images/images-1691448809.jpg
Sejarah
Indonesiana

Proxy War VOC Belanda dan Komunitas Cina Jelang Terbelahnya Kerajaan Mataram

Malika D. Ana

Aug 08, 2023

572 views

24 Comments

Save

Proxy War VOC Belanda dan Komunitas Cina Jelang Terbelahnya Kerajaan Mataram

 

 

Abad.id - Geger Pecinan di Batavia terjadi pada 9 sampai dengan 22 Oktober 1740, ketika populasi pendatang Tiongkok pada tahun 1739 di bagian luar kota Batavia atau Ommelanden berjumlah 10.574 orang, dan bisnis gula tengah mengalami masalah.

 

Sementara Geger Pecinan di Kertasura terjadi pada 5 Agustus 1741, dan benteng VOC di Surakarta jatuh pada 10 Agustus 1741.

 

Retaliasi, serangan balik aliansi VOC, Pakububowon II, dan Cakra Ningrat dari Madura terjadi pada 20 Desember 1742, dan akhirnya Sunan Kuning meletakan senjata pada 2 Desember 1743 di Surabaya.

 

Menurut saya dua peristiwa ini berbeda: konteks (latar belakang), Geger Pecinan di Batavia lebih mengacu pada situasi dimana VOC membatasi jumlah imigran ke Batavia, sementara Geger Pecinan di Surakarta meskipun dipengaruhi oleh Geger Pecinan di Batavia tetapi pemicunya berbeda.

 

Ditengarai ada Proxy War Kumpeni Belanda dan Komunitas Cina menjelang terbelahnya kerajaan Mataram pada 1755.

 

Pasca Perjanjian Gianti dan VOC bangkrut. Pemerintahan Belanda mengambil alih hegemoni, kalah perang dan dipecundangi Perancis. Setelah itu kalah juga sama Inggris.

 

Babad Giyanti, yang membagi Kerajaan Mataram jadi dua: Yogyakarta dan Surakarta. Terdapat fakta sejarah menarik tentang Babad Giyanti. Fakta bahwa gara-gara Geger Pecinan 1740, Sunan Pakubuwono II memindahkan kratonnya dari Kartosura ke daerah Solo. Mulai 1745, Kraton Surakarta resmi berjalan.

 

Fakta sejarah kedua, meskipun Rusuh Pecinan 1740 itu pada akhirnya tentang Cina yang berhadapan dengan pasukannya Pakubuwono II, tapi yang bikin gara-gara awal itu VOC alias Kumpeni Belanda. Gara gara pergesekan itu, timbullah perseteruan segitiga yang rumit. Antara Belanda, Kerajaan Mataram, dan Cina.

 

Awalnya Pakubuwono II berkomitmen bersama dengan Pangeran Mangkubumi dan Raden Mas Said(Pangeran Samber Nyawa), untuk bersekutu dengan Cina menggempur Kumpeni Belanda. Tapi kemudian, entah apa sebabnya, Pakubuwono II berbalik haluan, membela Belanda, melawan Cina. Sehingga akhirnya pemberontakan Cina terhadap Belanda jadi melemah, dan akhirnya berhasil ditumpas.

 

Nah dari perkembangan ini, Proxy War Belanda rupanya berhasil membelah Kraton Surakarta. Pangeran Mangkubumi dan Raden Mas Said, kekeuh untuk tetap melawan Belanda. Musuh pokok adalah Belanda. Cina itu hanyalah kembangan saja. Sedangkan Pakubuwono II beranggapan dengan tumpasnya pemberontakan Cina dalam Geger Pecinan 1740, maka urusan sudah selesai. Bersekutu dengan penjajah Belanda, dia pikir sah-sah saja.

 

Sementara itu, meski ada tentangan keras dari Pangeran Mangkubumi dan Raden Mas Said, Pakubuwono II malah makin mesra menjalin persekutuan dengan Belanda.

 

Alhasil, Pangeran Mangkubumi dan Raden Mas Said, menjalin ikrar bersama bersekutu melawan Pakubuwono II. Pokoknya melawan Belanda merupakan harga mati. Karena perang berlarut-larut, akhirnya 1755 disepakati kekuasaan Mataram dibelah dua.

 

Pangeran Mangkubumi, mendapatkan Yogyakarta dan sekitarnya, bergelar Sultan Hamengkubuwono I. Sedangkan Pakubuwono II mendapatkan sebagian besar daerah di Surakarta. Lalu Raden Mas Said mendapatkan wilayah utara Solo, yang kemudian hari menjadi Kraton Mangkunegaran. Raden Said alias Pangeran Samber Nyawa kemudian bergelar Raja Mangkunegara I.

 

Hikmah dari peristiwa bersejarah yang terdokumentasi melalui Babad Giyanti tersebut adalah hati-hati dengan Proxy War yang dimainkan Asing. Pakubuwono II, Sultan Hamengkubuwono I, dan Raja Mangkunegara I, telah menjadi sasaran Perang Proxy dari Belanda dan Cina.

 

Maka itu, waspadai agen-agen Van Mook dan Van der Plas yang sepertinya sejak 1948, 1965, 1998, masih tetap mengaktifkan jaringannnya di Indonesia untuk memainkan peran aktif dalam operasi-operasi politik dan Perang Psikologis di Indonesia.

 

Pada awalnya, kalau ditelisik kronologi yang bermuara pada Geger Pecinan 1740, sebenarnya awal mulanya justru gesekan antara Kumpeni Belanda versus komunitas Cina di tanah Jawa. Sehingga pihak Belanda dan komunitas Cina sama sama membujuk pemain-pemain kunci di Kraton Mataram, untuk bersekutu di pihaknya.(mda)

 

Artikel lainnya

Reaktualisasi Nilai Kejuangan dari Gedong Nasional Indonesia (GNI)

Author Abad

Oct 29, 2022

Epigrafer Abimardha: "Jika Hujunggaluh ada di Surabaya, itu perlu dipertanyakan"

Malika D. Ana

Feb 11, 2023

Surabaya Dalam Jejak Kubilai Khan, Cheng Ho dan Marga Han

Malika D. Ana

Jan 14, 2023

Peringatan Hari Pahlawan Tonggak Inspirasi Pembangunan Masa Depan

Malika D. Ana

Nov 12, 2022

Kapan Indonesia Siap Berdemokrasi?

Author Abad

Nov 01, 2022

Dekrit Untuk Kembali ke UUD 45 Asli

Malika D. Ana

Jul 06, 2023