images/images-1671603192.jpg
Budaya
Liputan

Refleksi Gedung Singa

Author Abad

Dec 20, 2022

443 views

24 Comments

Save

Refleksi Gedung Singa

 

 

Penulis : Nanang Purwono

 

Abad.id - Warga lokal menyebutnya Gedung Singa karena di depan gedung ini ada sepasang singa bersayap. Gedung, yang berada di jalan Jembatan Merah 19-23 Surabaya ini, adalah bekas kantor perusahaan asuransi di masa pemerintahan Hindia Belanda, De Algemeene  Maaatchappij van Levensverzekering en Lijfrente te Amsterdam.

 

 Gedung Singa, DeAlgemeene  Maaatchappij van Levensverzekering en Lijfrente te Amsterdam.

 

 

Memasuki abad 20, Gedung Singa hadir sebagai bangunan yang paling moderen, tidak hanya di Surabaya, tapi juga di Hindia Belanda. Design arsitekturnya unik dan berani. Ia tampil lain daripada yang lain. Salah satu elemennya adalah hiasan keramik lukis dan patung singa bersayap. Gedung ini terlahir dari kolaborasi tiga Seniman besar dan terkenal di Belanda. Ada HP Berlage (aristek), Joseph Mendez da Costa (pematung) dan Jan Toorop (seniman keramik lukis).

 

Dalam perpaduan karya seni ini, lahir warna warna yang menarik perhatian mata. Ada warna terakota, biru, ungu, kuning, coklat dan hitam pada keramik lukis. Bangunannya sendiri mengusung warna terakota pada batu bata ekspose sebagai penghias relung-relung fasade baik di lantai satu maupun lantai atas. Sementara pada sepasang singa bersayap berwarna natural hewan singa

 

Bangunan inilah, yang selalu membuat mata orang selalu menengok ke arahnya. Gedung Singa menjadi pemanis wajah kota Surabaya, yang oleh arsitek Berlage (1923) dikatakan sebagai Rotterdam nya Jawa (Mijn Indische Reis, 1931). Ketika semua bangunan yang berdiri di depan Kalimas masih berwarna putih, kantor De Algemeene Maaatchappij van Levensverzekering en Lijfrente te Amsterdam sudah berwarna warni indah.

 

Berlage adalah sang arsitek. Karyanya sumbut dengan ketenarannya. Tidak heran jika Gedung Singa di Surabaya ini menjadi perhatian para arsitek, sejarawan, seniman dan budayawan. Apalagi karya Berlage terhitung sangat langka di Hindia Belanda. Hanya ada dua. Satu di Batavia (Jakarta) dan lainnya di Surabaya. Karya Berlage di Surabaya jauh lebih baik dari yang ada di Jakarta.

 

Sayang Masterpiece Berlage di Surabaya ini terbengkalai, tidak ada yang mengurus. Dari tahun ke tahun kondisinya semakin kusam. Bahkan tembok nya ditumbuhi pohon pohon liar yang membahayakan gedung. Dari pengamatan penulis, sekitar tahun 2011, perabotan meja kursi kuno, brankas, kipas angin dan sketsel yang menjadi ruang layanan nasabah masih ada di tempat. Kini sudah hilang semua. Diduga kuat dicuri orang yang punya akses ke dalam gedung. Entah siapa.

 

Yang paling mengkawatirkan adalah ketika gedung ini ditawarkan untuk dijual oleh pemiliknya pada 2021 setelah kosong selama bertahun tahun. Pemiliknya adalah perusahaan asuransi milik negara, PT Jiwasraya.

 

Lokasi dimana Gedung Singa berada adalah tempat strategis dan ekonomis di kota Surabaya. Ini adalah kawasan bisnis dan perdagangan. Cepat atau lambat, Gedung Singa, yang menyimpan nilai nilai penting ini, bisa lenyap dan beralinh fungsi dengan menghilangkan bagian bagian dari gedung.

 

Agung Widyanjaya kolektor buku menunjukkan gambar asli gedung Singa

 

Secara struktur, Gedung Singa ini dirancang dengan cermat dan teliti, bahkan melalui pertentangan kritik arsitektur antar arsitek terkenal. Awalnya dirancang oleh M.J. Hulswit, kemudian mendapat kritikan dari HP Berlage. Sampai sampai Hulswit meninggalkan Surabaya dan design diselesaikan oleh Berlage. Selanjutnya gedung dibangun pada 1901 dengan peletakan batu pertama oleh Jan Von Hemert pada 21 Juli 1901. Jan Von Hemert (8 tahun) adalah anak dari Piere Theodore Von Hemert, direktur De Algemeene  Maaatchappij van Levensverzekering en Lijfrente te Amsterdam di Surabaya.

 

Karena itulah, perkumpulan pegiat sejarah dan cagar budaya, Begandring Soerabaia, hadir demi pelestarian dan pemanfaatan gedung itu. Begandring Soerabaia adalah sebuah perkumpulan yang peduli terhadap cagar budaya dengan melakukan program program mulai yang bersifat investigatif eksploratif, edukatif hingga advokatif.

 

Bagi Begandring Soerabaia, Gedung Singa adalah cagar budaya penting karena kehadirannya bisa dimanfaatkan untuk tujuan tujuan pendidikan, penelitian, ilmu pengetahuan, kesenian, kebudayaan dan pariwisata yang endingnya adalah ekonomi kreatif.

 

Begandring Soerabaia tidak menolak penjualan Gedung Singa oleh PT Jiwasraya, tapi khawatir jika gedung cagar budaya ini jatuh ke tangan yang salah, yang hanya berorientasikan pada bisnis tanpa memandang nilai nilai penting yang ada pada Gedung.

 

Sebelumnya pernah terjadi kasus di Surabaya bahwa ada gedung yang telah terdaftar sebagai bangunan cagar budaya yang dilindungi oleh undang undang, tetapi dibongkar oleh pemiliknya. Karena alasan itulah, Begandring Soerabaia bersikap.

 

Dalam aksinya Begandring sempat mengingatkan dengan berkirim surat kepada PT Jiwasraya yang berkantor pusat di Jakarta agar berhati hati dan melalui proses penjualan yang benar karena aset nya di jalan Jembatan Merah 19-23 adalah gedung cagar budaya yang dilindungi undang undang.

 

Aksi lainnya yang dilakukan oleh Begandring Soerabaia adalah merancang kegiatan yang bisa mengedukasi publik. Ada kegiatan jelajah sejarah yang diberi nama Surabaya Urban Track (Sub track). Kegiatan Subtrack ini mengajak publik dan bahkan Wakil Walikota Surabaya, Armuji, datang ke Gedung Singa dan sekitarnya (Kota Lama Surabaya).

 

Begandring juga memproduksi film yang menjadi alat komunikasi kepada publik dan sekaligus mencari dukungan mulai lokal, nasional hingga manca negara. Diantaranya adalah i-Discover di Hongkong dan Oost Indische Doof di Nederlands.

 

Bahkan Begandring Soerabaia ikut mendaftar sebagai peserta lelang dengan tujuan agar bisa memantau progres dan proses lelang yang menjadi cara dan upaya penjualan oleh PT. Jiwasraya. Lelang sempat dibuka dua kali karena pada setiap periode lelang, tidak ada peserta yang berminat. Upaya penjualan oleh PT Jiwasraya ini karena perusahaan negara ini mengalami kebangkrutan. Sebenarnya Gedung Singa adalah salah satu dari sekitar 20 asetnya yang dijual.

 

Sejak dua periode lelang berhenti, maka tidak ada kabar tentang upaya penjualan. Kabar ini sempat menggembirakan. Namun terdengar kabar terbaru bahwa seluruh aset perusahaan negara Jiwasraya ini dilimpahkan kepada mitra perusahaannya yang juga bergerak di jasa asuransi. Yaitu IG Life.

 

Sejauh ini belum diketahui bagaimana kelanjutan lelang dan apa yang akan dilakukan IG Life terhadap Gedung Singa.

 

Semakin waktu berjalan, kondisi Gedung Singa semakin memprihatinkan dan butuh penyelamatan sebelum semuanya mengecewakan. (nng/pul)



Tag:
Refleksi Gedung Singa Penulis : Nanang Purwono abad.id-Warga lokal menyebutnya Gedung Singa karena di depan gedung ini ada sepasang singa bersayap. Gedung, yang berada di jalan Jembatan Merah 19-23 Surabaya ini, adalah bekas kantor perusahaan asuransi di masa pemerintahan Hindia Belanda, De Algemeene Maaatchappij van Levensverzekering en Lijfrente te Amsterdam. Memasuki abad 20, Gedung Singa hadir sebagai bangunan yang paling moderen, tidak hanya di Surabaya, tapi juga di Hindia Belanda. Design arsitekturnya unik dan berani. Ia tampil lain daripada yang lain. Salah satu elemennya adalah hiasan keramik lukis dan patung singa bersayap. Gedung ini terlahir dari kolaborasi tiga Seniman besar dan terkenal di Belanda. Ada HP Berlage (aristek), Joseph Mendez da Costa (pematung) dan Jan Toorop (seniman keramik lukis). Dalam perpaduan karya seni ini, lahir warna warna yang menarik perhatian mata. Ada warna terakota, biru, ungu, kuning, coklat dan hitam pada keramik lukis. Bangunannya sendiri mengusung warna terakota pada batu bata ekspose sebagai penghias relung relung fasade baikm di lantai satu maupun lantai atas. Sementara pada sepasang singa bersayap berwarna natural hewan singa Bangunan inilah, yang selalu membuat mata orang selalu menengok ke arahnya. Gedung Singa menjadi pemanis wajah kota Surabaya, yang oleh arsitek Berlage (1923) dikatakan sebagai Rotterdam nya Jawa (Mijn Indische Reis, 1931). Ketika semua bangunan yang berdiri di depan Kalimas masih berwarna putih, kantor De Algemeene Maaatchappij van Levensverzekering en Lijfrente te Amsterdam sudah berwarna warni indah. Berlage adalah sang arsitek. Karyanya sumbut dengan ketenarannya. Tidak heran jika Gedung Singa di Surabaya ini menjadi perhatian para arsitek, sejarawan, seniman dan budayawan. Apalagi karya Berlage terhitung sangat langka di Hindia Belanda. Hanya ada dua. Satu di Batavia (Jakarta) dan lainnya di Surabaya. Karya Berlage di Surabaya jauh lebih baik dari yang ada di Jakarta. Sayang Masterpiece Berlage di Surabaya ini terbengkalai, tidak ada yang mengurus. Dari tahun ke tahun kondisinya semakin kusam. Bahkan tembok nya ditumbuhi pohon pohon liar yang membahayakan gedung. Dari pengamatan penulis, sekitar tahun 2011, perabotan meja kursi kuno, brankas, kipas angin dan sketsel yang menjadi ruang layanan nasabah masih ada di tempat. Kini sudah hilang semua. Diduga kuat dicuri orang yang punya akses ke dalam gedung. Entah siapa. Yang paling mengkawatirkan adalah ketika gedung ini ditawarkan untuk dijual oleh pemiliknya pada 2021 setelah kosong selama bertahun tahun. Pemiliknya adalah perusahaan asuransi milik negara, PT. Jiwasraya. Lokasi dimana Gedung Singa berada adalah tempat strategis dan ekonomis di kota Surabaya. Ini adalah kawasan bisnis dan perdagangan. Cepat atau lambat, Gedung Singa, yang menyimpan nilai nilai penting ini, bisa lenyap dan beralinh fungsi dengan menghilangkan bagian bagian dari gedung. Secara struktur, Gedung Singa ini dirancang dengan cermat dan teliti, bahkan melalui pertentangan kritik arsitektur antar arsitek terkenal. Awalnya dirancang oleh M.J. Hulswit, kemudian mendapat kritikan dari HP Berlage. Sampai sampai Hulswit meninggalkan Surabaya dan design diselesaikan oleh Berlage. Selanjutnya gedung dibangun pada 1901 dengan peletakan batu pertama oleh Jan Von Hemert pada 21 Juli 1901. Jan Von Hemert (8 tahun) adalah anak dari Piere Theodore Von Hemert, direktur De Algemeene Maaatchappij van Levensverzekering en Lijfrente te Amsterdam di Surabaya. Karena itulah, perkumpulan pegiat sejarah dan cagar budaya, Begandring Soerabaia, hadir demi pelestarian dan pemanfaatan gedung itu. Begandring Soerabaia adalah sebuah perkumpulan yang peduli terhadap cagar budaya dengan melakukan program program mulai yang bersifat investigatif eksploratif, edukatif hingga advokatif. Bagi Begandring Soerabaia, Gedung Singa adalah cagar budaya penting karena kehadirannya bisa dimanfaatkan untuk tujuan tujuan pendidikan, penelitian, ilmu pengetahuan, kesenian, kebudayaan dan pariwisata yang endingnya adalah ekonomi kreatif. Begandring Soerabaia tidak menolak penjualan Gedung Singa oleh PT. Jiwasraya, tapi khawatir jika gedung cagar budaya ini jatuh ke tangan yang salah, yang hanya berorientasikan pada bisnis tanpa memandang nilai nilai penting yang ada pada Gedung. Sebelumnya pernah terjadi kasus di Surabaya bahwa ada gedung yang telah terdaftar sebagai bangunan cagar budaya yang dilindungi oleh undang undang, tetapi dibongkar oleh pemiliknya. Karena alasan itulah, Begandring Soerabaia bersikap. Dalam aksinya Begandring sempat mengingatkan dengan berkirim surat kepada PT. Jiwasraya yang berkantor pusat di Jakarta agar berhati hati dan melalui proses penjualan yang benar karena aset nya di jalan Jembatan Merah 19-23 adalah gedung cagar budaya yang dilindungi undang undang. Aksi lainnya yang dilakukan oleh Begandring Soerabaia adalah merancang kegiatan yang bisa mengedukasi publik. Ada kegiatan jelajah sejarah yang diberi nama Surabaya Urban Track (Sub track). Kegiatan Subtrack ini mengajak publik dan bahkan Wakil Walikota Surabaya, Armuji, datang ke Gedung Singa dan sekitarnya (Kota Lama Surabaya). Begandring juga memproduksi film yang menjadi alat komunikasi kepada publik dan sekaligus mencari dukungan mulai lokal, nasional hingga manca negara. Diantaranya adalah i-Discover di Hongkong dan Oost Indische Doof di Nederlands. Bahkan Begandring Soerabaia ikut mendaftar sebagai peserta lelang dengan tujuan agar bisa memantau progres dan proses lelang yang menjadi cara dan upaya penjualan oleh PT. Jiwasraya. Lelang sempat dibuka dua kali karena pada setiap periode lelang, tidak ada peserta yang berminat. Upaya penjualan oleh PT. Jiwasraya ini karena perusahaan negara ini mengalami kebangkrutan. Sebenarnya Gedung Singa adalah salah satu dari sekitar 20 asetnya yang dijual. Sejak dua periode lelang berhenti, maka tidak ada kabar tentang upaya penjualan. Kabar ini sempat menggembirakan. Namun terdengar kabar terbaru bahwa seluruh aset perusahaan negara Jiwasraya ini dilimpahkan kepada mitra perusahaannya yang juga bergerak di jasa asuransi. Yaitu IG Life. Sejauh ini belum diketahui bagaimana kelanjutan lelang dan apa yang akan dilakukan IG Life terhadap Gedung Singa. Semakin waktu berjalan, kondisi Gedung Singa semakin memprihatinkan dan butuh penyelamatan sebelum semuanya mengecewakan. (nng/pul)

Most Popular

Artikel lainnya

Pelestraian Cagar Budaya Tematik di Surabaya

Author Abad

Oct 19, 2022

Subtrack, Belajar Sejarah Dengan Mudah

Pulung Ciptoaji

Jan 23, 2023

H. P. Berlage dan Von Hemert. Siapa Von Hemert?

Author Abad

Dec 20, 2022

Pembangunan Balai Kota Surabaya Penuh Liku

Pulung Ciptoaji

Dec 18, 2022

Menjaga Warisan Kemaharajaan Majapahit

Malika D. Ana

Nov 15, 2022

Peringatan Hari Pahlawan Tonggak Inspirasi Pembangunan Masa Depan

Malika D. Ana

Nov 12, 2022