images/images-1689444237.jpg
Sejarah

Pergerakan Nasional dan Agama Mengawali Sejarah Awal Terbentuknya NKRI

Malika D. Ana

Jul 16, 2023

365 views

24 Comments

Save

Pergerakan Nasional dan Agama Mengawali Sejarah Awal Terbentuknya NKRI

 

 

Abad.id - Sejarah pergerakan awal terbentuknya negara dirintis oleh gerakan nasionalis. Gerakan ini ditandai dengan munculnya organisasi masyarakat baik yang berasal dari agama, media, maupun sosial. Kemunculannya tidak lepas dari pengaruh politik Belanda yang pada saat itu menerapkan sistem politik etis untuk Hindia Belanda. Hal itu dikarenakan sebagai rasa terimakasih yang diberikan oleh Belanda kepada Hindia Belanda karena selama ini sudah membantu perekonomian Belanda.

 

Penerapan Politik Etis pada bidang pendidikan tidak memberikan kesempatan pendidikan yang luas kepada penduduk Hindia Belanda, tetapi hanya memberikan pendidikan Belanda untuk anak-anak elit pribumi. Sebagian besar pendidikan dimaksudkan untuk menyediakan tenaga kerja klerikal untuk birokrasi kolonial yang sedang tumbuh. Meskipun demikian, pendidikan Barat membawa serta ide-ide politik Barat tentang kebebasan dan demokrasi. Selama dekade 1920-an dan 30-an, kelompok elit hasil pendidikan ini mulai menyuarakan kebangkitan anti-kolonialisme dan kesadaran nasional.

 

Boedi Oetomo

 

Sejarah telah mencatat bahwa antara tahun 1900 hingga 1916 organisasi di Hindia Belanda mulai muncul secara massif. Media Medan Priyayi, organisasi Budi Utomo, Syarikat Dagang Islam yang diganti menjadi Syarikat Islam (SI), dan masih banyak lagi. Terbukti dengan terbentuknya organisasi tersebut mampu melahirkan pemikiran-pemikiran yang mengarah kepada perjuangan memerdekakan Hindia Belanda dari jajahan, serta melahirkan tokoh-tokoh nasionalis yang hingga kini menjadi tokoh pahlawan kita, seperti H.O.S Tjokroaminoto, Agus Salim, Tirto Adi Surjo, Ir. Soekarno, Tan Malaka, Bung Hatta, Ahmad Subardjo, dan sebagainya.

 

Organisasi-organisasi Islam seperti Jami'atul Khair (1905), Syarikat Dagang Islam (1905), Syarikat Islam (1911), Muhammadiyah (1912), Al-Irsyad (1914), Persatuan Islam (1923), dan Nahdlatul Ulama (1926), serta organisasi Islam lainnya yang tersebar di seluruh kepulauan Indonesia juga berperan aktif mengawali sejarah pergerakan nasional.

 

Dari Yogyakarta dimulailah pergerakan modern, awal mula kebangkitan nasional. Berawal dari rasa ingin survive diantara dominasi ekonomi Cina dan Belanda, maka berdirilah Syarikat Dagang Islam yang dimotori oleh HOS Tjokroaminoto. Pemikiran HOS Tjokroaminoto yang mengarahkan enerji besar politik ke perjuangan ekonomi.

 

Beliau melahirkan Trilogi Idiologism (Semaoen, Kartosoewirja, dan BK). Engsel sosialisme, teosofi, dan religi. Maka negara ini seperti Gus Baha' bilang; bukanlah milik anak turun Soekarno saja, tetapi milik seluruh bangsa Indonesia.

 

Sejarah panjang pendirian negara mencatat bahwa umat muslim sebenarnya sudah sangat mengalah ketika negara ini di dasarkan pada dasar yang sekuler, tidak ada negara syariah, seperti Pancasila di versi Piagam Jakarta yang menyertakan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.

 

Pada kenyataannya, tanpa syariah, umat muslim akan menjadi tamu di rumahnya sendiri. Berdasarkan latarbelakang ini, orang seperti Hasan Tiro menghendaki adanya syariah. Itu juga sebabnya Haji Oemar Said Tjokroaminoto membentuk Sarikat Dagang Islam, bukan Syarikat Arab, tetapi syarikat perserikatan ekonomi Islam.Timbul semangat untuk mempelajari jejak langkah Hasan Tiro dan HOS Tjokroaminoto, karena melihat betapa hebatnya penjajahan modal yang terjadi sekarang ini. Sejak era Sarikat Islam, pranata Daulah Islam sudah menjadi alat perjuangan sosial dan ekonomi, yang berhubungan dengan penguasaan dan pemanfaatan lahan.

 

NKRI pada akhirnya adalah grand design pengakaran Islam dalam tubuh budaya Indonesia yang terdiri dari budaya penutur Bahasa Austronesia (Melayu) dan penutur Bahasa Sanskerta. Jika kita bicara NKRI, maka kita akan bicara Ternate, Goa, Tidore, Jailolo, Aceh, Madura, Banten, Cirebon, Yogyakarta, dan itu artinya Islam adalah alat pemersatu kekuasaan di kepulauan-kepulauan Indonesia, baru kemudian sistem administrasi Belanda yang mempersatukan.

 

Persoalan latar belakang syariat ini menjadi sangat pelik sampai ke sidang BPUPKI, dan akhirnya kita memilih Nation State, bukan Islamic State, ini adalah bentuk pengorbanan besar umat Islam bagi bangsa ini. Kesultanan-kesultanan Islam bersikap diam dan tenang, tunduk dan patuh terhadap NKRI, bahkan mendukung terselenggaranya kestablian sosial politik NKRI.

 

Pancasila versi 18 Agustus 1945 yang disepakati berlaku hingga kini, bukan Pancasila yang lain. Bukan Pancasila versi RUU HIP, bukan Tri Sila, bukan pula Ekasila satu ayat, Gotong Royong versi BK yang berpidato di depan PPKI kala itu tanggal 1 Juni 1945. BK bicara dalam konteks kebangsaan, bukan kenegaraan. Alternatif Trisila atau Ekasila yang ditawarkan BK kemudian tidak dipakai. Maka ditanggal 18 Agustus 1945 inilah hari lahir Pancasila secara historis, sesuai kesepakatan para tokoh bangsa.

 

Dan hari ini kita menggunakan konstitusi UUD 1945 sebagai alat pemersatu, tentu saja nafas Islam ada di dalam konstitusi ini, begitupun warisan cara-cara Belanda mengelola administrasi kekuasaan. Ada pasal 29 UUD 45 yang disusun para pendiri bangsa, tertulis : "Negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa."

 

Juga penempatan Ketuhanan Yang Maha Esa di dalam pembukaan UUD 45 pada urutan pertama bukanlah tanpa makna, tentu saja (dimana kita tahu, Sukarno menempatkan sila Ketuhanan di bagian paling akhir dalam pidato 1 Juni 1945).

 

Rumusan Tim Lima yang dipimpin oleh Mohammad Hatta - proklamator kedua - saat menyusun buku Uraian Pancasila menyatakan:

"Dasar Ketuhanan Yang Maha Esa jadi dasar yang memimpin cita-cita ke negaraan kita, yang memberikan jiwa kepada usaha menyelenggarakan segala yang benar, adil dan baik, sedangkan dasar kemanusiaan yang adil dan beradab adalah kelanjutan dalam perbuatan dan praktik hidup dari dasar yang memimpin tadi".

 

Dasar Ketuhanan Yang Maha Esa di bidang hukum adalah bahwa setiap putusan pengadilan agar mempunyai kekuatan eksekutorial harus mencantumkan klausa "Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa". Di sini kita dapat pahami bahwa Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan hal yang paling fundamental bagi negara kita. Bahkan penempatan klausa "Demi Allah...." digunakan pertama kali disetiap kali pejabat diambil sumpahnya. Artinya, para tokoh bangsa menginginkan agar kita selalu melibatkan Tuhan dalam hal apapun. Dari sini saja secara historis bangsa ini sebenarnya tidak punya mental sekuler sama sekali.

 

Bung Karno juga pernah berkata; keunggulan Pancasila dibanding Komunis adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, dan kelebihannya dibanding Piagam Kemerdekaan Amerika adalah Keadilan Sosial.

 

Lalu kenapa tidak menggunakan nilai sendiri yang berbasis agama? Agama yang seharusnya menjadi sumber kekuatan berbangsa dan bernegara, malah dicurigai hingga dijadikan bulan-bulanan demonologi untuk menakut-nakuti selama ini. Dijadikan propaganda kebohongan dengan stigmatisasi radikal dan intoleran. Ada yang alergi dengan agama, sehingga mereka berniat merubah Pancasila menjadi negara berdasarkan Ketuhanan Yang Berkebudayaan, dimana supremasi Tuhan hendak diganti dengan supremasi manusia.

 

Jika nulis begini lalu ada yang tetiba nongol dari comberan dan cuma bisa menghujat kodran kadrun, anggep aja lagi khilaf dan buta sejarah.

 

Lagian komunis itu sudah dilarang di Indonesia melalui Tap MPRS No. 25 tahun 1966. Diperkuat dengan UU No. 27 tahun 1999. Bernegara itu harusnya mengacu pada aturan resmi yang dikeluarkan pemerintah RI. Bukan pake opininya Denny Siregar atau Abu Janda.

 

Intinya, Indonesia menolak komunis. Sebodo teuing komunis dianggap sudah mati atau baru setengah mati. Selama para fans clubnya menggunakannya sebagai gerakan untuk mengganti ideologi bangsa dan balas dendam ya LAWAN!(mda)

 

Kopi_kir sendirilah!

Artikel lainnya

Seru, 400 Orang Jawa Sedunia Bakal Kumpul di Surabaya

Author Abad

Oct 04, 2022

Subtrack, Belajar Sejarah Dengan Mudah

Pulung Ciptoaji

Jan 23, 2023

Politik Hukum, Tumbal dan Sumber Kegaduhan

Malika D. Ana

Jan 07, 2023

Pembangunan Balai Kota Surabaya Penuh Liku

Pulung Ciptoaji

Dec 18, 2022

Dekrit Untuk Kembali ke UUD 45 Asli

Malika D. Ana

Jul 06, 2023

Kembali ke Jati Diri Adalah Kembali ke Kebun, Sawah dan Segenap Pertanian Rakyat

Malika D. Ana

Apr 03, 2023