images/images-1687325662.jpg
Sejarah

Ini Penyebab Peristiwa Kerusuhan Bandung 1973

Pulung Ciptoaji

Jun 21, 2023

1214 views

24 Comments

Save

             Toko dan kendaraan yang dibakar saat peristiwa Bandung 5 Agustus 1973. Foto 30 tahun Indonesia Merdeka

 

bandung membara

                                                                                                                  

abad.id-Pada 5 Agustus 1973 di Bandung menjadi tanggal paling diingat warga hingga saat ini. Sebab saat itu do kota kembang terjadi suatu insiden huru-hara yang mengakibatkan kerusakan dan kerugian yang cukup besar.

 

Kerusuhan akibat aksi SARA ini berawal dari serempetan antara sebuah mobil dan sebuah delman ini memaksa Presiden Soeharto memerintahkan ABRI untuk melakukan tindakan penting. Menteri Hankam dalam rapat khusus dengan DPR pada tanggal 19 September 1973 menyatakan, peristiwa tersebut terdapat 3 unsur yang saling berkaitan, yakni serempetan mobil dengan delman, unsur-unsur kriminal, serta penunggangan keadaan oleh sisa-sisa G-30-S/PKI.

 

Baca Juga : Cheng Ho, Muslim China Yang Membawa Pesan Perdamaian

 

Kejadian itu ibarat sebuah kebakaran besar yang berasal dari percikan api. Sebuah peristiwa pemukulan biasa saja namun menjadi peristiwa besar dan mencekam. Awalnya sebuah sedan putih VW dengan nomor polisi D 1231 AA yang sedang diparkir di jalan Astana Anyar, tidak jauh dari gedung bioskop “Siliwangi” Bandung, disenggol gerobak G 20 BD yang ditarik seekor kuda dengan kusir bernama Asep Tosin (17), yang dibantu adiknya Sobandi (11).

 

Penumpang mobil itu pemuda Etnis Cina, Tan Kiong Hoat dengan kedua temannya, A Kiong dan Goan Chong. Tan Kiong Hoat warga jalan M Toha No.53 Bandung marah lalu mengejar gerobak supaya berhenti. Setelah berhasil menghentikan, Tan Kiong Hoat langsung memukul Asep Tosin. Akibatnya hidung dan mulut Asep berdarah. Melihat demikian, Tan Kiong Hoat dan kedua temannya membawa Asep ke rumah di jalan Kalipah Apo 77, tidak jauh dari tempat kejadian. Di situ Asep Tosin tiba-tiba jatuh pingsan.

 

Peristiwa di hari Minggu tersebut disaksikan warga yang kebetulan lewat. Lama-kelamaan menjadi suatu kerumunan. Melihat darah Asep Tosin, Tan Kiong Hoat dan kedua temanya menjadi ketakutan lalu lari lewat pintu belakang rumah. Tidak lama kemudian Tan Kiong Hoat menyerahkan diri ke Kapten Polisi Sobana dan diamankan ke Komandan Polisi Kota 861 Bandung.

 

Adapun Asep kemudian dibawa ke rumah sakit Immanuel oleh seorang anggota ABRI, dan  Sobandi adik Asep, berhasil menyelinap dari kerumunan untuk pulang.

 

Asep Tosin berasal dari keluarga petani di kampung Manglid, Margahayu Bandung. Ayahnya, Mohtar. Berita Asep dianiaya Tan Kiong Hoat cepat menyebar di Margahayu. Mula-mula, pukul 15.30 Mohtar mendatangi Pelda AD  Ngadino yang kebetulan tetangga korban. Mohtar melaporkan Asep dipukul WNI keturunan di depan bioskop “Siliwangi”.

 

Mendengar berita  tersebut, Pelda Ngadino bersama warga kampung Manglid berangkat menggunakan truk ke tempat kejadian. Di situ ia bertemu dengan Serma AU Adung Sudarlan dan Rusmana, seorang sipil tetangganya. Mereka mendapat kaba bahwa pelaku telah diamankan di KOBES 186 Bandung. Pelda Ngadino dan Serma Adung Sudarlan segera menuju KOBES 186 dengan naik truk, bersama rombongan warga. Rombongan melewati  Astana Anyar, Cibadak, Kelenteng, Kebonjati, Suniaraja, Viaduct, dan Gereja. Sepanjang perjalanan massa meneriakkan yel-yel “Ganyang Cina, ganyang Cina!”.

 

Setiba di KOBES, Pelda Ngadino, Serma Adung Sudarlan yang berpakaian dinas ditemui petugas piket. Dalam keterangannya, bahwa kasus itu telah ditangani Seksi I Kepolisian di jalan Dalem Kaum. Rombongan itu kemudian berangkat ke Seksi I. Dalam perjalanan, kembali meneriakan yel-yel: “Ganyang Cina, ganyang Cina!”. Sesampai di Seksi I, pemuda Cina yang mereka cari itu tidak mereka temukan. Hanya jawaban bahwa sebaiknya rombongan itu pulang saja, sebab masalah ini sudah ditangan pihak berwajib. Akhirnya rombongan itu terpaksa pulang sambil berteriak “Ganyang Cina , ganyang Cina!” sepanjang perjalanan.

 

Baca Juga : Keramat dan Penuh Sejarah Keramik China

 

 

Namun rupanya provokasi tersebut membuat warga penasaran untuk mengetahui apa yang terjadi. Sekitar pukul 16.00, tiba-tiba muncul kelompok massa semakin banyak. Massa mendatangi mobil VW yang ditinggalkan pemiliknya, kemudian melempari sedan tang berdosa itu hingga rusak. Lalu kelompok tukang becak, gelandangan, pemuda berandalan langsung melakukan perusakan terhadap toko “Hasil Logam” di jalan Astana Anyar, dan toko-toko di sekitar jalan Kalipah Apo. Keributan itu untuk sementara dapat ditenangkan petugas keamanan dari POLRI dan SKOGAR Bandung-Cimahi.

 

Namun satu jam kemudian pukul 17.00, tersiar isu-isu bahwa Asep Tosin telah mati terbunuh setelah terkena pukulan karate dan tusukan kuntauw pada lehernya yang dilakukan oleh seorang Etnis Tionghua. Lebih hebat lagi, isi perut Asep Tosin sampai terburai. Isu-isu tersebut dengan mudah membakar emosi massa terhadap etnis Cina. Maka mulailah terjadi aksi anarki dan pembakaran barang milik orang-orang Cina. Aksi massa semakin tidak terkendali dengan mendatangi dealer motor Yamaha di jalan Otto Iskandardinata, PT PERMORIN di jalan Braga, dan kaca showroom PT ASTRA cabang Bandung . Lalu sasaran rumah-rumah dan toko-toko milik keturunan Cina, baik di pusat-pusat perdagangan ataupun di jalan-jalan kecil.

 

Di jalan Astana Anyar, misalnya terjadi aksi penjarahan barang-barang toko kelontong, tekstil, alat-alat rumah tangga, sepeda motor, sepeda. Bahkan Mall SARINAH di jalan Braga yang jelas milik negara tidak luput sasaran aksi amuk warga. Untuk mencegak meluas, pasukan anti huru-hara ABRI dikerahkan disertai panser dan tank serta melakukan patroli dan penjagaan.

 

Baca Juga : Tentara Inggris Menganggap Surabaya Seperti Neraka

 

Sementara itu menghadapi situasi kacau, di Bina Graha, Jakarta, tanggal 9 Agustus 1973, Presiden Soeharto dan Gurbernur Jawa Barat, Solihin GP, membahas Peristiwa Bandung. Menurut Solihin GP, dampak peristiwa itu secara regional mempengaruhi distribusi barang-barang kebutuhan rakyat. Sedangkan secara nasional dan internasional mempengaruhi minat investasi untuk menciptakan penanaman modal di Jawa Barat.

 

Dikatakannya bahwa peristiwa itu dianggap perkosaan terhadap tertib hukum, dan perlu ada normalisasi keadaan. Dari segi politis, sang gubernur menuduh Gerakan Politik PKI ikut terlibat dan menghendaki situasi Caos.

 

Baca Juga : FKMS Berada Dibalik Aksi Reformasi 1998 di Surabaya

 

Sejarah mempunyai metodologi sendiri. Peristiwa kerusuhan di lokasi yang sama pernah terjadi pada tahun 1963. Motif dan pemicunya sama yaitu kelompok sosial miskin dengan kelompok orang berkecukupan ekonomi yang didominasi etnis Tionghua. Mengenai PKI ikut terlibat sebagai “otak” dari peristiwa 5 Agustus 1973 di Bandung, sepertinya hanya sebuah analisa namun sulit dibuktikan. Sebenarnya yang muncul hanya trauma pergolakan politik pasca peristiwa Cestapu di Indonesia dan Revolusi Kebudayaan di China masih membekas, meskipun kejadian 10 tahun sebelumnya. (pul)

 

 

 

 

Artikel lainnya

Reruntuhan St Paul's College Makau Sangat Memukau

Pulung Ciptoaji

Dec 27, 2022

Surabaya Sambut Kapal Pesiar MS Viking Mars

Author Abad

Dec 20, 2022

Jugun Ianfu Dipaksa Melayani Seks 10 Orang Sehari

Malika D. Ana

Nov 12, 2022

Peringatan Hari Pahlawan Tonggak Inspirasi Pembangunan Masa Depan

Malika D. Ana

Nov 12, 2022

Banjir di Gorontalo Cukup Diserahkan ke BOW

Author Abad

Oct 30, 2022

Dari Kolaborasi ke Nominasi

Author Abad

Oct 26, 2022