abad.id-Majapahit menjadi kerajaan terbesar di Indonesia dan memiliki wilayah Jawahingga Semenanjung Malaya (Malaysia dan Brunei), Tumasik (Singapura), serta sebagian Thailand dan Filipina. Banyak misteri tentang Majapahit yang tak terpecahkan hingga saat ini. Salah satu misalnya misteri itu tentang kehancuran dan hilangnya Istana Majapahit. Banyak catatan hanya menyebutkan pusat pemerintahan Kerajaan Majapahit yang berada di Trowulan, Mojokerto. Namun istana kerajaan tersebut masih belum bisa dijawab sepenuhnya karena seolah lenyap.
Menurut sejarawan dari Universitas Ciputra, Bayu Aji, ada 3 penyebab hancurnya kerajaan Majapahit. Pertama karena mangkatnya patih Gajah Mada dan raja Hayam Wuruk. Kerajaan Majapahit yang sebelumnya berada di puncak kejayaan saat diperintah Hayam Wuruk, dan mahapatih Gajah Mada langsung terjadi peperangan perebutan kekuasaan di lingkungan kerajaan. “Setelah mereka mangkat tidak ada tokoh kuat yang bisa menjadi panutan di Majapahit, serta banyak wilayah yang memilih mengundurkan diri dari induk kerajaan,” kata Bayu.
Faktor perebutan tahta kekuasaan kerajaan Majapahit antara Wikramawardhana yang merupakan menantu Hayam Wuruk dengan Bhre Wirabhumi anak dari selir Hayam Wuruk memperparah kondisi kerajaan Majapahit yang tengah kehilangan sosok vigur. Perebutan kekuasaan ini kemudian dikenal dengan Perang Paregreg. Dampak perang banyak rakyat kelaparan dan kerajaan kehilangan banyak kekayaan.
Selain itu, pengaruh masuknya Islam dan semakin kuatnya kerajaan Demak menjadikan pengaruh Majapahit semakin memudar. “Munculnya Kerajaan Demak yang dipimpin oleh Raden Patah merupakan salah satu penyebab runtuhnya Kerajaan Majapahit,” tambah Bayu Aji.
Saat ini arkeolog hanya bisa menemukan reruntuhan batu-bata bekas bangunan dan jalan serta bekas galian pada masa kolonial. Peneliti independen studi Jawa Kuno dan Sansekerta asal Belanda, Amrit Gomperts mengatakan bekas Istana Kerajaan Majapahit telah lenyap tahun 1816. Hal ini dikarenakan pemburu pusaka pada masa penjajahan. Selain itu, situs sejarah yang hilang disebabkan karena adanya lahar letusan gunung yang menimbun keraton.
Berbagai bencana alam turut membuat Keraton Majapahit raib tak berbekas. Meskipun tidak diketahui lokasinya, catatan Kitab Negarakertagama menggambarkan kemegahan Keraton Kerajaan Majapahit cukup rinci. Istana kerajaan dikelilingi oleh dinding bata merah yang tinggi dan tebal. Gerbang utama menuju istana terbuat dari besi berukir. Di depannya, didirikan bangunan yang luas untuk menjamu para tamu yang berasal dari pejabat negara atau sebagai balai untuk melaksanakan pertemuan tahunan. Istana raja dibangun dengan batu bata dan tiang kayu besar yang diukir. Atapnya dihiasi oleh ornamen yang berasal dari tanah liat. Pada bagian luar keraton, terdapat hunian para pemuka agama, anggota keluarga kerajaan, pejabat, dan bangsawan.
Kediaman Mahapatih Gajah Mada berada di kompleks yang terpisah oleh lapangan yang sangat luas. Dari catatan dalam Kitab Negarakertagama, Kepala Badan Arkeologi Hindia Belanda, Willem Frederik Stutterheim turut membuat denah Keraton Majapahit. Ia menggambarkan bahwa gaya arsitektur Istana Majapahit hampir mirip dengan Keraton Yogyakarta dan Puri Klungkung.
Tak berhenti di situ, bentuk Keraton Majapahit juga dijabarkan cukup rinci oleh Ma Huan, tukang catat Laksamana Cheng Ho yang menjadi tamu kerajaan. Ma Huan menggambarkan Istana Kerajaan Majapahit memiliki tembok setinggi tiga tombak atau sekitar 9,4 meter. Penjagaan istana begitu ketat. Untuk masuk ke istana kerajaan harus melewati dua lapis pintu gerbang yang kokoh. Pintu gerbang pertama akan membawa siapapun untuk masuk ke lingkungan keraton, sedangkan pintu gerbang kedua untuk memasuki kediaman pribadi raja.
Kolam Segaran berada di Dukuh/Desa/Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Pada masanya, kolam ini dibangun untuk kebutuhan penampungan air di musim hujan dan irigasi pertanian. Foto Pulung
Bukti kraton Kerajaan Majapahit sangat besar terlihat dari situs Kolam Segaran yang saat ini masih utuh. Kolam Segaran berada di Dukuh/Desa/Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Pada masanya, kolam ini dibangun untuk kebutuhan penampungan air di musim hujan. Sebagai persediaan air di musim kemarau. Orang yang pertama kali menemukan kolam Henry Maclaine Pont pada tahun 1926. Ia mengajak Adipati Mojokerto dan warga setempat untuk melakukan konservasi pusaka di Trowulan. Henry menemukan situs terpendam dan banyak artefak. Sebagian besar berbalut emas, namun saat pendudukan Jepang , Henry ditangkap dan terjadi eksploitasi besar-besaran.
Saat itu hampir setiap hari di desa Kemasan ditemukan emas. Nama desa ini konon berasal dari banyaknya emas di dalam tanah. Munculah para pemburu harta karun selain warga setempat yang ikut memburu emas. Ini terus berlangsung sampai tahun 1965.
Kolam Segaran merupakan satu-satunya kolam kuno terbesar yang pernah ditemukan di Indonesia. Luasnya kurang lebih 6,5 hektare dengan bentuk membujur ke arah utara-selatan sepanjang 375 meter dengan lebar 175 meter. Sekeliling tepi kolam dilapisi dinding setebal 1,60 meter dengan kedalaman 2,88 meter.
Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, Majapahit petnah mengadakan pesta besar karena kedatangan duta dari Cina. Saat itu disuguhkan hidangan dengan perkakas dari emas, mulai nampan, piring sampai sendok. Para tamu puas dan menilai bahwa Majapahit negara besar yang patur dihormati. Setelah pesta usai, sebelum para tamu pulang, Semua perkakas dari emas itu dibuang ke Kolam Segaran.
Ada sebagian masyarakat beranggapan perabot makan yang dibuang ke kolam akan diambil kembali untuk dicuci, setelah para tamu asing itu meninggalkan acara perjamuan. Ada pula yang beranggapan, perabotan yang dibuang ke kolam itu tak pernah diambil lagi sehingga menjadi harta karun yang terus diburu hingga kini.
Pada tahun 1966, kolam Segaran dipugar, namun kegiatannya hanya berlangsung setahun. Saat pemugaran dtemukan bandul jaring, kail pancing dari emas, dan sebuah piring berbahan emas . Penemuan itu ditulis di dinding Museum Trowulan. Kemudian pemugaran yang lebih terencana baru dilakukan tahun 1974 dan selesai tahun 1984. (pul)