebelahan dengan Syekh Umar Sumbawa.

 

Makam Syekh Umar Sumbawa berdampingan dengan makam KH. Hasbullah  di Nambangan Surabaya. Foto Pulung 

 

Ada yang berpendapat bahwa Syekh Umar Sumbawa adalah wali abdal di dalam tingkatan yang tinggi. Sebab semasa muda sudah terlihat tanda-tanda kewaliannya.  "Setelah dimakamkan Nambangan Surabaya, kawasan tersebut tidak pernah ada bencana. Jika daerah lain bisa banjir, maka di Nambangan tidak pernah banjir meskipun hijan deras,” tambah Yanto. (pul)

 

Artikel lainnya

Kembali ke Jati Diri Adalah Kembali ke Kebun, Sawah dan Segenap Pertanian Rakyat

Malika D. Ana

Apr 03, 2023

hari selasa pagi

Reta author

Feb 21, 2023

Subtrack, Belajar Sejarah Dengan Mudah

Pulung Ciptoaji

Jan 23, 2023

Menjelajah Tempat Industri Gerabah Era Majapahit

Pulung Ciptoaji

Dec 21, 2022

Benteng Budaya dan Derasnya Gelombang Modernisasi

Author Abad

Oct 03, 2022

Epigrafer Abimardha: "Jika Hujunggaluh ada di Surabaya, itu perlu dipertanyakan"

Malika D. Ana

Feb 11, 2023