images/images-1680686971.jpg
Sejarah
Data

Tentara Inggris Menganggap Surabaya Seperti Neraka

Pulung Ciptoaji

Apr 05, 2023

721 views

24 Comments

Save

abad.id- Pertempuran 10 November di Surabaya melawan tentara Inggris tidak dapat dilepaskan dari peristiwa yang mendahuluinya, yaitu usaha perebutan kekuasaan dan senjata dari tangan Jepang yang dimulai sejak tanggal 2 September 1945. Kejadian tersebut telah membangkitkan pergolakan sehingga menimbulkan situasi revolusi yang konfrontatif. Para pemuda berhasil memiliki senjata, dan pemerintah memberikan dukungan terhadap tindakan yang mereka lakukan. Bahkan keduanya siap menghadapi berbagai ancaman yang datang baik dari luar maupun dari dalam. Beberapa insiden letupan senjata terjadi di beberapa tempat. Pemuda Surabaya pantang mundur berhasil memukul mundur tentara Inggris hingga di tepi pelabuhan.

 

Dalam otobiografinya Sukarno tulisan Lambert Gibelt mengistilahkan dengan istilah masa bersiap. Dilukiskan sebagai suatu masa kepahlawanan dalam revolusi nasional. Maksud masa bersiap itu, mereka yang bergerak tanpa arah, penuh penjarahan, pemerkosaan dan pembunuhan-pembunuhan liar secara keji. Targetnya mereka yang dianggap musuh yaitu kaum Belanda dan indo keturunan. Bahkan penduduk China yang dianggap prokolonial menjadi target sasaran masa bersiap tersebut. Bahkan Bung Karno dalam perjalanan turun dari pesawat untuk menuju tempat perundingan melihat sendiri betapa kacaunya Surabaya. "Di setiap penjuru jalan terjadi perkelahian hebat satu lawan satu. Mayat bergelimpangan di mana-mana," tutur Soekarno.

 

"Aku berkeliling ke seluruh penjuru di mana saja pahlwan-pahlawan muda kami berada dan berbicara berhadap-hadapan muka dengan mereka. Masing-masing (dari mereka) memegang senjata dengan laras terisi dan tidak terkunci," kata Bung Karno.

 

"Seorang pemuda berumur kira-kira 16 tahun berdiri di dekatku, memegang senapannya tegak lurus dan menampung setiap kata yang keluar dari mulutku. Ketika aku mengatakan sesuatu, semangatnya meluap, dan Dor! Senapan terkutuk itu meletus tepat di belakang telingaku," ujar Soekarno.

 

Keberadaan pasukan sekutu di Surabaya pada tanggal 25 Oklober 1945, berasal dari Brigade 49 di bawah pimpinan Brigadir Jenderal A.W.S. Mallaby. Pasukan itu merupakan bagian dari Divisi ke-23 di bawah pimpinan Jenderal D.C.Hawthorn.

 

Mereka mendapat tugas dari Panglima AFNEI untuk melucuti serdadu Jepang dan menyelamatkan para interniran Sekutu. Pemimpin pasukan Sekutu diterima R.M. Suryo (pemegang pemerintahan Indonesia di Jawa Timur). Namun pemerintah Indonesia di Jawa Timur merasa enggan menerima kedatangan mereka.

 

Pihak Republik Indonesia hanya memperkenankan tentara Inggris memasuki kota dengan syarat objek-objek yang sesuai dengan tugasnya yang boleh diduduki. Seperti kamp-kamp tawanan. Namun dalam perkembangan, pihak Inggris mengingkari janjinya. Pada tanggal 26 Oktober 1945 malam hari satu pleton field security section di bawah pimpinan Kapten Shaw melakukan penyerangan ke Penjara Kalisosok untuk membebaskan Kolonel Huiyer (seorang Kolonel Angkatan Laut Belanda) bersama kawan-kawannya.

 

Tindakan Inggris dilanjutkan dengan menduduki Pangkalan Udara Morokrembangan, Pelabuhan Tanjung Perak, Kantor Pos Besar, Gedung Bank Internasional, dan objek vital lainnya. Pada tanggal 27 Oktober 1945, pukul 11.00 WIB pesawal terbang Inggris menyebarkan pamflet-pamflet. Pamflet-pamflet itu berisi perintah agar rakyat Serabaya menyerahkan serjata kepada kepade Bripadr Jenderal AW.S.Malaby.  Tetapi ia mengakui mengetahui tentang kepercayaan pemerintah Republik Indonensia menghadapi segala kemungkinan. Pada tanggal 27 Okfober 1945 terjadi kontak senjata antara pemuda dengan pihak lnggris. Kontak senjata berlangsung tanggal 26, 28 hingga 30 Oktober 1945. Dalan pertempuran itu pasukan Sekutu sempat mundur dan hampir dapat dihancurkan oleh pasukan Indonesia

 

Dalam berbagai literatur, aksi pemuda Surabaya sangat nekat. Mereka mengepung pos pasukan Inggris dimanapun tempatnya. Setiap kali kendaraan militer yang lewat selalu diganggu. Bahkan seluruh penumpang dibunuh dan isinya dijarah. Mallaby melawan aksi massa itu dengan membagi pasukan beberapa peleton sebelum masuk kota. Namun belum jauh bergerak, pasukan dihadang oleh BKR dan pemuda dengan perang terbuka. Mereka saling menembak. Bagi tentara Inggris yang kehabisan peluru harus siap tewas dikepung massa. Tentara Inggris yang menang pertempuran di Asia Pasifik menganggap peristiwa yang mengerikan seperti “telah menggangu sarang tawon”

 

Tentara Inggris yang berlarian akhirnya terpojok di lima gedung kawasan Jembatan Merah. Mereka harus siap mati karena gedung-gedung itu dikepung pemuda Surabaya. Mallaby yang takut pasukannya terbunuh, melapor kejadian itu ke Christion di Jakarta. Komandan pasukan sekutu menghubungi Presiden Soekarno untuk mendamaikan perselisihan antara pemuda dengan sekutu.  

 

Tanggal 27 Oktober situasi masih tenang. Memang masih ada kepulan asap dan puing puing bangunan sisa serangan. Pagi itu tiba-tiba warga Surabaya digemparkan dengan pamfelt yang dijatuhkan dari pesawat. Isinya mewajibkan penduduk kota meletakan senjata dan tidak ada perlawanan. Konon aksi pesawat pembawa pamlet ini tanpa diketahui Jendral Mallaby. Aksi ini tentu membuat amarah arek-arek Suroboyo semakin tidak bisa menahan diri. Radio pemberontak yang bergerak dibawah tanah pimpinan pemuda Sutomo ( Bung Tomo) berkali-kali menyampaikan peristiwa ini sangat menyinggung dan tidak sopan.  Bung tomo semakin yakin, bahwa aksi penyebaran pamlet ini ulah NICA, lembaga bentukan Belanda yang membonceng tentara Inggris. Saat itu juga, aksi anarkis semakin mengganas.

 

Kali ini kewibawaan Sukarno sebagai presiden harus diuji sejak hendak turun dari pesawat. Saat roda masih menggelinding dan baru mendarat di Lapangan Terbang Kemayoran, sudah terdengar ledakan dan tembakan. Hujan peluru itu menerjang sayap pesawat, hingga nyaris diputuskan hendak terbang lagi oleh sang pilot. Sukarno segera keluar dari pintu pesawat sambil melambaikan bendera merah putih. Tembakan langsung terhenti. Satu persatu tampak para pemuda keluar dari tempatnya dan berjalan mendekati Bung Karno. Mereka sorak sorai melihat sang pemimpinnya menyapa.

 

 Sukarno segera pindah ke mobil jip untuk membawa ke kota. Seorang tentara Inggris yang hendak mengawal justru ditodong oleh seorang pemuda dengan bambu runcing. Beruntung aksi liar di hadapan Hatta ini bisa dicegah. Setelah itu, jip bergerak diiringi para pemuda yang berlarian di samping kiri kanan jip. Rombongan sudah ditunggu Gubenur Jatim R Suryo. Perundingan hingga pukul 16.00 Wib sore dengan hasil kesepakatan penghentian tembak menembak. Malam harinya, Sukarno Hatta dan Menteri Amir Sjarifoeddin menginap di Gedung Negara Grahadi.

 

Keesokan harinya tanggal 29 Oktober, Menteri Amir Sjarifoeddin mengundang tokoh tokoh pemuda Moestopo untuk berunding. Saat itu Hatta meminta pertanggungjawaban ke Moestopo terkait aksi tembak menembak. Namun dijawab bahwa “lebih baik mati berdiri daripada dijajah kembali,”. Jawaban ini tentu tidak memuaskan Hatta. Kemudian Hatta bertanya kepada Sukarno, apa yang harus dilaukan dengan estrimis ini. Maka diputuskan bahwa Moestopo diangkat menjadi jendral namun langsung pensiun saat itu juga.

 

Rombongan menggelar makan malam di serambi Gedung Negara Grahadi. Serambi tersebut menghadap ke sungai, dan diseberangnya sebuah taman. Awalnya suasana sangat tenang. Namun tiba-tiba bagian rumah tangga Gedung negara Grahadi berteriak gaduh. Sebab para undangan dikejutkan dengan penemuan beberapa mayat tentara gurka yang terpenggal kepalanya mengambang di Kali Mas. Tentu saja, pemandangan tidak lajim bagi Sukarno Hatta yang selalu berjuang dengan politik gerakan dan organisasi, kini bertemu langsung dengan perjuangan aksi anarki. Makan malam itu berakhir akibat teror mayat dan dilanjutkan dengan aksi bersih bersih.

 

Tentara Inggris

Sukarno berusaha melakukan dialog genjatan senjata di Surabaya. Foto.net

 

Keesokan harinya tanggal 30 Oktober, Hawthorn tiba di Surabaya dan bertemu dengan Mallaby, Sukarno Hatta dan menteri Amir. Sukarno punya syarat bahwa pertemuan ini harus menghadirkan para pemimpin wilayah dan pemuda. Maka pertemuan digelar di kantor Gubernuran Jalan pasar besar. Hadir pemimpin wilayah Gubernur Suryo, Residen Sudirman serta Pemuda Roslan Abdulgani yang menjadi penghubung dengan pihak Inggris. Pertemuan berlangsung selama 2 jam, membahas garis wilayah tentara Inggris mulai pesisir pelabuhan dan Pemukiman Darmo. Alasan Kawasan Darmo dibahas, sebab banyak ditempati orang-orang eropa dan menjadi tempat perlindungan terakhir selama masa Pemerintahan Jepang. Selain itu juga disepakati peran BKR yang difungsikan sebagaai polisi kota yang menjaga ketertiban dan keamanan.

 

Selesai perundingan, siang hari itu juga Sukarno Hatta dan Amir bertolak menuju lapangan terbang Kemayoran. Namun Sukarno merasa masih terbayang kengerian selama santap malam di Gedung Negara Grahadi. Sukarno minta pengawalan ketat menuju lapangan terbang. Selama perjalanan, mobil rombongan dikawal tentara republik agar tidak ada sabotase hingga para pemimpin bertolak ke Jakarta.

 

Jendral Inggris Terbunuh

 

Upaya Soekarno dalam menenangkan rakyat Surabaya tak berbuah manis. Situasi justru kian panas. Bermula saat sekembalinya rombomgan Sukarno ke Jakarta, staf Brigjen Mallaby bermaksud membebaskan anggotanya yang sedang terjebak di  5 gedung. Kepada massa yang mengepung, staf ini meyakinkan telah terjadi gencatan senjata dan tidak ada lagi aksi tembak menembak. Namun beberapa orang yang mengepung gedung Internatio itu tidak menghiraukan amanat hasil genjatan senjata.

 

Bersama beberapa staf tentara Inggris dan para pemimpin wilayah, mendatangi Willemsplein. Tiba Willemsplein beberapa pemuda berusaha melucuti senjata rombongan. Orang-orang itu tidak mengijinkan Mallaby memasuki gedung, karena takut kehilangan sandra berharga yang melindungi tembakan dari dalam gedung. Kemudian Mallaby berseru dan memerintahkan komandan batalyon yang ada di dalam gedung untuk keluar karena situasi telah aman. Setelah menunggu beberapa saat, Hanya salah satu ajudan Kapten Shaw yang dipernbolehkan masuk ke gedung untuk menemui Mayor Venu K Gopal. Sementara dua orang Indonesia lain berdiri dekat mobil Mallaby untuk menjelaskan ke massa bahwa situasi sudah aman dan telah terjadi genjatan senjata.

 

tentara inggris

Mobil yang ditumpangi Brigadir Jendral Mallaby meledak dan menewaskan seluruh penumpangnya. Foto.net

 

Saat Mallaby beserta Kapten Smith dan Laughland memasuki mobil yang terpakir di pinggir kali, mereka melihat beberapa pemuda menenteng senapan mesin mencoba memasuki gedung internastio. Mayor Gopal tengah berjalan keluar gedung merasa curiga dan merasa tidak aman. Segara menjawab kehadiran dua pemuda itu dengan tembakan dari dalam gedung. Tiga orang pemuda indonesia yang sebelumnya berada di sekitar mobil memilih tiarap.

 

Saat itu juga muncul tembakan yang saling saut menyaut. Sesaat Ketika tembakan mereda, Mallaby yang sebelumnya tiarap di lantai kembali duduk  di mobil dan berbicara dengan pemuda yang bersembunyi di sekitar mobilnya. Sementara 2 periwira lainnya masih tiarap bersembunyi di lantai mobil. Melihat situasi lengah, sebuah peluru yang tidak jelas asalnya tiba-tiba menembus kepala sang Jendral. Ada darah keluar dari pimpinannya. Kapten Smith  yang berada di lantai mobil berusaha melakukan perlawanan dengan melempar granat bagi penyerang di luar mobil. Namun gerakan sangat lambat, sehingga 2 pemuda tersebut bisa menghindar. Sementara granat yang terlempar dari jendela itu justru jatuh di bawah kolong dan meledak dan menghancurkan seluruh isi penumpangnya.

 

Dalam buku Revolusi Kemerdekaan Indonesia 1945-1948 tulisan Hermawan Dwi Putro menggambarkan betapa jengkelnya Inggris sangat mendapatkan badai perlawanan di Kota Surabaya. Awalnya mereka menduga perlawanan rakyat Surabaya bisa ditaklukkan dalam tempo 3 hari saja.  Nyatanya pengerahkan persenjataan modem dan taktik perang yang mumpuni tidak membuat kota Surabaya mudah untuk diduduki.

 

Perlawanan bisa bertahan lama, dari hari ke hari,minggu ke minggu. Perlawanan yang pada awalnya dilakukan secara spontan dan tidak terkoordinasi, semakin hari semakin solid dan teratur. Seluruh kota jatuh di tangan pihak Inggris. Peristiwa berdarah ini benar benar membuat Inggris sebagai pemenang perang di Pasifik, mengakui medan perang Surabaya seperti "neraka" bagi mereka. Karena kerugian yang disebabkan tidaklah sedikit, sekitar 1600 orang prajurit pengalaman tewas di Surabaya, serta puluhan alat perang rusak dan hancur diterjang badai semangat arek arek Surabaya. (pul)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Artikel lainnya

Sehat Bersama Pemerintah Baru 52,2 Juta Warga Indonesia Dapat Cek Kesehatan Gratis

Mahardika Adidaya

Oct 24, 2024

Salah Langkah Kebijakan Pangkas Nilai Tambah Ekonomi Hilirisasi Nikel

Author Abad

Jul 15, 2024

Menggali Dana Hibah Untuk Pensiun Dini PLTU

Author Abad

Jul 16, 2024

Mengganggu Bini Orang Berujung Petaka

Author Abad

Oct 26, 2022

TNI Berumur 77 Tahun, Menjadi Dewasa Karena Tindakan

Author Abad

Oct 06, 2022

Benteng Budaya dan Derasnya Gelombang Modernisasi

Author Abad

Oct 03, 2022