images/images-1673945978.png
Riset

Duar..!  Pesawat PANAM Tabrak Gunung, 107 Penumpang tewas

Pulung Ciptoaji

Jan 17, 2023

377 views

24 Comments

Save

Dengan dibantu warga lokal, Tim SAR dan TNI berusaha mengumpulkan korban tewas. Medan yang sulit membuat proses evakuasi berjalan sangat lambat. Foto 30 Tahun Indonesia Merdeka

 

abad.id-Tim penyelamat dan warga sipil Nepal sedang berkumpul di sekitar puing-puing pesawat Yeti Airlines yang jatuh di Pokhara, Minggu (15/1/2023). Pihak berwenang di Nepal memastikan, 68 orang tewas setelah pesawat yang mengangkut 72 orang itu jatuh ke jurang. Pesawat ATR 72-500 bermesin ganda dengan penerbangan domestik dari Kathmandu ke Pokhara mengangkut penumpang lokal, lima orang India, empat orang Rusia, satu orang Irlandia, dua orang Korea Selatan, satu orang Australia, satu orang Perancis, dan satu orang Argentina. Di antara para penumpang terdapat tiga bayi dan tiga anak.

 

Tragedi ini merupakan kecelakaan udara terburuk dalam 30 tahun terakhir di Nepal. Jaringan Keselamatan Penerbangan menunjukkan, tragedi pesawat jatuh di Nepal merupakan kecelakaan udara paling mematikan sejak 1992. Saat itu pesawat Airbus A300 Pakistan International Airlines jatuh ke lereng bukit saat mendekati Kathmandu, menewaskan semua 167 orang di dalamnya. Kemudian peristiwa tahun 2000, hampir 350 orang menjadi korban tewas dalam berbagai kecelakaan udara di Nepal, akibat perubahan cuaca yang tiba-tiba dapat menyebabkan kondisi berbahaya. Sedangkan saat kecelakaan pesawat Yeti Airlines ini, udara cuaca sedang carah. Sehingga banyak pihak ingin tahu penyebab kecelakaan yang sebenarnya dari kotak hitam.

 

Sebenarnya peristiwa pesawat jatuh di negara yang sedang berkembang bukan barang baru. Banyak aspek yang menjadi penyebab, mulai rendahnya pengawasan terhadap aspek keselamataan penerbangan, usia pesawat, pengaruh medan dan jarak tempuh serta regulasi internal di perusahaan maskapai.

 

Di Indonesia hampir tiap tahun terjadi kecelakaan pesawat hingga menyebabkan banyak korban jiwa. Pada 16 Januari 2002 misalnya, peristiwa pesawat Garuda Indonesia penerbangan 421 yang terbang dari Ampenan menuju Yogyakarta, jatuh di Sungai Bengawan Solo.  Kecelakaan ini menewaskan seorang awak, sementara 54 penumpang dan 5 awak lainnya selamat.  Peristiwa tragis lainnya hilangnya pesawat Air Asia QZ8501 pada awal tahun 2014. Serta kejadian di tahun yang sama masih melibatkan negara Malaysia pada 8 Maret, yaitu hilangnya Malaysia Airlines MH370 yang sampai saat ini masih menjadi misteri. Serta insiden Malaysia Airlines MH17 yang ditembak jatuh di Ukraina pada 17 Juli 2014.

 

Sementara itu bagi orang bali, peristiwa kecelakaan pesawat registrasi N446PA Boeing 707 Pan American World yang menabrak pada 22 April 1974 akan selalu diingat. Pesawat PANAM menabrak gunung, lima menit menjelang mendarat di bandar udara Ngurah Rai.

 

Sebenanya sejak dulu pulau Bali memiliki daya magnet bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. Selain melalui jalur darat menyebrang melalui Selat Bali, menuju pulau dewata itu bisa menggunakan jalur udara. Salah satu yang mememiliki jadwal penerbangan ke Bali yaitu PANAM Perusahaan Penerbangan milik Amerika Serikat.

 

Saat hendak mendarat pukul 12.23 waktu Bali, PANAM Flight 812 sedang dalam final approaching . Pesawat dilaporkan berada di ketinggian 2.500 kaki. Menara Bali di Bandara Ngurah Rai memberikan instruksi untuk melanjutkan final approaching dan melaporkan ketika landasan sudah terlihat. 

 

Meskipun keadaan lapangan yang sulit, petugas akhirnya menemukan titik lokasi jatuhnya pesawat PANAM. Foto 30 Tahun Indonesia Merdeka 

 

Kapten Zinke tidak menemui kesulitan dalam prosedur pendekatan ke Bandara Ngurah Rai. Prosedur tersebut menyatakan bahwa sebelum mereka dapat mendarat di bandara, penerbangan harus mempertahankan ketinggian 12.000 kaki dan kemudian mereka harus melaksanakan prosedur penurunan ADF secara penuh.

 

Pilot Zinke menyadari ada daerah pegunungan di utara bandara. Maka jika penerbangan level 120 pasti membebaskan mereka dari jaur pegunungan. Awak kemudian memberi tahu pengontrol ETA Flight 812, dan menyatakan niat untuk berbelok ke kanan dalam jarak 25 mil dari suar untuk trek keluar pada 261 derajat, turun hingga 1.500 kaki, diikuti prosedur untuk membalikkan air. pendekatan terakhir di Runway 09.

 

Penunjuk ADF menunjuk ke arah NDB (non-directional beacon). Pada 15:18 UTC, awak pesawat memperhatikan bahwa ADF nomor satu "berayun" sedangkan ADF nomor dua tetap stabil.

 

Beberapa detik kemudian, awak pesawat Flight 812 melapor ke Bali Control bahwa dia berada di atas stasiun dan keluar untuk turun ke level penerbangan 120. Pemberitahuan itu diakui oleh Bali Control. Maka Flight 812 diinstruksikan untuk pindah ke Menara Bali.  Setelah menjalin kontak dengan Menara Bali, Flight 812 melaporkan bahwa mereka melakukan prosedur keluar di level penerbangan 110 dan meminta ketinggian yang lebih rendah. Mereka kemudian diizinkan untuk ketinggian yang lebih rendah. Awak Flight 812 kemudian memutuskan untuk melakukan belokan kanan awal pada 263 derajat. Kemudian Flight 812 membalas, "Check inbound". Pada pukul 15:26 UTC, pilot-in-command meminta visibilitas dengan memanggil, "Menara kontrol Bali, bagaimana dengan visibilitas di luar saat ini?"

 

Namun apa yang terjadi, rupanya transkripsi perekam suara Air Traffic Control menyatakan , ternyata panggilan ini tidak pernah ada kelanjutan. Rupanya ini pesan terakhir yang dikirimkan pesawat PANAM. Seketika petugas menara Bali langsung melakukan langkah-langkah. Pertama terus berusaha menghubungi pesawat dengan meneriakkan, "Clipper delapan satu dua, Menara Bali", dan "Clipper delapan satu dua, Menara Bali, apakah pesan diterima?". Namun, tidak ada jawaban yang diterima, semuanya telah hening. Menara Bali kehilangan kontak dengan pesawat dan menyatakan bahwa pesawat hilang.

 

Tidak lama kemudian, ada kabar pesawat mengalami nahas menabrak daerah pegunungan. Lokasi kecelakaan sekitar 42,5 mil laut (48,9 mi; 78,7 km) barat laut Bandara Internasional Ngurah Rai, tepatnya di Desa Tinga-Tinga Buleleng Bali.

 

Melihat posisi pesawat yang sangat sulit berada di tebing gunung, tim evakuasi dan SAR mendatangkan pasukan terjun payung. tim SAR menemukan pesawat menabrak gunung sekitar 37 mil barat laut dari bandara Bali. Puing-puing ditemukan dua warga desa setempat. Mereka melaporkan bahwa tidak ada yang selamat. Seluruh penumpang, 107 orang tewas bersama kru pesawat.

 

Evakuasi jenazah segera dilakukan, namun terhambat akibat medan lokasi yang sangat sulit. Maka tim SAR terpaksa membatalkan proses evakuasi lewat udara. Seorang perwira TNI yang terlibat dalam langkah SAR menyatakan, medan yang sulit membutuhkan waktu 4 hari untuk melakukan operasi penyelamatan. Maka proses evakuasi baru bisa dimulai pada 26 April, dan langsung menemukan 43 jenazah yang hangus terbakar.

 

Rincian manifes pesawat 96 penumpang dari sembilan negara, 70 penumpang menuju Bali, 24 orang transit Bali menuju Sydney, dan dua penumpang menuju Nadi. Penumpang yang menuju Bali semuanya wisatwan yang hendak berlibur. Sedangkan krue pesawat terdiri pilot Kapten Donald Zinke (52) mengantongi jam terbang total 18.247 jam termasuk 7.192 jam di pesawat Boeing 707/720. Co-pilotnya Perwira Pertama John Schroeder. Dia memegang peringkat Boeing 707 yang valid dan memiliki total jam terbang 6.312 jam termasuk 4.776 jam di pesawat Boeing 707/720.  Pilot lainnya Melvin Pratt, memegang lisensi pilot komersial yang valid dan peringkat instrumen saat itu. Pada saat kecelakaan itu dia telah terbang total 4.255 jam termasuk 3.964 jam di pesawat Boeing 707/720. Anggota kru kokpit lainnya insinyur penerbangan Timothy Crowley dan insinyur penerbangan Edward Keating.

 

Pesawat yang membawa 107 penumpang jatuh di sebuah tempat yang belum pernah dijamah manusia dan hanya menyisakan puing-puing kecil. Foto 30 tahun Indonesia Merdeka

 

Langkah dari pihak pemerintah Amerika Serikat segera mengirim FBI dan mendirikan crisis centre di sebuah hanggar.  Black box penerbangan ditemukan pada 16 Juli dan perekam suara kokpit ditemukan pada 18 Juli 1974. CVR ditemukan dalam kondisi baik, sedangkan FDR mengalami beberapa kerusakan pada bagian luarnya karena kecelakaan. sedangkan pemeriksaan rongsokan puing pesawat 812 menyimpulkan bahwa pesawat tidak pecah dalam penerbangan, karena puing-puing pesawat terkonsentrasi di area tertentu, bukan tersebar.  NTSB tidak menemukan kerusakan mesin, dan tidak menemukan bukti yang menunjukkan pesawat itu tidak layak terbang.

 

Penerbangan PANAM Flight 812 ini merupakan penerbangan 707 ketiga yang hilang di Pasifik dalam waktu kurang dari setahun setelah PANAM Flight 806 di Pago Pago pada 30 Januari 1974, dan PANAM  Flight 816 di Papeete pada 22 Juli 1973.  Setelah kecelakaan itu, PANAM mengusulkan ke Manajemen untuk membangun Sumber Daya Kru. Penerbangan 812 adalah 707 terakhir yang hilang setelah peningkatan keselamatan. Serta setelah kecelakaan itu, PANAM menghentikan penerbangan HongKong ke Sydney melalui Bali. (pul)

 

 

Artikel lainnya

Sehat Bersama Pemerintah Baru 52,2 Juta Warga Indonesia Dapat Cek Kesehatan Gratis

Mahardika Adidaya

Oct 24, 2024

Salah Langkah Kebijakan Pangkas Nilai Tambah Ekonomi Hilirisasi Nikel

Author Abad

Jul 15, 2024

Menggali Dana Hibah Untuk Pensiun Dini PLTU

Author Abad

Jul 16, 2024

Mengganggu Bini Orang Berujung Petaka

Author Abad

Oct 26, 2022

TNI Berumur 77 Tahun, Menjadi Dewasa Karena Tindakan

Author Abad

Oct 06, 2022

Benteng Budaya dan Derasnya Gelombang Modernisasi

Author Abad

Oct 03, 2022