PDAM Surabaya dan Begandring Soerabaia Ungkapan Sejarah di Kawasan Wonokromo
Abad.id – Bangsa-bangsa di dunia serentak memperingati Hari Air Sedunia pada 22 Maret 2023. Pada hari itu terhitung paringatan ke 31.
Dalam rangka memperingati Hari Air Dunia (HAD) 2023 ke-31 itu, PDAM Kota Surabaya bersama Begandring Soerabaia menggelar Surabaya Unban Track (Subtrack) berjudul Wonokromo Heritage.
Dalam Subtrack khusus ini, spot penting terkait dengan air adalah Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) di Ngagel Surabaya. Terdaftar dalam kegiatan Subtrack itu ada 36 peserta. Mereka tidak hanya datang dari Surabaya saja, tetapi juga ada yang dari luar kota, seperti Bali.
Selain mengunjungi IPAM Ngagel, mereka juga mengunjungi Pintu Air Jagir yang di masa lalu disebut Bandjir Sluis. Jadi, pintu air ini adalah sarana yang dipakai untuk mengatasi dan mengontrol banjir yang terjadi di Surabaya.
Selain itu, pintu air ini juga dipakai sebagai sarana untuk mendukung ketersediaan air sebagai bahan baku untuk proses pengolahan air yang dibutuhkan oleh perusahaan air pemerintah kota Surabaya di era Kolonial. Yaitu Gemente Waterleiding.
Spot lain terkait dengan air adalah Sluis Ngagel. Sluis adalah pintu air yang sekaligus pintu keluar masuknya perahu perahu dari dan ke Kalimas. Di Kalimas ada dua Sluis. Satu di Ngagel dan lainnya di Kayoon. Sayang kedua Sluis (pintu keluar masuknya perahu) sudah tidak berfungsi. Sluis sejenis di negara asalnya, Belanda, masih berfungsi. Tidak hanya sebagai sarana transportasi sungai, tetapi menjadi sarana edukasi bagi anak anak sekolah guna mengenali potensi lokal mereka.
Jelajah sejarah di kanal Wonokromo yang menjadi saksi eristiwa gerbong maut dan pengolahan air
Sebenarnya Sluis di Surabaya ini masih bisa dioperasikan lagi. Menurut Ali Yusa, ahli perkapalan yang selama ini mendesign dermaga dermaga di Kalimas mengatakan seiring dengan revitalisasi sungai Kalimas Sluis Sluis di Kalimas ini juga perlu direvitalisasi.
"Masih bisa bekas Sluis Sluis itu di revitalisasi sehingga transportasi air dari selatan (Ngage) hingga utara (Pelabuhan Rakyat Kalimas) bisa terkoneksi. Ini menambah kekayaan kita di Surabaya", terang Ali Yusa usai diskusi bersama lurah Peneleh dalam upaya pengembangan kawasan Peneleh sebagai daerah tujuan wisata di Surabaya pada 14 Maret 2023 lalu.
Sluis Ngagel dan Kayoon memiliki keindahan lingkungan sungai. Bahkan tempat ini sempat digunakan sebagai pre wedding photography. Sejauh ini di kedua Sluis itu sering dinikmati oleh para pemancing. Bahagialah mereka yang bisa menikmati keindahan masa lalu itu. Bagaimana dengan lainnya?
Selain mengunjungi heritage yang berkenaan dengan air karena dalam rangka memperingati Hari Air Dunia (HAD), Subtrack Wonokromo Heritage ini juga meneropong masa lalu lingkungan IPAM Ngagel dan stasiun Kereta Api Wonokromo di masa kemerdekaan.
Ahmad Zaki Yamani, kepala bidang Pendidikan dan Latihan Begandring Surabaya, yang dalam Subtrack ini bertindak sebagai salah satu pemandu menceritakan bahwa pada 28 Oktober 1945 di saat pertempuran Surabaya fase 1, para pemuda pemuda pegawai air minum melakukan blokade dengan cara menutup kran air yang menuju ke Surabaya.
"Dampaknya sangat besar. Aliran air minum mati total, sehingga tentara Inggis tidak mendapatkan aliran air. Hal ini melemahkan fisik dan mental tentara Inggris. Aksi pemuda pemuda air ini memperkuat posisi arek arek Suroboyo dalam perang Surabaya", demikian penjelasan Zaki dalam narasi yang disampaikan kepada peserta Subtrack.
Ia juga menjelaskan fakta historis di lingkungan stasiun Kereta Api Wonokromo. Bahwa di statiun jaba kota ini riwayat Gerbong Maut tertorehkan.
Peristiwa Gerbong Maut, yang terjadi pada 23 November 1947, adalah tragedi pemindahan tawanan yang dikawal Marinir Belanda dari Bondowoso ke Surabaya dengan menggunakan kereta api dengan angkutan gerbong yang tertutup rapat. Dari 90 orang tawanan, yang tewas sejumlah 46 orang. Mereka adalah para pejuang kemerdekaan Indonesia yang terdiri dari berbagai macam profesi. Ada tentara, polisi, pamong praja dan rakyat.
"Nasib para tawanan yang gugur tidak diketahui secara pasti, namun sebuah asumsi mengatakan jenazah mereka dibuang di sungai Jagir dari jembatan Kereta Api Wonokromo", tambah Zaki.
Kelas Sejarah
Di spot terakhir, peserta Subtrack berkunjung ke Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) Ngagel. Kehadiran Subtrack ini disambut hangat oleh jajaran direksi dan staff IPAM PDAM Kota Surabaya.
Kelas sejarah dengan peragaan penjernihan air
Binurwati Fitri, Manajer Tata Usaha dan Humas PDAM Surya Sembada Kota Surabaya, sangat bergembira bisa bekerjasama dengan Begandring Soerabaia dalam upaya menggali sejarah perusahaan air minum yang diawali oleh Belanda dengan nama Gemente Waterleiding pada awal abad 20.
"Kami siap terus bekerjasama dalam menguri uri sejarah perusahaan. Kami juga ada aset di jalan Basuki Rahmad yang menyimpan sejarah Waterleiding. Kehadiran perusahaan air di era kolonial ini sebetulnya menunjukkan udah adanya kesadaran akan air bersih dan sanitasi", jelas Fitri ketika menyambut rombongan pemerhati dan pegiat sejarah dalam kegiatan Surabaya Urban Track (Subtrack) pada Minggu, 19 Maret 2023.
Sejarah masa lalu ini ternyata masih relevan dengan hari ini dimana dalam peringatan Hari Air Dunia (HAD) 2023 tema yang diusung adalah mempercepat perubahan untuk mengatasi krisis air dan sanitasi.
Karena manfaat air sangat besar bagi manusia maka mereka harus mengambil tindakan. Kegiatan Subtrack adalah salah satu tindakan dimana melalui jelajah sejarah ini para peserta diperkenalkan bagaimana mengelola air dan peduli dengan air.
Di lingkungan IPAM Ngagel, mereka diajak keliling lingkungan IPAM, temasuk melihat infrastruktur yang menjadi akses kuno jalur pengambilan air sebagai bahan baku pengolahan. Juga mereka melihat dari dekat tandon tandon pengolahan air sehingga menjadi air siap konsumsi untuk kebutuhan sehari hari.
Untuk memperkuat pemahaman peserta dalam belajar pengolahan air dari bahan baku menjadi siap konsumsi, dibukalah Kelas Sejarah. Dalam kelas ini dipresentasikan dan sekaligus diperagakan bagaimana air yang keruh dalam sekejap bisa berubah menjadi air yang jernih.
"Ini bukan sulapan, tapi kenyataan melalui proses teknologi yang bisa mengubah air keruh menjadi jernih", jelas Agung Widyanjaya, pegiat sejarah dari Angkringan Pendopo Sidoarjo, yang ahli kimia jebolan ITS Surabaya.
Agung yang bersama sama Subtrack memang mengamati sejarah Pengolahan Air sejak era Hindia Belanda hingga sekarang. Ia mengamati dari proses yang masih sederhanan di era kolonial hingga yang moderen di era sekarang.
Ia pun membawa alat penjernihan air miliknya yang biasa dipakai di laboratorium. Dengan menggunakan alat itu, Agung bisa berbagai pengetahuan dengan semua peserta Subtrack.
Melalui proses kimiawi yang ia peragakan membuat peserta yakin akan kualitas air hasil olahan bagi manusia. Dengan menggunakan bahan dan proses kimia yang disebut tawas dan klorin, maka kotoran (suspendid solid) dan bakteri dalam air bisa hilang.
"Contoh paling praktis adalah ketika saya akan berenang di kolam renang. Sebelum berenang, saya akan ambil airnya dan saya bau. Kalau berbau tawas dan klorin, maka air ini aman meskipun ada orang yang kencing di dalam kolam", jelas Agung.
Setelah Kelas Sejarah usai, peserta diajak menuju ke Zona Air Minum Prima (ZAMP) yang memproduksi air siap minum. Dari kran yang ada air siap diminum dan ini langsung dibuktikan oleh peserta yang langsung menenggak air yang diproduksi dari olahraga tehnologi Korea.
Air siap minum dari kran di IPAM Ngagel, Surabaya
Rasa dahaga di tengah panas yang menyengat langsung memberi kesegaran alami dari hasil proses produksi di IPAM Ngagel. Untuk sementara air siap minum ini masih menjangkau kawasan sekitar IPAM Ngagel.
Wahyudi warga Surabaya yang mengikuti Subtrack ini berharap agar air siap minum ini bisa menjangkau kawasan yang lebih luas di Surabaya. (Nanang)
Begandring Soerabaia Sumber Inspirasi dan Penelitian
Abad.id - "Inspiratif dan berpengaruh", itulah sifat khas yang dimiliki oleh komunitas pegiat sejarah dan budaya asal Surabaya, Begandring Soerabaia. Pengakuan sifat ini diukur dari datangnya beberapa sekolah dan perguruan tinggi yang meneliti komunitas ini.
Lady Khairunnisa, mahasiswi Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga, sesuai petunjuk dosen pembimbingnya Prof Purnawan Basundoro, datang dan meneliti komunitas Begandring Soerabaia karena keunikan dan kekhasan yang dimiliki.
"Komunitas ini berbeda dari lainnya dan karenanya saya menelitinya", jelas Lady mengapa ia meneliti.
Ia menambahkan bahwa sebuah komunitas umumnya terdiri dari orang orang yang memiliki kesamaan perhatian terhadap sesuatu, misalnya heritage.
"Kegiatannya tuh datang bersama sama ke obyek obyek heritage dan menikmatinya bersama sama sambil berfoto foto sebagai kenang kenangan lalu dibagi bagikan di sosial media mereka", lanjut Lady.
Pandangan Lady ini tidak salah karena memang seperti itu kebanyakan komunitas.
"Tapi komunitas Begandring ini berbeda, tidak seperti umumnya karena komunitas ini memiliki upaya upaya untuk melestarikan dengan cara cara pengelolaan dan pemanfaatan melalui kegiatan kegiatan yang dilakukan", alasan Lady.
Begandring Soerabaia dalam upaya pelestarian cagar budaya memang melakukan kegiatan kegiatan edukasi dan advokasi melalui program wisata jelajah sejarah Surabaya Urban Track (Sub track), program diskusi publik, program publikasi penulisan artikel artikel sejarah dan program pembuatan video dan film.
Kuncarsono, tim peneliti dari The Begandring Institute, sub-organ dari Begandring Soerabaia, mengatakan bahwa semua kegiatan kegiatan komunitas didasari oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh The Begandring Institute.
"Dari hasil penelitian dan penelusuran oleh sub organ ini, kemudian dibagikan ke publik melalui program program wisata, diskusi, publikasi dan film", jelas Kuncarsono, yang mantan wartawan investigasi peraih penghargaan Anugerah Adiwarta 2011.
Inilah keunikan dan kekhasan komunitas yang telah berbadan hukum dengan SK Kemenkumham RI no. AHU-0002104.AH.01.07.Tahun 2022.
Tidak hanya Lady dari Universitas Airlangga yang mengulik untuk penulisan skripsinya, ada juga Lab School Universitas Negeri Surabaya dan kelompok siswa sekolah Al Hikmah Surabaya yang membuat penulisan ilmiah dengan obyek penelitian komunitas Begandring Soerabaia. Kelompok siswa ini tidak saja melakukan wawancara dengan pengurus komunitas, tetapi juga mengikuti kegiatan kegiatan yang digelarnya seperti kegiatan wisata Sub track.
"Dari kegiatan Subtrack yang dikelola Begandring Soerabaia ini, saya tidak hanya bisa belajar sejarah, tapi lebih dari itu saya merasa bahwa saya juga ikut kegiatan dalam upaya bersama melestarikan obyek obyek heritage yang menjadi kunjungan Subtrack", terang Azalia Azzahra setelah mengikuti Subtrack Jejak Daendels di Surabaya pada 12 Februari 2023.
Secara umum bahwa kegiatan kegiatan komunitas ini menjadi suatu bentuk gerakan publik dan pressure group yang terstruktur dan terkonsep sebagai upaya bersama dalam pelestarian cagar budaya di kota Surabaya.
Tidak hanya datang dari kota Surabaya, gerakan komunitas ini juga menarik perhatian profesor Katharine McGregor dari School of Historical and Phylosofical Studies, and School of Culture and Communications, Faculty of Arts, Melbourne University, Australia.
Katherine di ruang The Begandring Institute, yang merupakan ruang pusat data penelitian
Profesor Katherine tergabung dalam tim peneliti bersama Profesor Ana Dragojlovic, Dr. Grace Leksana dan Ms. Astrid Kerchman dan mengangkat tema penelitian yang berjudul "Submerged Histories: Memory Activism in Indonesia and the Netherlands.
Melalui jejaringnya, Katharine mengetahui Begandring Soerabaia dan berfikir pantas menjadikannya sebagai nara sumber dalam penelitiannya. Menurutnya komunitas ini memiliki kelebihan sebagai komunitas sejarah karena perannya yang tidak hanya edukatf tapi juga advokatif.
Ditemui di basecamp Begandring di Lodji Besar. Jalan Makam Peneleh 46 Surabaya (14/3/2023), Nanang Purwono (Ketua Begandring Soerabaia) menjawab dan menjelaskan serangkaian pertanyaan dari koordinator penelitian, Prof. Katherine McGregor.
Prof Katherine McGregor mewawancarai Ketua Begandring Soerabaia, Nanang Purwono
Nanang menjelaskan bahwa heritage dan peninggalan sejarah yang masih tersebar di Surabaya adalah sumber dan bahan yang dapat diolah dan dimanfaatkan sebagai sarana membangun jembatan pemahaman yang mutual (mutual understanding ties) antara Indonesia dan Belanda.
Dalam upaya pelestarian, pengelolaan dan pemanfaatan itu, Begandring Soerabaia melakukan kolaborasi pentahelix yang melibatkan 5 unsur: pemerintah, akademisi, dunia usaha, media dan komunitas sendiri. Kolaborasi ini tidak hanya tertutup dari lokal dan nasional, bahkan dari dunia internasional.
"Selama ini kami bermitra dengan beberapa lembaga di Belanda. Ada Oost Indiesch Doof, TiMe Amsterdam, Indotrack, Bie Muusze dan satu lagi di Hongkong dengan iDiscover", imbuh Nanang.
Kerjasama Lokal
Dimana bumi dipijak, disitu bumi dijunjung. Peribahasa ini sesuai dengan kehadiran Begandring yang bersekretariat dan berkegiatan di bumi Peneleh. Sementara, para penggurus dan anggota Begandring bukanlah warga setempat. Tapi bagi mereka Peneleh bagia rumah sendiri karena Peneleh masih bagian dari kota Surabaya.
Dalam rangka mendukung memajukan wisata Peneleh yang berbasis pada sejarah, Begandring berusaha ikut berpartisipasi menjunjung langit yang menaungi Peneleh. Pada Selama malam, 14 Maret 2023, pengurus Begandring Soerabaia diundang oleh Lurah Peneleh Skundario dalam sebuah pertemuan yang melibatkan seluruh Ketua RT dan RW serta LPMK di Kelurahan Peneleh, Kecamatan Genteng.
Pertemuan ini sebagai tindak lanjut upaya penataan kawasan Peneleh sebagai daerah tujuan wisata sejarah di Surabaya. Hadir dalam pertemuan itu adalah Camat Genteng Muhammad Aries Hilmi, Dosen Muhammadyah Gresik Ali Yusa, ST. MT yang ahli di bidang perkapalan.
Salah satu pengembangan Peneleh sebagai daerah tujuan wisata baru di Surabaya ini akan dikoneksikan dengan wisata air Kalimas.
"Untuk mendukung konsep wisata itu, di Kalimas di kawasan Peneleh sudah dibuat dermaga sungai. Dermaga itu tinggal dikoneksikan dengan kawasan Peneleh", ujar Ali Yusa yang merancang design dermaga sungai.
Karenanya untuk membangun kawasan wisata Peneleh itu pihak pihak terkait di lingkungan kelurahan Peneleh dihadirkan, termasuk Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) dan Komunitas Begandring Soerabaia yang bersekretariat dan berkegiatan di sana.
"Kami ini bukan warga Peneleh. Kami adalah pendatang yang tempat tinggal kami tersebar di Surabaya. Kami hanya sebagai pemantik agar warga setempat lah yang nantinya harus bekerja demi lingkungannya. Kami sebagai pegiat sejarah, ternyata Peneleh ini menyimpan banyak sejarah dan kami menyediakan data itu untuk digunakan oleh warga demi membangun lingkungannya", jelas Kuncarsono sebagai salah satu pendiri Komunitas Begandring Soerabaia.
Banyak kegiatan yang telah dilakukan di Peneleh dan masih akan banyak aktivitas yang dilakukan disana. Salah satunya adalah memanfaatkan Makam Belanda Peneleh menjadi wahana kepustakaan hidup, "The Living Library". Kok bisa? (Tim).
Begandring Soerabaia Sumber Penelitian Ilmiah
Abad.id - Sejumlah pelajar SMA mendatangi Lodji Besar pada Sabtu sore (28/1/2023) dalam rangka melakukan penelitian dengan Narasumber dari Perkumpulan Begandring Soerabaia. Tiga siswi dari SMA Al Hikmah Surabaya dan 5 lainnya dari keluarga siswa Lab School Unesa Surabaya. Siswa dari Al Hikmah meneliti Begandring Soerabaia sebagai entitas perkumpulan. Sedangkan siswa Lab School Unesa meneliti tradisi Pengantin Pegon, sebuah tradisi mantenan khas Surabaya.
Kelompok Lab School Unesa Surabaya bersama Yatim
Kelompok siswi SMA Al Hikmah, yang terdiri dari Azalia Azzahrah, Azahra Aulia Putri dan Maulida Istianah, melakukan penelitian tentang peran komunitas Begandring Soerabaia dalam kaitannya dengan Pelajaran KIR (Karya Ilmiah Remaja) di bidang edukasi sosial humaniora.
Azalia Azzahrah meneliti Begandring Soerabaia setelah mendengar adanya komunitas yang intens melakukan penelitian di bidang sejarah dan budaya Surabaya dan menghasilkan karya karya kolaboratif dengan berbagai pihak, yang diantaranya dengan pemerintah Kota Surabaya.
"Karena itu kami ingin tau bagaimana Begandring bisa melakukan kegiatan kegiatan yang inspiratif dan bermanfaat bagi Surabaya", jelas Azalia yang menerangkan mengapa mendatangi sekretariat Begandring Soerabaia di jalan Makam Peneleh itu.
Di sekretariat, yang berlabel Lodji Besar, mereka ditemui pengurus Begandring yang diantaranya Nanang Purwono (ketua), Kuncarsono (pendiri) dan Fathurrozi (fotografer). Dalam kaitan dengan penelitiannya, Azalia dan kawan kawan menanyakan berbagai hal mulai dari bagaimana Perkumpulan Begandring Soerabaia ini bisa terbentuk, siapa saja orang orang yang duduk dalam kepengurusan Begandring, apa saja kegiatan Begandring, dengan pihak mana saja Begandring berkolaborasi, apa saja yang menjadi obyek penelitian Begandring dan apa harapan dan tujuan Begandring dalam berorganisasi.
Nanang membersamai kelompok Al Hikmah Surabaya
Nanang, yang langsung menemui mereka, salut atas pertanyaan pertanyaan yang sangat berbobot bagi siswa kelas 11 SMA.
"Meski masih SMA, pertanyaan pertanyaan mereka sudah setingkat mahasiswa. Pertanyaannya sangat analistis", ungkap Nanang.
Sambil ngobrol santai di atas panggung kecil di teras Lodji Besar, diskusi ilmiah pun berjalan santai ala anak muda tapi serius. Mereka merekam audio setiap pembicaraan dan pertanyaan-jawaban. Dari kegiatan wawancara itu terlihat formasi kerja kelompok yang apik karena masing masing dari ketiga anggota kelompok itu bergantian melontarkan pertanyaan yang terstruktur.
Begitu sebaliknya, mereka juga ditanya oleh Nanang dengan tujuan untuk menambah pemantapan akan penelitian yang mereka lakukan.
"Dengan menjawab pertanyaan pertanyaan, mereka semakin lebih mengenal mengapa mereka melakukan penelitian", kata Nanang yang sekaligus menjadi pembimbing dalam penelitian itu.
Misalnya ketika ditanya, menurut pendapat mereka, mengapa Begandring melakukan upaya pelestarian sejarah, budaya dan cagar budaya kota Surabaya. Mereka bisa menjawab bahwa ada banyak tempat di Surabaya yang menyimpan nilai sejarah, tapi ada yang kurang dipedulikan.
"Nah, kami menemukan bahwa komunitas begandring mempunyai program yang berhubungan dengan pelestarian sejarah dan kami ingin mengetahui lebih jauh tentang peran Komunitas Begandring dalam melestarikan sejarah lokal surabaya" jawab Azalia.
Mereka pun yakin bahwa dari hasil penelitian ini, secara khusus, akan memberikan manfaat bagi mereka bertiga.
"Iya, tentu saja penelitian ini akan bermakna. Selain kami bisa mengetahui tentang Komunitas Begandring, tanpa disadari kami juga jadi lebih mengenal tentang sejarah Surabaya. Dengan adanya penelitian ini kami harapkan komunitas begandring semakin dikenal publik. Untuk ke depannya, kami akan lebih memedulikan sejarah lokal surabaya dan mengajak teman teman kami agar lebih peduli pula", jelentreh Azalia mewakili kawan kawannya.
Nanang Purwono memberikan penjelasan kepada siswi Al Hikmah
Secara langsung, ketika mereka mengamati tempat yang menjadi markas Begandring, Lodji Besar yang dibangun pada 1907, mereka sudah terbawa masuk pada nuansa proses pelajaran sejarah kota Surabaya. Menurutnya tempat ini mendukung proses berkegiatan Begandring Soerabaia.
Azalia: "Dari yang saya amati, tempat ini memiliki nuansa yang unik seperti zaman dulu dan cocok digunakan untuk bercengkrama ataupun berdiskusi".
Azahra Aulia Putri: "Dari arsitektur bangunannya, hiasan yang dipilih mulai dari foto iklan jaman dahulu, lagu yang diputar, lampu lampunya yang warna kuning, serta perabotan dan menu makanan yang dijual (apalagi yang namanya indische tadi, saya sangat tertarik). Markas Begandring memberikan nuansa tahun 1900-an, dan bisa membuat saya membayangkan suasana ketika dulu.“
Maulida Istianah: "Yang bisa saya amati dari kunjungan ke kafe Lodji Besar ini adalah interaksi anggota Begandring satu sama lain yang dekat dan santai namun profesional. Hal ini bermakna bagi saya bahwa dengan interaksi yang santai seperti pertemanan, suatu komunitas dapat terbentuk kuat dan saling melengkapi. Yang menakjubkan adalah walaupun santai, Komunitas Begandring tetap dapat bekerja secara profesional.”
Nanang menyimpulkan bahwa dengan bertanya kepada mereka sebagai upaya feed back, maka dapat diketahui bahwa mereka sudah mulai mengenal tentang Begandring yang menjadi obyek penelitian.
Yatim S Bekti (beruseng) dan Fathurrozi (membelakangi) menjadi narasumber kelompok siswi Lab School Unesa Surabaya
Pengantin Pegon
Pengantin Pegon adalah obyek Kebudayaan di kota Surabaya. Pengantin Pegon adalah pengantin khas Surabaya yang keberadaannya luntur dimakan jaman. Karenanya berdasarkan Undang Undang 5/2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, salah seorang pengurus Begandring Soerabaia pernah melakukan penelitian tentang Pengantin Pegon. Bahkan salah satu anaknya dinikahkan dengan menggunakan adat mantenan Pegon.
Yatim S Bekti adalah salah seorang pengurus Begandring Soerabaia itu.
"Saya menikahkan anak saya dengan menggunakan adat pengantin Pegon. Tradisi ini merupakan percampuran adat yang ada di jamannya. Menurut sebuah literasi, pengantin Pegon ini sudah ada di tahun 1880-an", jelas Yatim ketika menemui peneliti siswi SMA Lab School Unesa Surabaya di Lodji Besar pada Sabtu sore (29/1/2023).
Manten Pegon adalah upacara pernikahan atau proses pertemuan antara mempelai laki-laki dengan pihak mempelai perempuan yang lahir dari akulturasi antara budaya Eropa (Belanda), Arab, Cina dan Jawa di wilayah Surabaya.
Keunikan inilah yang menarik perhatian siswi Lab School Unesa Surabaya. Adalah tepat ketika Yatim S Bekti menjadi narasumber dalam penelitian ini karena Yatim secara empiris pernah menikahkan anaknya dengan gaya Manten Pegon.
"Pak Yatim ini juga pernah menjadi Nara sumber dalam penulisan dan penyusunan buku Ensiklopedia Kearifan Lokal Kota Surabaya yang diterbitkan oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya yang bekerjasama dengan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga baru baru ini", jelas Nanang Purwono yang ikut membersamai kelompok peneliti Lab School Unesa di Lodji.
Kristania Ika Lestari dan Grecia Hamashia Allow, yang melakukan penelitian ini, tidak hanya melahirkan sebatas laporan tekstual, tapi mereka akan menunjukkan pakaian pasangan pengantin Pegon dalam bentuk peragaan busana.
Busana Pengantin Pegon terbilang langka. Justru melalui penelitian yang hasilnya akan diperagaan oleh siswi Lab School ini adalah bentuk upaya pemajuan Kebudayaan sebagaimana tertuang dalam Undang Undang 5/2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.
Pengantin Pegon adalah salah satu contoh obyek dalam Ritus, yang menjadi salah satu dari 10 obyek Pemajuan Kebudayaan. Ritus adalah tata cara pelaksanaan upacara atau kegiatan yang didasarkan pada nilai tertentu dan dilakukan oleh kelompok masyarakat secara terus menerus dan diwariskan pada generasi berikutnya, antara lain, berbagai perayaan, peringatan kelahiran, upacara perkawinan, upacara kematian, dan ritual kepercayaan beserta perlengkapannya.
Perlengkapan upacara perkawinan Pengantin Pegon adalah pakaian yang dikenakan. Tidak banyak warga kota Surabaya yang mengenal perkawinan dengan tata cara Pengantin Pegon. Pengantin Pegon ini sebagai cerminan keberagaman etnis Surabaya karena ini perpaduan etnis Eropa, Arab, China dan Jawa.
"Pengantin Pegon adalah cermin pluralisme kota Surabaya", tegas Nanang.
Nanang berharap, seiring dengan upaya pemajuan Kebudayaan sesuai dengan amanah UU 5/2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, akan semakin banyak kegiatan kegiatan penelusuran terhadap 10 obyek pemajuan Kebudayaan di Surabaya seperti yang ditujukan oleh siswi Lab School Unesa Surabaya.
Selama ini tidak hanya dua sekolah yang menjadikan Begandring Soerabaia sebagai sumber penitian. Masih ada lembaga sekolah lainnya yang njujug Begandring Soerabaia sebagai mitra dalam penelitian penelitian. Selain datang dari entitas dalam negeri, Begandring juga mitra dari lembaga lembaga luar negeri. (Tim)
Begandring Soerabaia Melesat Bersama TVRI Jatim dan RRI Surabaya di 2023
Abad.id - Masuk Senin pertama tahun 2023, perkumpulan pegiat sejarah Begandring Soerabaia langsung ngegas, melesat, meninggalkan lainnya.
"Ini bukan curi start, tapi mesin sudah menyala, panas, full power dan gerbong sudah terisi. Begitu tahun 2023 dibuka, lokomototif dan rangkaian gerbong ini melesat meninggalkan lainnya. Martilnya adalah film Soera ing Baja", kata Nanang Purwono, Ketua Begandring Soerabaia usai nonton film dokumenter "Soera ing Baja" Senin siang di Cineplex XXI Tunjungan Plaza.
Film dokumenter drama (dokudrama), "Soera ing Baja, Gemuruh Revolusi '45", hasil produksi kolaboratif antara Begandring Soerabaia, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga, TVRI Jawa Timur dan Pemerintah Kota Surabaya memang ditayangkan perdana di Cineplex XXI Tunjungan Plaza untuk mengawali tahun 2023.
Wali kota Surabaya Eri Cahyadi bersama crew dan pemain film Soera ing Baja usai nonton bersama
Penayangan perdana di layar lebar ini membuat wali kota Surabaya Eri Cahyadi merinding. Ia terharu dengan pesan yang disampaikan dalam film itu.
Pesannya adalah Surabaya Wani (berani). Film yang disutradarai Faizal Anwar (TVRI) dengan co sutradara Ahmad Zaki Yamani (Ketua Divisi Pendidikan dan Latihan Begandring Soerabaia) memang memvisualkan sifat keberanian arek arek Surabaya dalam mempertahankan kemerdekaan pasca proklamasi 17 Agustus 1945.
"Tangan saya sampai merinding melihat film tadi. Terima kasih Begandring Soerabaia, yang sangat dan selalu konsisten merawat sejarah Surabaya", kata Eri Cahyadi dalam sambutannya usai nonton bersama tim Begandring, keluarga besar FIB Unair, OPD serta para camat, anggota DPRD Surabaya dan masyarakat Surabaya.
Suasana dalam gedung Cineplex XXI usai pemutaran Soera ing Baja
Begandring sebagai perkumpulan pegiat sejarah Surabaya memang selalu konsisten sejak didirikan pada November 2018 dan Eri Cahyadi sendiri menjadi motor pelecut lahirnya Begandring ketika ia masih sebagai Kepala Bappeko Surabaya.
Menurutnya, film Soera ing Baja adalah buah karya yang luar biasa karena mampu memvisualkan nilai nilai kejuangan dan kepahlawanan yang utuh mulai dari peristiwa proklamasi pada 17 Agustus 1945 hingga dibangunnya monumen kepahlawanan pada 10 November 1951 sebagai pengingat peristiwa besar yang terjadi di Surabaya pada 10 November 1945.
Eri Cahyadi yang dalam film itu berperan sebagai Presiden RI, Soekarno, ternyata masih terjiwai oleh sosok Soekarno. Dalam memberi sambutan usai nonton film, ia masih bergaya ala Soekarno.
"Kita telah ditunjukkan bagaimana arek arek Surabaya mempertahankan kemerdekaan dalam melawan penjajah kala itu. Sekarang kita bukan lagi melawan penjajah, tapi melawan kemiskinan, gizi buruk, stunting, putus sekolah dan kebodohan", demikian kata Eri berapi api.
Ia menambahkan bahwa film ini bisa digunakan sebagai sarana untuk menanamkan nilai kepahlawanan pada generasi penerus bangsa sehingga film ini layak menjadi tontonan wajib bagi sekolah sekolah SD dan SMP yang ada di bawah kewenangan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya.
"Untuk itu akan kami sediakan tempat untuk nonton bareng (nobar) film ini. Nanti ada dua studio yang kita siapkan,” ujar Wali Kota Eri.
Dalam mengawali pemutaran film perdana ini, gala premier, selain dihadiri oleh Wali kota Eri Cahyadi beserta istri Rini Indriyani, juga dihadiri oleh perangkat OPD dan camat di lingkungan pemerintah kota, DPRD kota Surabaya, Dekan FIB Unair, para pendukung film serta masyarakat umum.
Hadir dari salah satu unsur DPRD Kota Surabaya adalah Wakil Ketua Dewan, Renny Astuti.
"Film Soera ing Baja ini sangat sarat akan nilai nilai kepahlawanan dan semangat kejuangan dan cocok menjadi tontonan serta tuntunan bagi generasi muda Surabaya", kata Renny Astuti, politisi PKS usai pemutaran film.
Menurutnya, selain dirinya, ada sekitar 10 anggota dewan yang datang dan nonton film Soera ing Baja ini.
Film yang diproduksi secara kolaboratif ini menjadi contoh bagaimana sejarah Surabaya dapat divisualkan untuk mempertegas kebenaran sejarah Surabaya. Bukan tidak mungkin akan ada film film lain yang bisa diproduksi untuk menggambarkan sejarah Surabaya.
Profesor Purnawan Basundoro, dekan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unair dalam obrolan santai tapi serius dengan Renny Astuti sebelum film dimulai menyampaikan bahwa temuan temuan baru terkait sejarah Surabaya perlu mendapat perhatian. Misalnya terkait dengan temuan sumur Jobong di Kampung Pandean pada 2018.
Selain itu, sejarah kota lainnya adalah terkait dengan Hujunggaluh dan lokasi peristiwa perang dan terusirnya tentara Tartar dari Jawa pada 1293. Lantas muncul pertanyaan penting dan mendasar, apakah benar kali Jagir menjadi jalar keluar Tartar dari pulau Jawa?
"Tentara Tartar dalam sejarah Surabaya dituliskan bahwa mereka meninggalkan pulau Jawa dari kali Jagir pada 1293, padahal dalam peta 1719, kali itu belum ada. Bagaimana Tentara Tartar bisa keluar dari pulau Jawa dengan melewati Jagir?", tanya Kuncarsono Prasetyo yang bernada kritis dan korektif kepada Walik Ketua Dewan Renny Astuti sebelum pemutaran film dimulai.
Kiranya sejarah kota semacam itu yang kelak perlu divisualisasikan untuk memberikan kebenaran yang dapat dipertanggung jawabkan. Karenanya narasi sejarah harus benar benar berdasarkan data dan fakta serta bukti sejarah.
Dengan kolaborasi dan keterbukaan antar unsur unsur pentahelix, maka kedepan film film edukasi dapat diproduksi untuk mengisi dan menambah khasanah kepustakaan dalam bentuk film di kota Surabaya.
Kolaborasi Begandring Soerabaia dan RRI Surabaya
Seiring dengan peluncuran film Soera ing Baja yang merupakan hasil kolaboratif dengan TVRI Jawa Timur pada khususnya, Begandring Soerabaia pada hari yang sama, Senin, 2 Januari 2023 juga meluncurkan program talkshow radio hasil kerjasama dengan Radio Republik Indonesia (RRI) Surabaya.
Program talkshow radio ini berjudul Ngobras (Ngobrol Santai Bersama Komunitas) yang mengudara setiap hari senin pada pukul 20.00 sepanjang tahun 2023. Sementara di program Begandring sendiri diberi judul BegandRRIngan (obrolan santai) yang nantinya dapat dilihat pada kanal yutube Heritage Walk.
Dalam siaran perdana pada Senin, 2 Januari 2023, hadir Nanang Purwono (Ketua Begandring Soerabaia), Yayan Indrayana (sekretaris) dan Ahmad Zaki Yamani (Kepala Divisi Pendidikan dan Latihan). Adapun tema yang diangkat pada siaran perdana itu adalah "Alun Alun Surabaya yang Sebenarnya".
Dari tema itu menunjukkan adanya kesan kritik terhadap adanya Alun alun Surabaya yang tidak sebenarnya. Begandring Soerabaia melalui program radio yang bergenre sejarah ini berupaya meluruskan sejarah yang bengkok atau salah kaprah (salah tapi dianggap benar).
Maka dimanakah Alun Alun Surabaya yang sebenarnya? Dari temuan dan penelusuran yang dilakukan Begandring baik secara kepustakaan maupun empiris, ditemukan keberadaan Alun alun yang sebenarnya. Kebenaran ini memiliki dasar yang kuat baik secara faktual maupun data data sejarah.
Ada dua lokasi Alun alun yang sebenarnya.. Pertama di kawasan Tugu Pahlawan, kelurahan Alun Alun Cobtong dan kedua di komplek Masjid Kemayoran di kelurahan Kemayoran. Masing masing keberadaan Alun alun ini tertuang dalam sumber sumber sejarah dan bukti bukti toponimi yang masih ada.
"Di kawasan Alun alun kedua, di Kemayoran, disana terpetakan tata ruang pusat pemerintahan klasik Surabaya. Misalnya ada kampung Kauman (Kemayoran Kauman, ada masjid (masjid Kemayoran), ada Alun alun (sekarang di lapangan Alun alun itu berdiri sekolahan Ta'miriyah dan SMPN 2) dan ada kantor Kabupaten Surabaya (sekarang berdiri gedung Kantor Pos Besar Surabaya)", jelas Nanang Purwono.
Kebenaran dan fakta sejarah ini penting diungkap untuk menjaga kesejarahan kota Surabaya. Salah satunya adalah sejarah pemerintahan Surabaya. Bahwa Surabaya yang sekarang berbentuk pemerintahan kota, sebelumnya pernah berbentuk pemerintahan kotamadya, pemerintahan Kabupaten hingga pemerintahan kadipaten.
"Ternyata bukti bukti dari Surabaya yang pernah berbentuk pemerintahan Kabupaten dan kadipaten masih bisa dikenali. Salah satunya adalah konsep Alun alun", jelas Yayan, seorang arsitek, yang selama ini melakukan penelusuran data data historis.
Tema "Alun Alun Surabaya yang Sebenarnya" menjadi pembuka serangkaian tema tema program obrolan santai (BegandRRIngan) sepanjang tahun 2023. Tema tema lainnya yang bergenre sejarah akan diisi oleh personil Begandring Soerabaia secara bergantian sesuai dengan porsi dan kapasitas masing masing.
Siaran perdana Begandring di RRI Surabaya dalam segmen sejarah program Ngobras (BegandRRIngan)
"Di Begandring ini ada orang orang yang membidangi kesejarahan masing masing. Ada yang spesifik di bidang sejarah perang kemerdekaan, sejarah kolonial, sejarah klasik, sejarah arsitektur bangunan cagar budaya, sejarah perkereta apian, sejarah punden punden di Surabaya, dan sejarah pergerakan nasional", pungkas Nanang mengakhiri siaran perdana di RRI Surabaya. (Tim Begandring)
Asisten II Kota Surabaya Mengunjungi Begandring Soerabaia di Peneleh
Kawasan Peneleh, Kecamatan Genteng, selayaknya menjadi rumah peradaban dan sejarah kota Surabaya. Karena di wilayah kelurahan Peneleh, yang dibatasi oleh dua sungai (Kalimas dan Pegirian serta jalan Jagalan), menyimpan kekayaan sejarah yang disertai dengan data dan fakta.
Di kawasan kelurahan Peneleh terdapat Rumah Lahir Bung Karno (RLBK), Rumah HOS Tjokroaminoto, Rumah Roeslan Abdoelgani, Rumah Achmad Jais, Sumur kuno Jobong, Masjid Jamik Peneleh dan Makam Belanda Peneleh. Di kawasan inilah lahir dan tinggal tokok tokoh kebangsaan, termasuk tokoh tokoh pergerakan, yang pernah bersama sama dokter Soetomo mendirikan Soerabaiache Studieclub (1914), yang selanjutnya menyokong lahirnya Sumpah Pemuda pada 1927. Ada nama Ahmad Jais, Mas Sunjoto, Raden Panji Soenario Gondokusumo dan RMH Soejono, yang diabadikan menjadi nama jalan diingkungan Peneleh.
Titik titik bersejarah ini tersebar di kawasan ini, diantaranya di kampung Peneleh, kampung Pandean, di Kampung Grogol dan Kampung Plampitan. Adapun sumber sumber sejarah yang mendasarinya antara lain Prasasti Canggu (Hayam Wuruk), buku Penyambung Lidah Rakjat Indonesia (Cindy Adam) dan Erwerd Een stad Geboren (GH Von Faber).
Sayang jika kekayaan sejarah ini belum dioptimalkan menjadi produk industri ekonomi kreatif. Padahal dalam 17 sub ekonomi kreatif disebutkan bahwa warisan budaya menjadi salah satunya. Hal ini disampaikan oleh Suriyadi Kusniawan S.Hum., M.Hum dalam "Sarasehan Kota Kreatif 2022, Penguatan Ekosistem Ekonomi Kreatif" yang diselenggarakan oleh UPT Pemberdayaan Lembaga Seni dan Ekonomi Kreatif Wilwatikta, Disbudpar Propinsi Jawa Timur pada Rabu, 21 Desember 2022.
Menurutnya warisan budaya lokal (local heritage) akan menjadi sumber produk ekonomi kreatif yang berbeda (distinguished) dan mampu bertahan dibandingkan sumber sumber lainnya.
"Asalkan aktor aktor lokal sebagai penggerak ekonomi kreatif mampu mengidentifikasi lokal wisdomnya. Setiap daerah memiliki local wisdom yang berbeda beda", jelas Suriyadi.
Fakta dan data semacam inilah, yang sesungguhnya telah didapat oleh Komunitas Begandring Soerabaia di wilayah kelurahan Peneleh. Melalui kegiatan penelusuran, observasi dan riset yang dilakukan Begandring di lingkungan Peneleh, Begandring tidak hanya mengidentifikasi peninggalan dan lokasi sejarah, tapi juga menyusun narasi berdasarkan sumber sumber sejarah yang dapat dipertanggung jawabkan.
Dari narasi itu, selanjutnya diaktualisasikan, yang salah satunya menjadi produk wisata edukasi Jelajah Sejarah yang bernama Subtrack (Surabaya Urban Track). Subtrack menawarkan kawasan, kampung kampung, tempat tempat bersejarah baik yang berupa gedung, struktur, lingkungan dan benda yang bersifat in-situ di Surabaya. Salah satunya adalah kawasan Peneleh.
Kunjungan Asisten II Kota Surabaya
Irfan Widiyanto, Asisten II Walikota Surabaya, yang membidangi urusan perekonomian dan pembangunan Kota Surabaya mengunjungi Komunitas Begandring Soerabaia di Lodji Besar di jalan Makam Penelah 46 Surabaya pada Selasa malam, 20 Desember 2022. Selama ini Irfan hanya mendengar nama Begandring Soerabaia melalui kiprahnya yang berkolaborasi dengan Walikota Surabaya, Eri Cahyadi, mewakili pemerintah Kota Surabaya.
Irfan begandringan gayeng di Lodji bersama Begandring Soerabaia
Dalam kolaborasi itu, Walikota terlibat dalam produksi dua film dokudrama yang masing masing berperan sebagai Presiden Pertama RI, Soekarno. Pertama, dalam film "Koesno, Jati Diri Soekarno" dan kedua film "Soera ing Baja, Gemuruh Revolusi '45". Film pertama berhasil masuk nominasi film pendek terbaik Festival Film Indonesia 2022. Menurut Kepala Stasiun TVRI Jawa Timur, Asep Suhendar, bahwa film Koesno duduk pada urutan ke 3 dari 7 nominator.
Pembuatan film dokudrama dan produk produk dari program Begandring, contohnya Jelajah Sejarah Subtrack, sesungguhnya semuanya berawal dari serangkaian diskusi dan rapat rapat informal (Vergadering = Begandring) di Lodji Besar di jalan Makan Peneleh 46 Surabaya. Dari Lodji Besar inilah semua aktivitas kreatif Begandring bermula. Seiring dengan berjalannya waktu, Lodji Besar menjadi rumah kreatif, yang tidak hanya bermanfaat bagi Komunitas Begandring, tapi juga bagi masyarakat umum dan mahasiswa.
Suasana rumah loji (Lodge Gebouw) yang di bangun pada 1907 ini memberi inspirasi kreatif bagi siapapun yang datang. Mereka bisa ngopi dan berdiskusi.
Kiranya alasan alasan itulah yang membuat Asisten II Kota Surabaya, Irfan Widiyanto, mengunjungi Begabdring Soerabaia di Lodji Besar. Ketika Irfan masuk rumah kuno di depan Makam Belanda Peneleh, ia disambut pengurus Begandring antara lain Kuncarsono, Nanang Purwono dan mitra Kukuh Yudha Karnanta (FIB Ubair) serta lainnya, melihat setiap ruang di Lodji yang penuh informasi sejarah Surabaya.
Di ruang depan terpajang reklame reklame jadul yang bisa bercerita tentang Hindia Belanda termasuk Surabaya.
Di ruang berikutnya terdapat koleksi artefak artefak kuno berupa pecahan gerabah terakota, guci dan keramik termasuk batu bata kuna dengan ukuran besar dari era Klasik.
Di ruang berikutnya terdapat peta peta dalam ukuran besar yang menggambarkan Surabaya dari abad ke abad. Di ruang ini juga tersedia buku buku sebagai bahan bacaan, Perpustakaan Begandring.
Di ruang depan, terdapat potret kota Surabaya, utamanya Kawasan Kota Tua. Di ruang ini terdapat potert Surabaya di antara daerah daerah lain yang berupa peta besar Jawa Timur.
Sementara di teras Lodji terdapat peta Kawasan Kota Tua Surabaya. Disanalah Irfan secara detail mencermati titik titik yang menjadi harapan pemerintah Kota Surabaya dalam upaya revitalisasi kawasan Kota tua.
Di teras inilah Irfan mulai Begandringan (diskusi informal sambil ngopi) dengan pengurus Begandring. Salah satu poin obrolannya adalah tentang kawasan Peneleh yang sangat kaya dengan sejarah. Karena Peneleh masuk di wilayah Kecamatan Genteng, maka saat itu juga, Irfan menelpon Camat Genteng Muhammad Aries Hilmi untuk bergabung dalam begandringan di Lodji Besar.
Camat Genteng (berjaket) beserta Camat Pabean Cantian dalam kunjungan lanjutan ke Begandring pada Rabu 22/12/2022
Pengembangan Kawasan Sejarah Peneleh
Dengan hadirnya Camat Genteng Muhammad Aries Hilmi di Lodji Besar maka lengkaplah Begandringan di Lodji Besar pada Selasa malam, 20 Desember 2022. Ada Asisten II Kota Surabaya Irfan Widyanto, ada Camat Genteng Muhammad Aries Hilmi, ada pengurus Begandring Soerabaia bersama mitra FIB Unair.
Setelah menerima paparan tentang potensi di kawasan Peneleh dan gerakan yang sudah dan sedang dilakukan oleh Begandring Soerabaia, Irfan ingin mengsinkronkan antara kegiatan Begandring dengan kebijakan Camat Genteng dalam pengembangan kawasan Peneleh yang berbasis sejarah dan budaya.
Dijelaskan oleh Kuncarsono, salah satu pendiri Begandring Soerabaia, bahwa kegiatan Begandring tidak semata mata berbagi informasi kepada masyarakat luas melalui program diskusi publik, jelahah sejarah Subtrack, publikasi dan pembuatan film, tapi juga melakukan people and Community Empowering.
"Kami ini juga mengajak warga terlibat sebagai subyek dan penggerak. Misalnya ada warga Pandean yang sudah menjadi pelaku penggerak dalam kegiatan komunitas dan bahkan ia sudah mengaplikasikan di lingkungan warga. Misalnya melayani tamu tamu yang datang dan melihat Sumur Jobong", terang Kuncarsono ke Irfan dan Aris.
Di mata Irfan potensi Peneleh sudah nyata dan di kawasan ini sudah ada komunitas penggerak yang sudah bergerak nyata yang tentu bisa lebih jauh mengembangkan potensi lokal ini. Karenanya Irfan meminta Begandring bersama Camat Genteng untuk memetakan arah pengembangan Peneleh yang berbasis sejarah dan budaya.
"Coba dibuat konsepnya dulu seperti apa. Ini sebagai dasar pemetaan siapa melakukan apa. Bahkan Dinas apa akan melakukan apa dalam sinergi pengembangan kawasan Peneleh ini", tegas Irfan yang begitu optimis.
Menurutnya, masih ada kawasan lain yang perlu dikembangkan dalam rangka membangkitkan potensi kota Surabaya.
"Masih ada yang perlu dikerjakan secara kolaboratif, misalnya kawasan Kota Tua Surabaya. Segera", pungkas Irfan.
Keseriusan pemerintah Kota Surabaya ini ditunjukkan dengan kembalinya Camat Genteng ke Sekretariat Begandring Soerabaia di Lodji Besar pada keesokan hari, Rabo 21 Desember 2022. Ia mengajak ke Camat Pabean Cantian dan jajarannya. (Nanang)