images/images-1684821143.jpg
Indonesiana

Revitalisasi Bahasa Daerah Untuk Mencegah Punah

Pulung Ciptoaji

May 23, 2023

396 views

24 Comments

Save

 

Banyak bahasa daerah yang telah punah. Di Indonesia timur yang memiliki wilayah terluas dan terbanyak memiliki kekayaan bahasa daerah, juga sudah banyak yang punah. Kini situasi yang tragis di daerah tersebut, ada sebuah bahasa yang hanya digunakan oleh 2 orang. 

 

Guna mencegah kepunahan bahasa daerah, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi meluncurkan Merdeka Belajar Episode 17 dalam bentuk program Revitalisasi Bahasa Daerah pada tanggal 22 Februari 2022. Dasarnya negara mempunyai kewajiban untuk melindungi bahasa daerah dari kepunahan, sehingga sedini mungkin melakukan Kebijakan Revitalisasi Bahasa Daerah.

 

Yulitin Sungkowati media bahasa KKLP perlindungan dan permoderanan sastra mengatakan, dalam UUD 45 mengamatkan bahwa menghormati dan memelihara bahasa derah merupakan upaya menjaga kekayaan budaya nasional. “Sebagai implementasi Merdeka Belajar episode ke-17, Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur tahun 2023 merevitalisasi bahasa Madura di Pulau Madura dan bahasa Jawa dialek Using yang ada di Kabupaten Banyuwangi,”kata Yulitin Senin (22/05/23) lalu.

 

Tahapan kegiatan Revitalisasi Bahasa Daerah ini, mertama Audiensi dan koordinasi dengan Pemerintah Daerah, Dinas Pendidikan, dan Komunitas sejak Februari lalu. Kemudian melakukan diskusi dengan pemangku kepentingan terkait revitaliasi bahasa daerah. Kegiatan ketiga pelatihan pembuatan bahan ajar, pelatihan guru master dilakukan bulan Mei, pendampingan dan pemantauan kegiatan revitalisasi bahasa daerah hingga Oktober, dan  festival tunas  bahasa ibu du bulan November. “Tahun ini Jatim hanya kebagian 2 bahasa Madura dan Jawa Osing, kemungkinan tahun depan bisa bertambah. Misanya Jawa Samin atau Jawa Tengger”  jelas Yulitin

 

 

Menurut Yulitin Sungkowati, sejak kegiatan pelatihan pembuatan bahan ajar tekah menghasilkan bahan ajar yang akan digunakan sebagai panduan dalam pelatihan guru master. Selanjutnya, bahan ajar ini juga diharapakan dijadikan bahan untuk pembelajaran muatan lokal pada pendidikan di kabupatan yang sebagian penuturnya berbahasa Madura dan berbahasa Jawa dialek Using. Pertimbangan memilih Madura dan Jawa Osing karena penuturnya masih banyak namun kondisinya rentan. Terutama Madura di tapal kuda. Kalau Jawa Osing karena sangat terbatas di Kabupaten Banyuwangi.

 

Bahan ajar ini juga dapat dimanfaatkan oleh para pegiat komunitas yang telah berkominten untuk memelihara dan mengembangkan bahasa daerah. “Bahan ajar dibuat para maestro bahasan Madura meliputi mendongeng, membuat cerita pendek, membuat dan membaca puisi, komedi tunggal (stand up comedy), bernyanyi (nembang), berpidato, dan menulis dan membaca aksara daerah,” jelas Yulitin Sungkowati.

 

Sedakan maestro Bahasa Madura yang dianggap pakar Isya Sayunani menulis aksara Carakan, Fathor Rohman mendongeng, Hafidz Efendy pidato, Tola’adi, menembang, Habibur Rohman melawak tunggal, Mudhar menulis cerpen, Lukman Hakim menulis puisi.

 

Untuk maestro bahasa Jawa dialek Using yaitu Wiwin Indiarti nembang/macaan Lontar, Antariksawan baca-tulis Using, Abdullah Fauzi cerpen Using, Slamet Penyet mendongeng, Nany Asiyani pidato basa Using, Eko Budi Setianto puisi Using, Ali Kenthus Lawakan Using.

 

Pesertanya guru master bahasa daerah nanti akan mendapatkan 7 materi persiapan lomba. Tugas guru master akan memberi pelatihan di masing asing wilayahnya hingga tingkat kecamatanan. Mereka berkewajiban mengimbaskan ke siswa baik dalam dan luar kelas. Siswa tersebut boleh memilih salah satu materi yang sesuai dengan bakatnya.

 

Mereka akan dilombakan dalam festifal tunas bahasa ibu berjenjang tingkat kecamatan, kabupaten dan propinsi di bulan November. serta pemenang akan ikut celebrasi tingkat nasional 2004 bersamaan hari bahasa ibu tingkat nasional. “Ke 7 materi ini sudah dipilih berdasarkan penggunaan dan terampil berbahasa. Bukan pada tata berbahasanya. Tujuannya agar anak-anak generasi bangsa tidak malu berbahasa daerah dan tidak terbebani tata bahasa. Pirinsipnya ini menjadi medua pelajaran yang menyenangkan bagi siswa,”kata Yulitin Sungkowati

 

Bahasa itu berkembang, maka tidak boleh menutup kosa kata lain masih diperbolehkan. Untuk revitaisasi ini tujuannya membuat generasi muda ini senang dengan bahasa ibunya. Tidak perlu sesuai stadart bahasa. “Prinsipnya mereka terampil. Tidak harus sesuai dengan tata bahasa dan revitalisasi bahasa daerah ini bersifat terbuka,” jelas Yulitin Sungkowati. (pul)

 

 

 

 

 

 

 

Artikel lainnya

Pelestraian Cagar Budaya Tematik di Surabaya

Author Abad

Oct 19, 2022

Subtrack, Belajar Sejarah Dengan Mudah

Pulung Ciptoaji

Jan 23, 2023

H. P. Berlage dan Von Hemert. Siapa Von Hemert?

Author Abad

Dec 20, 2022

Peringatan Hari Pahlawan Tonggak Inspirasi Pembangunan Masa Depan

Malika D. Ana

Nov 12, 2022

Banjir di Gorontalo Cukup Diserahkan ke BOW

Author Abad

Oct 30, 2022

Benteng Budaya dan Derasnya Gelombang Modernisasi

Author Abad

Oct 03, 2022