images/images-1681477825.jpg
Sejarah

FKMS Berada Dibalik Aksi Reformasi 1998 di Surabaya

Pulung Ciptoaji

Apr 14, 2023

735 views

24 Comments

Save

Aksi mahasiswa mengepung gedung negara Grahadi. Foto dok surabayapost

 

abad.id- Setiap kelompok dalam gerakan mahasiswa memiliki pandangan tentang metode gerakan. Misi gerakan itu dilandasi terhadap realitas politik dan ekonomi Indonesia di bawah Orde Baru. Termasuk Forum Komunikasi Mahasiswa Surabaya dilahirkan oleh beberapa aktivis mahasiswa dari berbagai kampus pada tahun 1989 bersamaan dengan menjamurnya gerakan mahasiswa di beberapa kota lainnya.

 

Dalam buku Penakluk Razim Orde baru tulisan Muridan S Widjojo menyebutkan, sebenarnya sebelum FKMS telah berdiri kelompok Studi Mahasiswa Surabaya. Kelompok ini sebagai kerangka taktis untuk mengatasi “alergi mahasiswa terhadap kelompok studi. Berawal dari kampus Unair, setiap fakultas menjaring peminat, menjadi kantong-kantong kelompok studi. Setelah komunitas kelompok studi semakin besar, terasa ada kebutuhan untuk "turun ke jalan".

 

Maka berdirilah FKMS. Format organisasi berbentuk "forum" karena karakternya lebih egaliter, koordinatif dan cair. Setiap berkumpul yang dibicarakan adalah komitmen, sosialisasi, gagasan, disertai semangat untuk aksi massa. Aktivis FKMS menganggap kelahiran organ gerakan merupakan penegasan watak kelompok studi yang elitis dan hanya terfokus pada diskusi. FKMS kemudian berkembang menjadi organ jaringan aksi di kota Surabaya.

 

Tokoh FKMS Muhaji mengatakan, beberapa gerakan di Kampus negeri dan swasta terlibat membidani FKMS. Banyak aktifis dari Stikosa AWS, Untag serta kawan-kawan dari pers kampus ikut menyiapkan diri menjadi bagian kelompok aksi. “Beberapa kali kampus Stikosa AWS dijadikan tempat konsolidasi aksi. Salah satuya saat menolak pembredelan majalah Tempo dan tabloid Detik. Konsolidasi juga dilakukan di kampus lain terutama saat menjelang Suharto Turun,” kata Cak Muhaji

 

Hasil riset LIPI yang dibukukan Muridan S Widjojo, menyebutkan mahasiswa yang aktif di FKMS tersebar di berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta. Beberapa aktivis yang aktif dalam demo Gema Golput 1992 dan FAMI Front Aksi Mahasiswa Indonesia 1994, dikenai hukuman selama 5 tahun. Bagi FKMS, perdebatan mengenai gerakan moral dan gerakan politik sudah selesai. Isu-isu lokal (kasus Nipah) sudah diangkat menjadi kasus nasional di Jakarta.

 

Setelah aksi FAMI tersebut, para aktifis FKMS memutuskan untuk“istirahat" dari kegiatan aksi. Karena menganggap pertarungan antar komunitas gerakan di Jawa sudah tidak sehat. Tetapi pada dasarnya FKMS tetap berpedoman pada AD/ART sebagai organisasi yang terbuka, laten, dan non partisan. Kerja-kerja politik letap dilakukan baik di basis kampus gerakan, seperti  ITS, Unair, ITATS, UPB, Stikosa WAS, UBAYA, Unesa, IAIN dan Untag.  Dengan berat hati keputusan untuk "absen" dalam aksi diambil, karena terjadi saling klaim antara kelompok gerakan mahasiswa di Bandung, Jakarta dan Yogyakarta.

 

Gerakan FKMS mulai muncul kembali saat menjelang pemilu 1997. Situasi krisis ekonomi makro dan terjadi ketimpangan sosial akibat harga-harga naik, membuat para mahasiswa resah. Apalagi Suharto terpilih kembali sebagai presiden, menambah situasi politik semakin keruh. Pada perkembangan itu, aksi-aksi mahasiswa mulai sering dilakukan.

 

Saat awal 1998, FKMS menggagas terbentuknya ASPR (Arek Suroboyo Pro Reformasi) sebagai kantong pemuda dan rakyat dan APR (Arek-arek Pro Reformasi) sebagai kantong aksi para mahasiswa. Konsep 'arek' diilhami oleh kandungan semangat kepahlawanan 10 Nopember 1945.

 

Secara sosiologis, konsep arek merupakan sebutan yang mengandung makna radikalisasi perlawanan. Perlawanan terhadap kesewenang-wenangan dan ketidakadilan sosial. Penggabungan pemaknaan heroisme sebagai identitas kultural sebenarnya juga diadopsi dari gerakan-gerakan lainnya.

 

Proses ke arah konsolidasi antar unsur organ gerakan bukanlah sesuatu yang mudah dilewati. Dibutuhkan kesadaran dan kemampuan aktivisnya untuk menekan kepentingan masing-masing kelompok. Proses ini dilalui para aktivis FKMS yang bersama-sama dengan aktivis-aktivis mahasiswa lainnya dari Unair, IAIN, dan lainnya. Selain itu, peran intelektual kampus dari Unair dan ITS menambah kekuatan atas lahirnya APR.

 

Sedangkan ASPR mempunyai kantong disetiap kampus dengan nama masing-masing. Aktivis senior masih dilibatkan dalam FKMS. Orientasi FKMS lebih ke pendidikan politik, bukan untuk advokasi (kerja sektoral). Bagi FKMS, seorang aktivis harus proaktif, karena rakyat cenderung bergerak kalau tertimpa masalah. Pendidikan politik dilakukan dalam Sekolah Rakyat Surabaya (SRS).

 

Sebuah prestasi yaitu mengadakan aksi besar dengan nama Suara Rakyat Surabaya. Aksi berhasil keluar kampus dan menduduki gedung negara Grahadi. Aksi tersebut mengeluarkan Maklumat Rakya Surabaya. Pada aksi berikutnya namanya berubah menjadi Sidang Rakyat Surabaya. (pul)

 

Artikel lainnya

Pelestraian Cagar Budaya Tematik di Surabaya

Author Abad

Oct 19, 2022

Subtrack, Belajar Sejarah Dengan Mudah

Pulung Ciptoaji

Jan 23, 2023

H. P. Berlage dan Von Hemert. Siapa Von Hemert?

Author Abad

Dec 20, 2022

Peringatan Hari Pahlawan Tonggak Inspirasi Pembangunan Masa Depan

Malika D. Ana

Nov 12, 2022

Banjir di Gorontalo Cukup Diserahkan ke BOW

Author Abad

Oct 30, 2022

Benteng Budaya dan Derasnya Gelombang Modernisasi

Author Abad

Oct 03, 2022