images/images-1676908999.jpg
Sejarah
Indonesiana

Koloni dan Kolonialisme

Malika D. Ana

Feb 21, 2023

656 views

24 Comments

Save

Koloni dan Kolonialisme

 

Abad.id – Cukup melelahkan mencari akar dan penelitian antropologi, arkeologi, biologi molekuler menyatakan bahwa Homo Sapiens, yang merupakan nenek moyang manusia dan kampung halaman manusia berasal dari Afrika, Out Of Africa, menurut teori Eva, dan 120.000 tahun lalu, bumi mengalami lonjakan populasi manusia.


Namun dari penjejakan rumpun bahasa, sisa pemukiman purba, gerabah, ternyata sebagian besar dari penduduk Indonesia purba berasal dari Taiwan/Formosa, ini menurut `teori Out Of Taiwan dengan bukti jejak bahasa penutur rumpun Bahasa Austronesia. Sementara manusia purba Jawa, yang Hominid tidak mampu bertahan dan mengalami taponomi (kepunahan).

 

Bagian yang mengagumkan ada di Indonesia Timur dengan rumpun bahasa dan genetika ras Malenesia, mungkin inilah saudara tua yg datang dari Afrika jauh sebelum persebaran Austronesia, dan migrasi Proto dan Deutro Malay, merekalah yang secara jenuin menemukan fungsi dan peran Cengkeh dan Pala, sementara Lada lebih berada pada kawasan paparan Sunda dan akrab dengan ras Deutro Malay (melayu muda).

 

Pada dasarnya naluri manusia adalah melihat (visual), mendengar (auditori), meraba (tactile), mencium/menghidu (oflactory), dan mencicip (sense bud), dan naluri purba inilah sumber dari hadirnya rempah, baru kemudian mengetahui fungsi rempah sebagai pengawet, obat anti nyeri (anti piretik), dan konsumasi wewangian sebagai bagian dari aktivitas relijius purba, dan baru kemudian semua pengalaman ribuan tahun itu tersimpan dalam "memory collective".

 

Dan rempah primordial itu tidak dapat dibudidayakan karena aslinya mereka hidup dalam ekosistem hutan primer, baru kemudian silvi kultur dan mono kultur dilakukan oleh koloni yang datang kemudian. Silvikultur adalah praktik pengendalian proses permudaan (penanaman), pertumbuhan, komposisi, kesehatan, dan kualitas suatu hutan demi mencapai aspek-aspek kelestarian hutan. 

 

Negara kolonial (penjajah) pertama adalah Portugis dan Spanyol. Negara tersukses dari penjajahan adalah Britania. Pendukung dari penjajahan berpendapat bahwa hukum jajah-menjajah menguntungkan negara yang dijajah dengan mengembangkan infrastruktur ekonomi dan politik yang dibutuhkan untuk modernisasi dan demokrasi. Pendapat ini menunjuk ke negara bekas jajahan seperti Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru, Hong Kong dan Singapura sebagai contoh sukses pasca-penjajahan.

 

Perilaku negara colonial itu disebut kolonialisme (atau juga disebut Penjajahan) adalah sistem dimana negara menguasai rakyat dan sumber daya negara lain tetapi masih berhubungan dengan negara asal tersebut. Istilah ini juga menunjuk kepada suatu himpunan keyakinan yang digunakan untuk melegitimasi atau mempromosi sistem ini, terutama kepercayaan bahwa moral dari penjajah lebih hebat ketimbang yang dijajah. (Wikipedia).

 

Dan penjajahan sebenarnya adalah pemindahan kekayaan dari daerah yang dijajah ke daerah penjajah, dan menghambat keberhasilan pengembangan ekonomi.

 

Lahir kemudian era kolonial yang ketiga; koloni Portugis dan Belanda, rempah tidak lagi menginginkan sekedar hasil hutan, tetapi juga hasil kebun yang menghasilkan komoditi internasional pada awal abad 14.

 

Mengikuti "jejak rempah", akhirnya teh, kopi, karet serta kina juga dibudidayakan besar-besaran sebagai komoditi, tentu saja semua hasil perkebunan dengan koloni baru ini juga merangsek pada penguasaan sumber daya alam batu bara, migas, timah, dan tentu saja emas.

 

Era kejayaan koloni baru selama 500 tahun, koloni multi ras, multi etnis, multi bahasa dan budaya, sebagai lapisan budaya diatas koloni Melanesia, Austronesia, Austromelanesia, dan Proto Deutro Malay.

 

Negeri ini akan selalu bergerak dan terinspirasi oleh hadirnya koloni dan kolonialisme, dan yang terakhir geger OBOR (one belt one road), tipologi hagemoni dan koloni utara yang terus akan memainkan peranan pentingnya sejak era Tang, Cheng Ho, sampai Xi Jin Ping.

 

Peta One-Belt-One-Road-Obor, Jalur Sutra Cina

 

Bagaimana tidak, faktanya telah terjadi silent invasion (invasi senyap) yang tengah dilakukan oleh Cina melalui pintu Turnkey Project Management (selanjutnya dibaca: TPM), yaitu skema investasi asing yang digunakan Cina dalam membangun program One Belt One Road (OBOR) One China yang kini telah direvisi menjadi proyek Belt Road Initiative (BRI), dimana ciri utama investasi ini ialah mulai dari uang, manajemen, materiil, marketing, tenaga ahli hingga metode serta tenaga kasar (kuli) pun berasal dari Cina.

 

Model investasi TPM pada program OBOR ini merupakan pola Xi Jinping dalam rangka meluaskan living space atau ruang hidup (lebensraum). Hal ini mengacu pada teori, "Manusia butuh negara, negara butuh ruang hidup." Itu pakem dasar teori keruangan. Dan hanya bangsa unggul yang mampu bertahan hidup dan langgeng serta melegitimasi hukum ekspansi dan kolonisasi negara-negara lemah untuk menjadi jajahannya.

 

Manusia membutuhkan negara dan negara butuh ruang. Dan tidak dapat dipungkiri, ambisius OBOR-nya Xi Jinping selain menginginkan dunia dalam satu rangkaian (one belt) ekonomi dan satu jalur (one road) di bawah kendali Cina, juga model investasi TPM secara hidden agenda yang diduga kuat merupakan taktik "kuda troya," yaitu memasukkan kekuatan militer ke wilayah kedaulatan negara lain secara asimetris atau nirmiliter.

 

Itulah kenapa Cina saat ini lebih menyukai proyek-proyek infrastruktur dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), betapa selain kelak ia bisa menguasai serta mengontrol simpul-simpul transportasi dan/atau simpul ekonomi (pelabuhan laut/lapangan terbang/KEK/kereta api, dan lain-lain) dalam skema penjajahan, simpul transportasi yang kali pertama harus dikuasai, juga dalam pembangunan infrastruktur berjangka waktu lama serta membutuhkan ribuan tenaga kerja.

 

Maka sekali dayung dua - tiga pulau terlampaui. Dengan kata lain, selain OBOR membuka lapangan kerja atas ledakan pengangguran di Cina, ia juga menjadi bagian dari siasat kuda troya Xi Jinping dalam invasi senyap di berbagai belahan dunia, berkedok ekonomi.

 

Secara model one country and two system (elabolarasi sistem kapitalis dan komunis hidup berdampingan) yang dianut Cina kini, disatu sisi mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi Cina, namun disisi lain justru meningkatkan pengangguran. Karena ciri ekonomi komunis itu yang kaya (elit) negara tetapi mayoritas rakyatnya miskin, sebaliknya ciri dari ekonomi kapitalis yang kaya hanya sekelompok partikelir (elit), sedang mayoritas penduduknya ya dihimpit kemiskinan.

 

Jadi ketika Cina mengkombinasi dua ideologi di atas, maka sudah bisa ditebak, rakyat yang berjumlah 1,6 miliar hanya sedikit (elit negara dan elit swasta) yang menikmati kue ekonomi. Maka sudah barang tentu, ledakan pengangguran adalah keniscayaan di Cina. Lalu dengan politik OBORnya, pemerintah Cina mengatasi ledakan pengangguran yang menimpa warga negaranya. Begitulah kolonialisme Cina berjalan atas negara-negara di lintasan OBOR yang menjadi target koloninya. (mda)

 

 

Artikel lainnya

Sehat Bersama Pemerintah Baru 52,2 Juta Warga Indonesia Dapat Cek Kesehatan Gratis

Mahardika Adidaya

Oct 24, 2024

Salah Langkah Kebijakan Pangkas Nilai Tambah Ekonomi Hilirisasi Nikel

Author Abad

Jul 15, 2024

Menggali Dana Hibah Untuk Pensiun Dini PLTU

Author Abad

Jul 16, 2024

TNI Berumur 77 Tahun, Menjadi Dewasa Karena Tindakan

Author Abad

Oct 06, 2022

Kembali ke Jati Diri Adalah Kembali ke Kebun, Sawah dan Segenap Pertanian Rakyat

Malika D. Ana

Apr 03, 2023

Begini Respon TACB Perihal Reklame di Lokasi Cagar Budaya

Author Abad

Feb 26, 2023